"Berada di lantai tertinggi Rumah, membuat malam spesial dalam kesepian, pemandangan langit dengan cahaya menghangatkan lamunanku".
Hanya melihat cahaya bintang-bintang, kalau berpuitis seperti itu.
Sibuk mengingat seorang, malam penolongnya.
Begitu tenang yang dicinta datang,
sedari itu saya cinta terhadap kamu, itulah aku kala berpuisi lebih tepatnya kesepian dan haus perhatian.
"wangi angin dengan malam, betapa sejuk kesukaanku ini". Gelis bicara sendiri, Helaian rambut pun mengenai pipinya, seluruh wajahnya pucat.
"Tatapan biasa yang mengarah ke langit ini, isi fikirannya kemana mana, paling berat menyimpan seorang.
"Rasa waktu itu terus ada, bagaimana disana, pernikahannya sudah dilaksanakan apa masih proses persiapan?" Kedua mata itu tunduk pada langit malam.
"Sinar bintang bintang yang Ku suka, persis sinaran wajah sejuk seorang.Selalu ku saksikan di kejauhan saja"
Dirinya biasa mendekati pagar-pagar, dari situ ketinggian balkon lebih terasa.
Melirih ke arah bawah "kesannya telah putus cinta, padahal menjalin cinta saja belum pernah" ... *hening dan berhela nafas pendek* ...
Terdengar suara lantang dari arah kanan, diatas balkon yang bersebrangan. Itu suara lelaki, katanya "HAI, hallo". "manusia kan itu?"
"aman, ini manusia, bisa napak nih" Gelis menjawab dan bertanya "siapa kamu, baru pernah lihat, wajahmu asing"
"cucunya Pak Dombret". "Aku, David Biru Benua"
Tetangga sebelah rumahku namanya Pak dombret, dia pengsiunan Tentaran Angkatan Darat, malam itu pertamakali aku bertemu cucu lelaki, satu-satunya pula, Pak dombret pernah cerita saat bertamu ke rumah kami.
"banyak nyamuk, nanti masuk angin" sapa David lagi
Gelis ketawa, "banyak nyamuk nanti bentol-bentol, malam-malam dingin nanti masuk angin, itu yang bener"
David Biru benua hanya merespon dengan senyuman ramah, yang sangat tulus. "namamu, siapa" katanya
"Panggil aja Gelis". "Gelis lagi putus cinta?". "aku emang suka menyendiri di balkon, bukan karena apapun".
"maaf, wajahmu pucat". "emang gini, aku anemia soalnya" Gelis menjawab dengan aura ceria.
"Okey, kamu pasienku sekarang". Gelis heran dengan ucapan David.
"maksudnya?". "aku baru saja lulus sarjana kedokteran, sedang persiapan lanjut profesi, di sebrangmu ini calon dokter spesialis" dia mulai bercanda
"wah hebat, kamu akan jadi dokter favoriteku, mulai dari malam ini" balas Gelis bertepuk tangan
Malam itu rasanya tidak sepi lagi, dia orang yang sangat asik, lelaki yang mengajakku bicara. Sebetulnya, aku sudah tau kalau dia anak kedokteran, cucu kesayangan Pak Dombret yang baru kutemui pertamakali. Kakeknya selalu bercerita panjang lebar, dia saja yang tidak tahu. Aku senang berkenalan denganmu.
"Biru, aku panggil biru aja ya" ucap Gelis "pertamakali dipanggil Biru" David tersenyum-senyum saja
"gamau ya?" tanya Gelis "mau, itu hak mu"
"kalau begitu, aku mau panggil kamu LILIS, boleh?"
Gelis tertawa tanpa suara "Non lilis, gimana?" dan Biru tertawa-tawa
"Lilis kan, okey panggil aku Lilis" Gelis tersenyum, arah tubuhnya menghadap Biru, mereka nampak berhadapan di balkon masing-masing.
"kamu asik, aku masuk dulu ya, selamat tidur" ucapan Gelis mengakhiri pembicaraan mereka. Katanya biru "sampai bertemu lagi Lilis, besok kita bicara lagi" . "suara tawamu manis, begitupun senyumanmu" rayu Biru.