"Rabu, 10 April 2024 kita lebaran. Seminggu satu hari lagi dong kita puasa" Ceplos Tante Ell yang asal masuk ke kamar Gelis.
Mengagetkan Gelis yang fokus membaca buku cerita, tempat curahan hatinya. Dirinya langsung melempar buku cerita ke atas kasur "Tan, ga sopan lho asal masuk"
" kenapa kaget begitu, lagi ngapain kamu" tantenya malah mendekat ke arah kasur sementara Gelis masih terduduk di kursi tempatnya menulis dan melamun. "JANGAN" teriak Gelis berlari untuk menggenggam bukunya seerat mungkin". "buku kuliah, tan ga akan ngerti, gaperlu tau, aku lagi fokus belajar gamau umbar-umbar".
"ribet ya ponakanku, pelit sama tantenya main rahasia-rahasiaan" Tante mendekat dan memeluk untuk merayu Gelis yang wajahnya terselip amarah. "gasuka dipeluk". "Aku ga marah kok cuman ga mau diganggu". "tante ga bilang kamu marah Lho, emang mau peluk aja". "udah makin dewasa, dulu mah kamu ga berani sendirian, kudu ditemenin terus bobonya".
Gelis mengelus tangan tantenya dan tertawa "iya juga, kok aku lupa". "sekarang aku sukanya sendirian terus juga suka mengeram di kamar". "kenyataannya, kebiasaan seseorang bisa berubah-ubah". Tante hanya tersenyum mendengar kalimat Gelis, lalu menyuruhnya makan tetapi Gelis menolak karena masih kenyang dan seorang tante tak ada hak untuk memaksa ponakannya itu.
Tante Ella adalah anak terakhir dari eyangku, dia adik perempuan mamahku, mereka hanya dua bersaudara saja. Tanteku berusia 39 tahun, belum menikah dan enggan punya kekasih. Di masa perkuliahan, tante menjalin cinta pada pria yang menjadi cinta pertamanya namun, pada saat mereka sama-sama sudah lulus dan bekerja, dirinya ditinggal menikah dan sudah mati rasa oleh janji-janji manis. Patah hatinya bertubi-tubi, tante tak percaya cinta lagi, sedikit salah bicara, mental tante bakal acak-acakan seperti dulu. Keluarga kami sudah mengerti, makanya tak pernah bertanya tentang pernikahan, yang terpenting tante sehat-sehat saja.
"wangi, ga bikin stres, enak juga kamar ini". "perasaan kamu suka warna merah muda, kenapa lampu tidur ini warna biru". Tante sambil mengelilingi kamar ponakannya. "bagus juga warna biru, sedari pindah kesini aku jadi suka" Gelis menjawab dengan senyum lebarnya. "tante baru tahu" . "iya soalnya aku ga bilang juga" dia diam-diam sambil menaruh buku ceritanya di bawah kasur.
"tapi tumben aja, semua disini merah muda padahal, palingan coklat atau putih, setau tante yang bakal kamu pilih". Tapi bagus lho, jadi ga pink semua". Gelis malah senyum-senyum tergeletak di atas kasurnya. Tante Ell akhirnya ikut tiduran disisi gelis"kamu ya, tante lagi ajakin ngomong malah dicuekin" . "mau tidur, Princes Aurora sudah mengantuk". tan El mencubit pipi ponakannya dan berkata "tante tidur sini aja deh, sekali-kali".
kalian harus tau, warna biru tak akan langsung kusukai secara cuma-cuma. Aku suka warna biru karena seseorang, apa kalian juga seperti aku? jika menyukai diam-diam pada pria yang tidak mungkin menjadi takdirmu, kamu bagaimana?
Kalau Gelisa, dia mengabadikan pria itu, warna biru dia sukai habis-habisan.Sekarang, biru menjadi utama dan merah muda pilihan kedua. Aku ingin dunia tahu kalau aku pernah menyukai seorang pria dengan lembut dan hati-hati, ia hanya kusembunyikan dalam warna bukan cerita. Dia yang sudah lama tak kupandangi, karena aku sudah pindah dari kampus tempat dia mengajar dengan keterangan tidak cocok di jurusan akuntansi. Tapi benar, aku sekarang menjadi mahasiswa jurusan psikologi. itu pilihanku, itung-itung bisa melupakanmu.
Sebetulnya, kupandangi Pak dosen itu dari kejauhan, sampai hari terus berganti. Kulihat ia selalu berpakaian rapi, rambutnya juga tertata dan tubuhnya tinggi rupawan.
Kemeja yang kau kenakan selalu berwarna biru, entah pekat atau lembut, warna itu selalu biru.
Dari situ, aku menerka semuanya, sesuai imajinasiku, kau pasti sangat menyukai warna biru maka aku akan demikian. melihat cicin di jari manis itu, membuatku yakin kau sudah terikat dengan seseorang, jadi sudah seharusnya tak berharap makanya kuabadikan dengan warna. Biru sebenarnya hanya, tentangmu saja.