Intinya gunakan masa lalu dengan bijak agar jadi kenangan yang sangat berharga
***
Bel pulang sekolah pun berbunyi dan Ini pertama kalinya Rafi merasakan sensasi pulang sekolah di sekolah barunya itu dan sama seperti sekolah pada umumnya yang di mana Jam untuk Sekolah Menengah Atas itu akan mencapai pukul setengah dua atau jam 02.00 siang, dan sisanya akan masih berada di sekolah karena keperluan ekskul.
Berhubung Rafi belum memilih ekskul sama sekali jadi dia memilih untuk pulang saja sambil memikirkan ekskul apa yang akan ia pilih.
Sebelum menunggu jemputannya datang Kevin dan juga Nabila menghampiri Rafi sebelum pulang.
"Lo udah milih mau masuk eksul apa?" tanya Kevin.
"Belum, mungkin besok gue akan menemukan jawabannya soalnya gue mau pikir-pikir dulu," jawab Rafi.
"Lebih cepat lebih baik sih soalnya di sini hampir semua rata-rata ikut ekskul jadi kenapa di sini sekolah paling sibuk se kota ini, bukan hanya ekskul yang diadakan sekolah bahkan ada juga ekskul yang didirikan oleh siswa itu sendiri dan sekolah juga tidak melarang asalkan itu bermanfaat bagi siswa. Tapi ada satu ekskul yang emang dilarang oleh pihak sekolah tetapi siswa Banyak mendukung hingga akhirnya pada saat musyawarah mereka kalah jumlah jadi ya seperti sekarang," jelas Nabila.
"Maksudnya?" heran Rafi.
"Maksud Nabila itu adalah ekskul geng motor, namanya SUPERNOVA," kata Kevin.
"Konon katanya ekskul ini itu didirikan oleh salah satu alumni sekolah ini walaupun kebanyakan anggotanya itu adalah siswa di sini tapi ada beberapa juga alumni yang sekarang menjadi mahasiswa gabung di geng motor itu," jelas Nabila.
Jujur rapi justru penasaran tentang geng motor itu mungkin ia bisa cari tahu nanti dan sekarang Papanya datang untuk menjemputnya jadi setelah percakapan itu langsung diakhiri begitu saja dengan pamitnya Rafi.
Rafi langsung masuk ke dalam mobil Papanya untuk pulang ke rumahnya.
"Gimana sekolah barunya?" tanya Papa nya.
"Seru Pa, dan langsung dapat temen baru," jawab Rafi.
"Syukurlah, Papa dan mama gak salah ngajarin kamu public speaking jadi kamu bisa pede untuk beradaptasi di lingkungan baru jadi kamu nggak perlu harus untuk beradaptasi lagi dari awal."
Setelah itu Papanya mulai menjalankan mobil dan meninggalkan sekolah itu. Sepanjang perjalanan Rafi tidak henti-hentinya menatap jalan di kota ini karena rapi mulai suka dengan pemandangan kota ini sampai akhirnya matanya tertuju kepada segerombolan orang memakai jaket hitam dengan logo meteor jatuh.
Seketika Rafi mulai mengingat kata-kata yang dijelaskan oleh kedua temannya yaitu tentang anggota geng motor yang bernama SUPERNOVA di mana ternyata memang benar semua anggotanya itu adalah anak SMA di mana rapi sekarang sekolah dan juga terlihat ada beberapa anak mahasiswa yang turut menjadi anggota paling tertinggi, sampai akhirnya Raffi melihat sosok yang tidak asing bagi dirinya yaitu sosok cowok yang kemarin bertemu di taman bersama dengan Zayn.
Siapa lagi kalau bukan.
"Kak Ariel!"
***
Ariel baru saja keluar dari kampus setelah menghabiskan jam pertamanya di pagi hari. Dia mahasiswa semester pertengahan sama seperti Danny, dan memang kebetulan masih satu kampus disana.
Kehidupan Ariel sama seperti Rafi, di mana dia memiliki keluarga yang lengkap akan tetapi perekonomian yang membuat kedua orang tua Ariel memilih menyibukkan dirinya dengan pekerjaan yang terbilang serabutan. Mereka berdua kerja keras, banting tulang demi menyekolahkan Ariel setinggi-tingginya dan sebagai anak tunggal dan harapan orang tua satu-satunya membuat Ariel harus ekstra kerja keras untuk mencapai tujuan kedua orang tuanya.
Dari kecil hingga menginjak SMA dia terus saja belajar belajar dan belajar hingga dia melupakan salah satu yang penting yaitu kebahagiaan dirinya. Bahkan teman pun tidak pernah Ariel dapatkan sebelumnya.
Hingga pada saat masuk kampus Ariel berteman dengan Aiman, yang dimana ia langsung mengajak Ariel untuk gabung di salah satu geng yang dimana di huni oleh dirinya dan teman-temannya.
“Gue tahu geng ini, tapi kan syaratnya harus alumni Sekolah itu. Tapi gue kan bukan alumni Sekolah itu,” jelas Ariel.
“Gapapa. Gue yang ajak, lagian gue ketua geng itu jadi gue bebas ajak orang masuk walaupun lo bukan alumni Sekolah itu. Dan kenalin ini teman-teman gue mereka satu kampus sama kita tapi beda fakultas, ada Hari fakultas Hukum a nada Riki Fakultas Ilmu Komunikasi,” jelas Aiman.
Ariel mulai berteman dengan mereka bertiga, dan sekarang mereka memegang tahta tertinggi dalam geng motor tersebut.
Dan sekolah mereka ada di jalan sekitar 500 meter dari sekolah SMA.
“Ngapain kita kesini?” tanya salah satu anggota anak SMA.
“Kita lagi nunggu informan,” kata Ariel.
“Siapa?”
“Jangan banyak bacot! Bisa gak!!” kesal Ariel membuat orang itu berhenti bertanya-tanya.
Tidak butuh waktu lama datanglah salah seorang siswa anak SMA dengan kacamata bulatnya berlari menghampiri sekumpulan anak geng motor itu.
“Sini!” panggil Ariel.
“Gimana? ada petunjuk?” tanya Ariel.
“Gak ada, Cuma gue baru dapat info. Katanya sekolah ini baru nerima siswa baru,” jawab anak itu cepat.
“Siapa?”
“Gue belum dapat info, cuma tadi ia bareng sama anggota OSIS.”
Setelah mendengar jawaban itu, sepertinya tidak ada pilihan lain selain meninggalkan tempat ini, karena memang tidak ada petunjuk apapun kecuali informasi yang memang tidak berguna.
Lalu ia menyuruh anak itu untuk pergi meninggalkan mereka.
“Guys! Kita bubar saja sekarang. Kalo ada info nanti gue langsung share.”
Mendengar instruktusi itu akhirnya mereka bubar, entah kemana mereka pergi Ariel tidak tahu. Tapi sekarang adalah dirinya harus kemana, tidak mungkin dirinya pulang ke rumah karena hasilnya ia akan sendiri lagi.
Hingga akhirnya satu pesan membuat Ariel senang, jadi ia bergegas meninggalkan tempat tersebut menuju tempat yang ia maksud. Sepanjang perjalanan pikiran nya hanya tertuju kepada Aiman, bukan karena ia suka melainkan ia sangat berterima kasih karena mau menjadi sahabatnya lagi.
Seperti yang kalian tahu, Ariel dan Aiman bertemu di kampus setelah sekian lama. Padahal sebenarnya mereka adalah sahabat kecil yang terpisah akibat Ariel yang memilih untuk belajar sendiri di rumah daripada bermain.
Dan pertemuan di kampus itu membuat mereka kembali bernostalgia karena memang mereka sudah lama tidak bercerita satu sama lain, apalagi soal kehidupan.
Hingga tidak terasa Ariel sampai di lokasi tempat dimana Aiman menunggu dirinya di sebuah cafe.
“Untung lo chat gue Man. Kalo enggak, gue mungkin akan kesepian lagi,” kata Ariel sambil duduk di bangku cafe berhadapan dengan Aiman.
“Kan gue sahabat lo. Pasti lo kesepian setelah tadi gue tugasin untuk cari info di SMA itu,” balas Aiman.
“Lo mau mesen? Gue traktir ya? “ tanya Ariel.
“Pesen sama kayak lo, macam biasa. Porsi jumbo wkwkwk.”
“Wokeh!” heboh Ariel.
Setelah itu Ariel memesan makanan dan mereka bercanda ria di cafe itu hingga lupa waktu.
***