Ini adalah Salah satu alasan kita hidup di dunia ini
***
"Ibu.... Ibu, makanan udah siap," panggil Zayn Mikhail. Seorang pemuda berumur 26 tahun yang bekerja keras untuk menghidupi orang tua satu satunya.
Zayn hidup dengan ibunya berdua sudah sekitar 3 tahun, setelah lulus dari universitas akan tetapi ia belum menemukan pekerjaan tetap, jadi ia hanya bekerja serabutan bahkan ia juga masih bekerja keras untuk melamar pekerjaan namun Tuhan masih belum diterima, jadi ia harus terima walaupun belum mendapatkan hasilnya.
Namun tidak ada panggilan setelah ia beteriak.
Karena merasa khawatir, Zayn memutuskan untuk mengecek kondisi ibunya, yang kebetulan ada di kamar sedangkan dirinya ada di dapur. Hingga Zayn melangkahkan kakinya masuk ke kamar dan berapa terkejutnya kala ia melihat ibunya terjatuh di lantai.
"Astaghfirullah Bu!" teriak Zayn.
Untung saja ibunya tidak pingsan. Lalu Zayn membantu ibunya bangun, dan duduk di kursi roda.
"Maafin ibu nak," sesal ibunya.
"Gapapa Bu. Lain kali, panggil Zayn ya bu."
Zayn mendorong kursi roda menuju keluar kamar menuju meja makan, setelah itu Zayn menyiapkan makanan yang memang sudah ia masak tadi. Walaupun makanan hanya biasa tapi bisa untuk mengganjal perut pagi ini.
"Zayn." sang Ibu memanggilnya
Zayn menoleh. "iya Bu,"
"Masih belum dapat—"
Seolah tahu pembicaraan ibunya kemana Zayn memotong pembicaraan ibunya walaupun tidak sopan.
"Setelah ini Zayn coba cari lagi bu," balas Zayn.
Ia mempercepat makanannya dan juga membereskan berkas ibunya itu dan setelah itu ia langsung mencuci bekas makanan ini. Lalu Zayn mengambil obat dan air minum.
"Ini obat sama air minum nya, Zayn berangkat dulu."
Ibunya lumpuh akibat kecelakaan bersama ayahnya 3 tahun yang lalu dimana sang ayah di panggil sama yang maha kuasa sedangkan ibunya tidak apa-apa walaupun harus duduk di kursi roda, pada saat itu di hari dimana Zayn wisuda akan tetapi karena kecelakaan itu kedua orang tuanya tidak menyaksikan kelulusan bahkan ia menangis menyesal kenapa harus terjadi musibah ini ketika di hari bahagia nya.
Terkadang ia menyalahkan dirinya sendiri atas kematian ayah dan kelumpuhan ibunya, jadi ia berjanji akan berbakti walaupun jatuh bangun.
Ia bekerja di pasar sebagai kuli angkut walaupun itu pekerjaan kurang pantas untuk seorang lulusan comlaud tapi nasib masih belum di tentukan, ia harus terima, namun terkadang sesekali ia harus di ejek oleh temannya yang lulusan biasa melihat dirinya harusnya memiliki pekerjaan yang layak.
Ketika mengangkut beberapa karung di pasar, secara tidak sengaja Zayn malah menabrak seorang bapak-bapak yang sepertinya sedang mabuk.
Merasa dirinya yang kurang hati-hati dan tidak fokus ia langsung berusaha membantu bapak-bapak itu.
"Bapak gapapa?"
Namun anehnya tidak ada jawaban kecuali matanya yang tertutup dan nafasnya yang bawa alkohol. Takut membuat warga pasar ketakutan akhirnya Zayn berusaha menyelesaikan pekerjaannya dulu sebelum ia membantu bapak-bapak itu untuk pulang ke rumahnya Setidaknya di rumah ada anggota keluarganya yang bisa membantu menjaganya agar tidak menyusahkan warga pasar.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya dan menerima upah akhirnya Zayn Kembali ke tempat dimana ia menemukan bapak-bapak itu, Untung saja bapak-bapak itu masih ada di sana dan langsung digotong oleh Zayn untuk berjalan meninggalkan pasar.
Zayn bingung harus membawa bapak-bapak ini ke mana karena ia tidak tahu siapa dan alamatnya di mana Yang penting sekarang bapak-bapak ini harus menjauh sedikit dari pasar.
Sampai akhirnya di pada sampai di gang sempit pemukiman padat penduduk datanglah seorang pemuda menggunakan kaos hitam dan celana pendek berlari ke arah dirinya.
"Ya ampun, bapak. Adnan cariin kemana-mana," ucap pemuda bernama Adnan.
"Ini bapak lo. Tadi gue ketemu beliau di pasar dan kayaknya habis mabuk," kata Zayn.
"Oh lupa. Kenapa gak ngecek ke pasar tadi, makasih ya kak makasih."
Lalu mereka berdua menggotong bapaknya Adnan masuk ke dalam kamar, untuk beristirahat setidaknya beliau aman di dalam rumah.
"Kenalin gue Adnan."
"Gue Zayn."
"Makasih ya kak Zayn."
"Sama-sama."
Zayn sedikit terkejut dengan baju yang dipakai oleh Adnan terdapat bekas tanah di sana.
"Habis dari mana?" tanya Zayn.
"Habis berkebun kak. Yah lumayan hasilnya buat makan dan di jual."
"Kebun apa?"
"Banyak kak. Ada sayuran sama bunga."
"Bunga?" ulang Zayn.
"Iya. Walaupun gue cowok tapi nggak ada salahnya kalau gue mencintai bunga agar gue bisa menghargai orang yang gue sayangi," jelas Adnan.
"Ibu lo?"
Ketika Zayn mulai membahas tentang ibunya Adnan. Justru sang pemberi jawaban tidak mengatakan sepatah kata pun seolah memang itu privasi dan Kebetulan juga ia pertama kalinya bertemu dengan orang asing.
"Sorry gue lancang."
"Iya emang." anehnya ia Malah menarik tangan Zayn keluar dari rumahnya itu.
"Lo ngusir gue, gue minta maaf karena telah lancang."
"Gapapa lagian orang dewasa seperti lo kak juga kurang banget sopan santun nya, santai aja kali. Gue mau keluar soalnya," ucap Adnan.
"Mau kemana?" tanya Zayn.
"Mau cari angin sambil ketemu sama seseorang."
"Gue ikut!"
"Kan kita baru kenal, mau langsung ikut aja."
"Lagian kegiatan gue di rumah juga monoton gue butuh hiburan kali soalnya gue capek usah di Kerja mulu apalagi hasilnya kalau nggak keterima lagi," jelas Zayn.
"Emangnya? Kakak lulusan apa sekolah," kepo Adnan.
"Lulusan sarjana, camlound."
"Apa!"
Betapa terkejut Adnan mendengar seorang Zayn yang lulusan terbaik tapi tidak punya pekerjaan.
"Kaget ya, gue juga sama. Tapi gue percaya satu hari nanti gue pasti akan dapat pekerjaan yang layak dan bahagia," jelas Zayn.
"Gue aja yang setengah jalan lagi mau lulus terpaksa berhenti di tengah jalan karena biaya. Kerjanya malah nguli kayak gini, apalagi elo kak."
"Ya kita sama-sama nguli juga."
Mereka berdua mulai tertawa Lalu setelah itu Mereka memilih berjalan meninggalkan rumah Adnan. Entah kemana tujuan mereka sekarang yang penting dalam pikirannya adalah mencari uang untuk kebutuhan sehari-hari.
Sampai akhirnya mereke berhenti di taman terdengar suara yang enak di dengar. Adnan dan Zayn mempercepat langkah kakinya menuju sumber suara itu.
Terlihat seorang cowok menggunakan baju yang sedikit rapih dari mereka berdua menggunakan topi dan tengah bernyanyi menggunakan gitarnya menghibur orang-orang yang ada di taman.
"Danny!" panggil Adnan.
"Kak Adnan, sini." Danny membalas panggilan dan mengajaknya untuk mendekat.
Zayn juga mengikuti arah Adnan. Lalu mereka duduk di dekat sana mendengarkan seorang yang bernama Danny menyanyikan lagu.
"Dia siapa?"
"Adik tingkat di kampus gue, namanya Danny, sekarang ia kuliah jurusan musik meneruskan hobinya itu dan sekarang ia sedang menjalankan salah satu tugas dan bakatnya untuk menghibur semua orang di taman ini," jelas Adnan.
***