Loading...
Logo TinLit
Read Story - Semesta Berbicara
MENU
About Us  

Tougo dan Anya mempersiapkan penampilan terbaik mereka. Tougo mengenakan setelan jas kelabu mengilap. Di sebelahnya, Anya anggun dalam gaun panjang tanpa lengan pink pastel berkilauan, rok tulle-nya mengembang bak Barbie di dunia nyata. Keduanya berjalan percaya diri, saling menggandeng, memasuki venue acara ulang tahun Nyonya Widuri. Merela membawa hadiah masing-masing untuk perempuan berumur yang disegani itu.

Aula hotel bintang lima itu didekorasi mewah nan menawan dengan bunga dan hiasan. Chandelier berkilauan melengkapi keindahan ruangan. Meja bulat ditata elegan, beralas taplak satin krem dengan centerpiece kristal. Di tengah depan, kursi Widuri—tokoh utama perayaan—menunggu di tengah meja memanjang. Musik orkestra mengalun elegan.

Ketiga anak Widuri hadir, duduk mengelilingi satu meja bulat. Tougo, Anya, dan cucu-cucu lain mengelilingi meja yang berbeda.

 

Widuri memasuki area acara mengenakan gaun merah marun sutra berkilauan payet dan rhinestone, tampak klasik nan mewah. Ia didampingi Suci, yang juga memesona dalam gaun emerald green mengilap berpotongan off-shoulder, dihiasi brokat ranting berbunga-bunga kecil aneka warna. Keduanya seirama, meski warna gaun tak serupa. Mata Tougo dan Anya terbelalak, syok mendapati Suci berada di sana, bahkan mendampingi Widuri tepat di sisinya. Suci tersenyum anggun, dalam hati puas mengamati reaksi mereka, mati-matian menahan geli.

Saat Widuri duduk di tengah meja panjang, Suci bahkan dipersilakan duduk di sebelahnya, sejajar dengan para saudara almarhum Sutoyo—pemegang saham utama PT Sentani Jaya. Musik ceria mengalun, staf berseragam membawakan kue tumpeng besar ke meja Widuri. Lilin berbentuk cabai menyala di atasnya. Semua riang menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Widuri meniup lilin. Bergantian para tamu menyalaminya, menyerahkan kado. Anya dan Tougo pun demikian. Widuri menahan semua hal yang ingin diungkapkannya.

 

Akhirnya tiba saat Widuri dipersilakan bicara sebagai pemilik acara. Widuri tidak tahan lagi untuk mengungkapkan uneg-unegnya.

“Saya, Widuri Grace Sentani. Berterima kasih atas kedatangan kalian ke acara saya. Tapi ada hal-hal yang saya ingin ungkapkan, yang lebih penting dari pergantian usia,” Widuri berdiri, lalu mengambil tangan Suci, mengajaknya ikut berdiri.

“Perkenalkan, ini Suci. Orang kepercayaan saya saat ini, yang sudah saya anggap cucu sendiri. Tolong hargai dia mulai sekarang, sebagaimana kalian menghargai saya.”

Perkataan Widuri mengejutkan banyak anggota keluarganya, terutama Anya dan Tougo.

Suci, hebat juga bisa sedekat ini dengan tokoh besar seperti Widuri. Aku nggak sangka dia bisa tampil secantik ini. Kekuatan uang memang berbeda, Tougo berkata dalam benaknya.

“Saya baru tahu kemarin-kemarin dari sumber yang bisa dipercaya, bahwa PT RumahWaktu sudah memutus kerjasamanya dengan PT Sentani Jaya, karena kecurangan yang dilakukan perusahaan kita. PT Sentani Jaya, perusahaan yang dibangun oleh almarhum suami saya, Sutoyo Adhi Sentani, bersama saya susah payah….sekarang di luar sepengetahuan saya kalian mencoreng nama baik perusahaan dan keluarga.”

Anak-anak Widuri tampak saling pandang. Yudha, anak tertua sekaligus papa Anya terlihat gelisah. Mama Anya menahan napas. Anya sendiri membelalak, menatap Suci yang duduk anggun di samping Widuri, gaun hijaunya indah gemerlap memantulkan cahaya lampu.

“Mama, dengar dulu!” Yudha cepat-cepat menyela.

“Aku belum selesai!” Widuri murka, ia beralih menatap Anya. “Dan kamu, Anya. Sudah kulihat video menjijikkanmu dengan pria itu. Jangan harap kurestui hubunganmu dengannya. Kamu bahkan berani membawanya ke sini. Kegenitan!” Widuri melirik Tougo sinis.

Tougo terlihat tegang, pipinya kaku. Ia melirik Anya yang langsung memalingkan wajah, malu, takut, dan gugup.

Suci menyembunyikan senyum tipis, menyesap minumannya. Dalam hati ia bersenandung. Selamat datang di babak baru permainan ini.

“Kenapa Suci ada di sana, Nek?” Anya tidak terima. “Aku yang cucu tertua Nenek!”

“Suci adalah cucu angkatku sekarang. Dia yang menyelamatkanku saat aku butuh pertolongan. Dia yang menjagaku, memberitahuku kebenarannya. Dia membuka mataku. Dia juga yang membuat hidupku lebih bahagia, memberiku perhatian tulus. Tidak seperti kalian, keluargaku sendiri, membiarkanku kesepian. Aku rasa kalian pun nggak peduli apakah aku masih hidup atau mati.”

 

Sejenak hening, Widuri memandang wajah anaknya satu per satu, lalu memantapkan tekadnya. “Karena terbukti mencoreng nama baik perusahaan, mulai sekarang kepemimpinan PT Sentani Jaya kuambil alih. Nanti kita adakan RUPS untuk mengesahkan ini.”

Pengumuman itu membuat keluarganya syok. Namun Yudha, yang terlanjur merasa bersalah, berpikir ini mungkin jalan yang terbaik: dengan Widuri mengambil alih, kepercayaan rekanan bisa kembali karena integritasnya.

Tougo masih memandangi Suci yang kini tak lagi tampak lugu atau bisa dipandang remeh. Ia sejujurnya menikmati sosok Suci kini; sangat menarik dan memesona. Tougo tak bisa berpaling.

 

Di luar venue perayaan ulang tahun Widuri, Suci baru saja keluar toilet untuk kembali ke ruang acara, ketika seseorang menariknya ke pojok lorong hotel yang sepi. Anya, wajahnya merah karena marah dan malu. Suci tetap anggun dan tenang, membiarkan tangannya ditarik tanpa perlawanan, langkahnya percaya diri.

“Kamu pikir kamu siapa? Sengaja mendekati Nenek Widuri, manis-manis di depannya, buat apa? Mau menghasut dia? Kamu sengaja mau hancurin keluargaku, ya?” Anya menatap tajam dan garang.

“Aku cuma cerita apa adanya. Mungkin kamu nggak terbiasa dengar kebenaran tanpa dibungkus drama,” Suci menatap lurus dengan tenang. “Kenapa? Kamu malu dengan perbuatanmu sendiri?”

“Kamu tega banget! Aku tahu kamu benci aku, tapi kenapa keluargaku juga dikacaukan?” Suara Anya bergetar. “Sekarang semua berantakan, puas?”

Suci menunduk singkat, lalu menatap Anya dingin, “Keluargamu hancur bukan karena aku, tapi karena ulah kalian sendiri. Itu namanya konsekuensi perbuatan, sayang. Aku cuma buka jendela, dan isi rumahnya memang busuk dari dalam.”

“Kamu!” Anya menunjuk wajahnya geram.

“Aku nggak bisa manipulatif kayak kamu, Anya. Aku nggak pintar bohong. Aku nggak perlu bikin skenario drama rumit cuma untuk terlihat baik. Aku nggak tidur dengan rekan kerja demi memuluskan kerjaan,” pandangan Suci lebih menghujam.

“Kamu keterlaluan!” Anya terguncang, matanya membelalak.

“Justru kamu yang keterlaluan. Tapi tenang, sekarang kamu bisa istirahat jadi pusat perhatian. Aku yang gantiin naik panggung,” Suci menyeringai.

Anya terdiam, bibirnya terbuka namun tanpa kata. Ia memandang Suci dari atas hingga ke bawah. Penampilannya kini elegan, aura kepercayaan diri memancar, ketenangannya menusuk. Untuk pertama kalinya, Anya kehabisan cara membalas.

“Aku balik dulu ke ruang pesta, takut Nenek nyariin,” Suci membalikkan badan dengan seringai puas.

 

-oOo-

 

Fabian cemas akhir-akhir ini, begitupun Tobi. Mereka tidak lagi menemukan Suci di kantor. Suci tidak masuk kantor beberapa hari ini. Mereka khawatir gadis itu benar-benar terdampak alergi yang parah dari kejadian terakhir. Mereka sering bertemu hanya untuk bertanya satu sama lain mengenai keadaan Suci yang hilang kabar. Tobi juga sempat mendatangi kontrakan Suci namun nihil, gadis itu tidak tampak di sana. Bahkan kontrakannya selalu terkunci, seperti sudah lama tidak lagi ditempati.

Sore itu suasana kantor mulai lengang. Sebagian pegawai sudah pulang, sisanya menyelesaikan tugas sambil menanti waktu pulang. Suci sengaja memilih waktu sore ini agar kemunculannya tak terlalu menarik perhatian.

Suci hadir dengan tampilan baru: wajah dipulas make-up natural, rambut ombre orchid, kemeja putih dipadu rok hitam selutut yang membuatnya tampak profesional. Sepatu hak hitamnya membuat langkahnya tampak elegan. Penampilannya kini sangat cantik dan sophisticated. Tanpa berlama-lama, ia segera mencari zdamar, Kepala Bidang IT.

 

Ruang IT RumahWaktu tidak luas, penuh kabel, peralatan harddisk, dan papan tulis penuh skema sistem. Di tengahnya, duduk Damar, Kepala Bidang IT berusia empat puluhan, berkacamata, dengan raut skeptis namun terbuka. Di hadapannya, Suci, mantan petugas fasilitas kantor, berdiri dengan ekspresi tenang.

Damar mengangkat kedua alisnya. “Kamu yang direkomendasikan jadi IT Support Specialist di sini?”

Suci mengangguk, tersenyum, “Betul, Pak. Saya sudah belajar mandiri beberapa tahun, mungkin bisa dites?”

Damar melemparkan senyum kecil, setengah ragu, setengah penasaran. Ia menunjuk kursi dan komputer yang sudah disiapkan.

“Silakan, ini akses ke sistem backend aplikasi internal kita. Coba perbaiki bug yang bikin modul pelaporan harian lambat. Waktunya dua jam!” Komandonya tegas.

 

Suci duduk, tangannya langsung menyerbu keyboard akrab. Dalam lima belas menit, ia menemukan akar masalah: query database tidak teroptimasi. Ia tak hanya memperbaikinya, tapi juga menambahkan index, merestrukturisasi tabel, dan menghilangkan redudansi kode lama.

Waktu berjalan, di menit ke-90, Suci sudah berpindah ke modul absensi. Ia menemukan ada kebocoran memori dari integrasi fingerprint scanner.

Damar mendekat, melihat layar. “Loh kamu… sudah bereskan modul pelaporan?”

Suci mengangguk, “Sudah, Pak. Saya dokumentasikan perubahannya juga. Tapi saya menemukan ini, scanner absensi ada memory leak. Saya perbaiki sekalian ya?”

Damar terdiam, lalu duduk di sebelahnya. Matanya mengarah fokus ke layar. Ia membaca script demi script yang sudah direstrukturisasi rapi. Ia tercengang. “Ini…kamu pelajari dari mana?”

Suci tersenyum, “Forum-forum pengembang, dokumentasi open souce, yousub… banyak kok, Pak, kalau mau belajar. Kebetulan saya memang suka oprek sistem.”

 

Damar membuka buku catatan. Untuk pertama kalinya, ia belajar dari orang yang dulunya hanya bertugas bersih-bersih. Ia dengan cepat mencatat. “Ini pertama kalinya ada kandidat yang bukan hanya lolos tes, tapi juga membuat saya ikut belajar,” ia menutup laptop pelan, menatap Suci.

“Selamat datang di tim, Suci. Senin besok langsung ikut briefing project, ya. Dan terima kasih sudah menyelamatkan sistem kita dari kebocoran yang sudah lama nggak ketahuan.” Damar menjabat tangannya.

Suci tersenyum kecil, ada kilatan percaya diri di matanya. “Siap, Pak. Terima kasih atas kesempatannya.”

 

Saat keluar ruangan, ia bertemu Tobi yang tertegun melihatnya.

“Suci, itu elu?” Tobi mengamatinya dari atas sampai bawah dengan tatapan tidak percaya.

Sorry Tob, nggak kabarin. Banyak yang terjadi belakangan ini,” Suci jadi merasa bersalah

“Lu habis balik dari planet mana? Kok bisa berubah banget begini? Jadi cantik banget…” Tobi mendekat dengan tatapan campuran kagum dan lega. “Gue cariin lu ke kontrakan. Chat gue juga nggak lu balas. Lu nggak apa-apa kan?”

“Nggak apa-apa, mungkin setelah ini gue nggak bisa kerja jadi petugas fasilitas kantor lagi di sini.” Suci berkata jujur.

“Yah, jadi lu kerja di mana dong?” Tobi sempat sedih, mengira Suci akan keluar dari perusahaan.

“Ya di sini, tapi jadi IT Support Specialist. Gue mau menantang diri. Dari dulu, gue pengin di posisi ini,” Suci memberitahukan hal yang mengejutkan.

Tobi terbelalak. “Serius? You go girl! I’m happy for you!”

Sejenak ia heran. “Tapi kok, hidup lu bisa berubah drastis begini?” ia menemukan kejanggalan.

“Gue diangkat cucu sama orang kaya,” bisik Suci. “Widuri Grace Sentani.”

Mata Tobi membesar, “Sepuh keluarga Sentani itu?” ia melongo. “Serius lu?”

“Iya, ini saatnya gue membalikkan keadaan buat Anya,” Suci menyeringai penuh rencana. “Lu tinggal dukung rencana gue aja ya.”

Tobi menatap kagum, lalu mengacak-acak pangkal kepala Suci. “Kepinteran lu Ci! Bangga gue sama lu! Dasar licik!”

Suci merapikan lagi rambutnya. “Nggak usah acakin rambut begitu dong. Itu namanya cerdik, bukan licik,” ia tidak terima.

“Iya, gue jadi support system aja deh,” Tobi mengangguk, lalu dia mendekati telinga Suci. “Si Bule cariin lu terus tuh. Uring-uringan doi belakangan ini,” bisiknya.

“Fabian?” mata Suci membulat, timbul harapan di hatinya. Masa sih dia tungguin kabar aku? pikiran Suci ribut, antara gembira atau tidak mau berharap terlalu tinggi. “Iya sih, aku nggak masuk kerja tanpa kabar. Mungkin dia masih khawatir?” ia mencoba maklum. “Nanti juga ketemu kok,” ia berusaha santai menanggapinya.

 

-oOo-

 

Suasana pagi di kantor RumahWaktu seperti biasa, formal, cepat, penuh jadwal. Tapi pagi ini, satu momen kecil mengguncang rutinitas.

Denting lift berbunyi, pintu terbuka. Seorang wanita keluar, langkah percaya diri sepatu kerja hitam berhak terdengar mantap. Rambut panjang bergelombang dengan ombre ungu berkibar seiring langkahnya. Wajahnya cerah dengan make-up minimalis, senyum kecil membuatnya tampak lebih dewasa. Blazer putih tulang dan celana panjang abu-abu pastel membingkai tubuhnya yang anggun. Tas jinjing elegan menggantung santai di lengannya.

Beberapa karyawan melirik cepat, lalu kembali menoleh.

“Eh itu Suci kan? Kok dia jadi beda banget?” terdengar bisik-bisik orang di lobi kantor RumahWaktu.

“Kayaknya bukan deh, anak magang yang baru kali. Suci kan harusnya pakai seragam pantry,” pegawai lain bahkan membantah.

Perempuan itu berjalan mendekati meja resepsionis, mengambil ID card-nya. Tertulis jelas : Suci Riganna Latief - IT Support Specialist

Beberapa orang langsung membelalak. Gadis yang dulunya berseragam pantry dan mengantar dokumen, kini tampil bak eksekutif muda.

 

Di salah satu sudut, Fabian sedang meninjau sebuah berkas. Ia melirik ke arah lift dari sekat kaca antar ruangan, dan matanya membeku. Ia melihat Suci berjalan melewati lorong, seperti sosok yang sama sekali berbeda, namun senyumnya masih tulus seperti dulu.

Itu Suci? Luar biasa… Apa yang terjadi selama dia nggak masuk kantor? pikiran Fabian sibuk mencernanya, ia terperangah.

Suci menyadari Fabian sedang melihatnya. Ia berhenti sebentar untuk menoleh sambil tersenyum tipis. “Selamat pagi, Fabian.”

“Uh, selamat pagi…Suci,” pria kaukasia itu sempat gelagapan, ia mengangguk kaku, lalu menatap kembali laptopnya, padahal layarnya masih gelap.

Suci melangkah pelan ke ruang kerja barunya. Namun sebelum masuk, ia sempat memutar kepala dan tersenyum sebentar ke arah Fabian yang masih syok.

Suci tidak lagi datang hanya untuk bekerja. Mulai sekarang ia datang ke kantor untuk menikmati harinya, menjalankan pekerjaan yang menjadi gairah jiwanya, sekaligus memerhatikan Fabian dari kejauhan. Ia tak bisa lagi dipandang rendah. Ia adalah Suci Riganna Latief—staf IT cantik, cucu kesayangan orang besar, dan gadis yang punya pemikiran lebih dalam dari tampilan luarnya.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (4)
  • papah.al

    Menarik
    Selalu penasaran kedepannya

    Comment on chapter Prolog
  • baba

    Ceritanya mindblowing ya ..

    Comment on chapter 6. Semut pun Bisa Menggigit
  • guardian angel

    Prolognya menarik.

    Comment on chapter Prolog
  • guardian angel

    Mulai seru... hacker perempuan keren bgt!

    Comment on chapter 1. Kekecewaan Menghentak
Similar Tags
Layar Surya
2038      1147     17     
Romance
Lokasi tersembunyi: panggung auditorium SMA Surya Cendekia di saat musim liburan, atau saat jam bimbel palsu. Pemeran: sejumlah remaja yang berkutat dengan ekspektasi, terutama Soya yang gagal memenuhi janji kepada orang tuanya! Gara-gara ini, Soya dipaksa mengabdikan seluruh waktunya untuk belajar. Namun, Teater Layar Surya justru menculiknya untuk menjadi peserta terakhir demi kuota ikut lomb...
God, why me?
231      184     5     
True Story
Andine seorang gadis polos yang selalu hidup dalam kerajaan kasih sayang yang berlimpah ruah. Sosoknya yang selalu penuh tawa ceria akan kebahagiaan adalah idaman banyak anak. Dimana semua andai akan mereka sematkan untuk diri mereka. Kebahagiaan yang tak bias semua anak miliki ada di andine. Sosoknya yang tak pernah kenal kesulitan dan penderitaan terlambat untuk menyadari badai itu datang. And...
Is it Your Diary?
203      165     0     
Romance
Kehidupan terus berjalan meski perpisahan datang yang entah untuk saling menemukan atau justru saling menghilang. Selalu ada alasan mengapa dua insan dipertemukan. Begitulah Khandra pikir, ia selalu jalan ke depan tanpa melihat betapa luas masa lalu nya yang belum selesai. Sampai akhirnya, Khandra balik ke sekolah lamanya sebagai mahasiswa PPL. Seketika ingatan lama itu mampir di kepala. Tanpa s...
Hideaway Space
148      119     0     
Fantasy
Seumur hidup, Evelyn selalu mengikuti kemauan ayah ibunya. Entah soal sekolah, atau kemampuan khusus yang dimilikinya. Dalam hal ini, kedua orang tuanya sangat bertentangan hingga bercerai. evelyn yang ingin kabur, sengaja memesan penginapan lebih lama dari yang dia laporkan. Tanpa mengetahui jika penginapan bernama Hideaway Space benar-benar diluar harapannya. Tempat dimana dia tidak bisa bersan...
YANG PERNAH HILANG
2032      807     24     
Romance
Naru. Panggilan seorang pangeran yang hidup di jaman modern dengan kehidupannya bak kerajaan yang penuh dengan dilema orang-orang kayak. Bosan dengan hidupnya yang monoton, tentu saja dia ingin ada petualangan. Dia pun diam-diam bersekolah di sekolah untuk orang-orang biasa. Disana dia membentuk geng yang langsung terkenal. Disaat itulah cerita menjadi menarik baginya karena bertemu dengan cewek ...
Anikala
1788      729     2     
Romance
Kala lelah terus berjuang, tapi tidak pernah dihargai. Kala lelah harus jadi anak yang dituntut harapan orang tua Kala lelah tidak pernah mendapat dukungan Dan ia lelah harus bersaing dengan saudaranya sendiri Jika Bunda membanggakan Aksa dan Ayah menyayangi Ara. Lantas siapa yang membanggakan dan menyanggi Kala? Tidak ada yang tersisa. Ya tentu dirinya sendiri. Seharusnya begitu. Na...
Langit-Langit Patah
35      31     1     
Romance
Linka tidak pernah bisa melupakan hujan yang mengguyur dirinya lima tahun lalu. Hujan itu merenggut Ren, laki-laki ramah yang rupanya memendam depresinya seorang diri. "Kalau saja dunia ini kiamat, lalu semua orang mati, dan hanya kamu yang tersisa, apa yang akan kamu lakukan?" "Bunuh diri!" Ren tersenyum ketika gerimis menebar aroma patrikor sore. Laki-laki itu mengacak rambut Linka, ...
Unexpectedly Survived
139      121     0     
Inspirational
Namaku Echa, kependekan dari Namira Eccanthya. Kurang lebih 14 tahun lalu, aku divonis mengidap mental illness, tapi masih samar, karena dulu usiaku masih terlalu kecil untuk menerima itu semua, baru saja dinyatakan lulus SD dan sedang semangat-semangatnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP. Karenanya, psikiater pun ngga menyarankan ortu untuk ngasih tau semuanya ke aku secara gamblang. ...
Reandra
2386      1285     67     
Inspirational
Rendra Rangga Wirabhumi Terbuang. Tertolak. Terluka. Reandra tak pernah merasa benar-benar dimiliki oleh siapa pun. Tidak oleh sang Ayah, tidak juga oleh ibunya. Ketika keluarga mereka terpecah Cakka dan Cikka dibagi, namun Reandra dibiarkan seolah keberadaanya hanya membawa repot. Dipaksa dewasa terlalu cepat, Reandra menjalani hidup yang keras. Dari memikul beras demi biaya sekolah, hi...
Kursus Kilat Jadi Orang Dewasa!
670      314     11     
Humor
Didaftarkan paksa ke Kursus Kilat Jadi Orang Dewasa oleh ayahnya, Kaur Majalengka--si OCD berjiwa sedikit feminim, harus rela digembleng dengan segala keanehan bin ajaib di asrama Kursus Kilat selama 30 hari! Catat, tiga.puluh.hari! Bertemu puding hidup peliharaan Inspektur Kejam, dan Wilona Kaliyara--si gadis berponi sepanjang dagu dengan boneka bermuka jelek sebagai temannya, Kaur menjalani ...