Loading...
Logo TinLit
Read Story - Tic Tac Toe
MENU
About Us  

Namanya Kikan. Ya, Kikan. Nama yang sama, bahkan seringkali dianggap kembar. Setiap kali nama 'Kikan' dipanggil, kedua gadis itu akan menoleh atau menyahut. Hal itu tanpa sadar mendekatkan mereka, menjadi teman yang tak pernah bertengkar.

Banyak kenangan mereka yang masih tersimpan di otak Kikan. Hal itu juga yang membuatnya benci dengan diri sendiri. Perasaan sakit menyerbu karena mengingat Gadis 13.

"Aku ingin jadi kamu. Aku ingin menjadi Kikan seperti kamu, bukan Kikan seperti aku."

Gadis 13 selalu ingin menjadi sepertinya. Namun, siapa sangka bahwa kehidupan Kikan lebih buruk dari pada Gadis 13.

Semoga kamu damai di sana.

Kikan menghela napas panjang, menatap ujung sepatunya yang kotor. Keningnya berkerut, ketika melihat sesuatu yang aneh di dekat sol sepatunya. Terdapat bercak merah, seperti darah yang mengering.

Penasaran, Kikan melempar tasnya terlebih dahulu ke atas meja lalu berjongkok untuk melihat lebih jelas. Namun, tiba-tiba sesuatu mendorong kepalanya dengan kuat hingga tidak sengaja hidungnya bertabrakan dengan kursi. Seketika darah menetes dari hidungnya dan menetes tepat di bercak merah di sepatunya.

Ia mendongak perlahan, sedikit menahan rasa sakit di hidungnya. Ditemukannya sosok Chelsea dengan senyuman miring. Gadis itu terlihat baik-baik saja. Seolah kejadian seminggu yang lalu tidak berarti apa-apa. Chelsea yang lama telah kembali.

"Minggir! Halangin jalan orang aja!" hardiknya.

Kikan menggeser langkahnya lalu berdiri. Ia tidak mau membuat Chelsea semakin marah. Walaupun tahu bahwa Chelsealah yang mencari masalah dengannya.

"Masih di sini! Pindah!"

Bukan Chelsea namanya jika tidak merundung Kikan hingga puas. Gadis itu mendorong tubuh Kikan hingga menabrak meja. Pinggang Kikan terasa berdenyut, sangat sakit. Apalagi hari ini memasuki periode bulanan menstruasinya. Bertambah dua kali lipat.

Akan tetapi, Kikan masih bersabar. Ia duduk di kursinya dan mengeluarkan buku tugas untuk memeriksa kembali jawabannya.

Chelsea berulah lagi. Ia menarik buku Kikan dan menjatuhkannya ke dalam ember berisi air bekas pel.

"Ups, gak sengaja. Gue cuma mau liat tugas lo padahal," ucap Chelsea dengan wajah lugu. Sayang sekali, Kikan tidak tertipu. Ia melihat dengan mata telanjang. Ember itu juga seharusnya tidak di sana. Ia mengepalkan tangannya dengan kuat. Tidak bisa menahannya lagi.

Saat hendak mengangkat tangan berniat menampar, suara bel terdengar. Chelsea kembali ke kursinya, sementara Kikan mengambil bukunya yang basah dengan mata menahan tangis. Susah payah mengerjakan tugas, tetapi akhirnya ia tidak bisa mengumpulkannya.

Guru Kimia masuk, takada kesempatan untuk menulis ulang. Benar saja, Kikan tidak diizinkan mengikuti kelas karena tugasnya tidak dikumpul. Berakhir berdiri di luar kelas. Begitulah Kikan menjadi 'gadis yang tidak pantas berada di kelas unggulan'.

Ting!

Suara notifikasi membuyarkan lamunan Kikan. Dikeluarkannya ponsel pintar dari sakunya, mendapati sebuah pesan asing yang mempromosikan jasa pelet online. Benar-benar menyebalkan.

Hendak mematikan ponsel, tetapi tatapannya terpaku pada sebuah ikon aplikasi. Tic Tac toe.

Ia melirik ke dalam kelas. Chelsea sedang mengerjakan soal dari guru Kimia di papan tulis. Senyuman terpatri di bibirnya setelah mendapat pujian dari guru. Beberapa saat kemudian, wajahnya menjadi sedih, menjadi orang paling menyedihkan di dunia ketika guru Kimia menanyakan perihal ibunya. Palsu!

Kikan mengepalkan tangannya dengan kuat, lalu memandang kembali pada ponselnya. Dibukanya aplikasi Tic Tac Toe dan permainan dimulai. Tidak butuh waktu lama hingga ia dinyatakan menang. Lalu muncullah kolom kosong yang disediakan untuk menuliskan nama orang yang dibenci.

Chelsea

***

Darah masih keluar dari hidung, membuat Kikan sedikit pening. Ia memilih pergi ke UKS daripada berdiri di luar kelas selama dua jam. Tidak peduli jika nanti dimarahi. Toh, jika bukan ia sendiri yang peduli dengan kesehatannya. Siapa lagi?

Tak disangka, sesampainya di UKS malah bertemu dengan Kaelan. Setelah menceritakan mengenai Gadis 13 padanya, Kikan merasa agak canggung. Sudah telat jika ia berniat kembali. Mau tak mau harus masuk ke UKS.

Sembari berbaring, ia melirik Kaelan. Lelaki itu sedang membereskan kotak obat di lemari. Semenjak Kikan masuk, Kaelan tidak banyak bicara.

"Butuh sesuatu?" tanya Kaelan menaikkan alisnya.

Kikan gugup, tak menyangka bahwa Kaelan menyadari tatapannya. Ia menggeleng sebagai respon.

"Kalau berdarah terus, nanti ke rumah sakit aja," ujar Kaelan yang dibalas anggukan.

"Lo selalu di UKS?" tanya Kikan akhirnya memberanikan diri untuk bicara.

Kaelan menoleh lalu menggeleng. "Kebetulan gue dapat jadwal piketnya hari ini. Anak PMR selalu kebagian jadwal buat piket di UKS untuk bantu Bu Sashi. Lagian, setiap Senin, ada aja anak yang tumbang."

Kaelan selesai membereskan kotak obat dan kembali duduk di kursinya. Ia membuka sebuah buku yang berisi data-data murid yang masuk ke UKS lalu menunjukkannya pada Kikan.

"Hari ini lebih banyak dari biasanya. Tapi pas jam 10, UKS langsung sepi," ujar Kaelan terkekeh. Tanpa sadar, Kikan ikut tersenyum.

"Jadi ... lo gak belajar setiap Senin?" tanya Kikan, antara penasaran dan mencoba menghilangkan kecanggungan. Ia sudah bercerita mengenai Gadis 13, Kaelan juga mempercayainya. Mereka bisa menjadi teman, bukan?

"Belajar, kok. Kayak yang gue bilang tadi, Senin UKS rame. Tapi cuma pas kegiatan upacara. Hari ini kebetulan guru gak masuk di kelas gue dan Bu Sashi izinin gue di UKS."

"Oh."

"Gitu aja?"

"Hah?"

"Gitu aja respon lo?"

Kikan berdeham tidak nyaman. Suara tawa terdengar.

"Gue bercanda. Jadi, Kikan. Apa nama panjang lo? Jangan bilang nama panjang lo Kikaaaa ... an?"

Kikan tersenyum tipis. Hatinya menghangat setiap kali Kaelan menyebut namanya.

"Ayo, jawab. Jangan lama," desak Kaelan.

"Kikan Rosalin."

"Bagus namanya," gumam Kaelan yang masih didengar Kikan. Pipi gadis itu bersemu, sementara Kaelan sedang menuliskan namanya di buku UKS.

"Gimana? Udah baikan?" tanya Kaelan seraya menoleh. Kikan mengalihkan pandangan.

"Eum ...."

"Heran. Bisa-bisanya hidung kepentok meja."

Kikan bangkit dan beringsut turun dari ranjang. Dengan kondisi kepala agak menengadah, ia melirik Kaelan yang tiba-tiba berdiri di sebelahnya, membantunya turun.

Tiba-tiba pintu UKS terbuka lebar dengan suara dobrakan yang keras. Kikan dan Kaelan berjingkat kaget. Bu Shasi masuk dengan wajah panik. Tadi wanita itu ke toilet. Apa sesuatu terjadi ketika ia kembali?

"Kenapa, Bu?" tanya Kaelan.

Belum sempat dijawab, beberapa orang langsung menerobos masuk ke UKS dengan menggotong Chelsea yang terlihat kesulitan bernapas. Wajah mereka terlihat panik.

Kikan hampir saja terjatuh jika Kaelan tidak menolongnya. Demi keselamatan, mereka berdua keluar dari ruangan dan membiarkan Bu Shasi dan guru lainnya masuk.

Di luar tak kalah paniknya, seluruh teman kelas Kikan berada di sana. Mereka terlihat bertengkar dan saling menyalahkan.

"Tenang! Bukan salah kita. Kita semua enggak tahu kalau Chelsea alergi sama keju."

"Ya, tapi andai aja kalau kue itu lo makan duluan, Chelsea gak mungkin makan!"

"Lo bego? Chelsea yang mau makan sendiri! Kita semua bertengkar karena apa? Karena gak ingatin Chelsea buat gak makan roti itu sementara kita gak tau alerginya?"

"Tapi Siska tau!"

"Gue gak tau isi roti itu keju!"

"Woi, jangan bertengkar lagi! Chelsea di dalam. Jangan sampai bikin keributan."

Sekali Ares bersuara, keadaan di luar langsung hening. Kikan dan Kaelan masih berdiri di depan pintu. Akhirnya mereka tahu alasan Chelsea masuk UKS.

Suara mobil ambulans terdengar. Tubuh Chelsea kembali digotong memasuki mobil ambulans. Hingga beberapa saat kemudian, setelah mobil ambulans pergi, keadaan menjadi membisu.

Namun, suara kembali terdengar saat Siska menghampiri Kikan dan hendak menamparnya. Akan tetapi, ditahan oleh Kaelan. Siska marah dan mengentakkan tangan Kaelan yang menahannya.

"Ini semua gara-gara roti lo!" tuduh Siska dengan wajah berang. Akhirnya Kikan tahu dari mana sumber masalah itu.

Ia mendapat roti itu di laci, entah siapa yang mengirimkannya. Tadinya ia berpikir akan memakannya saat istirahat tiba. Siapa sangka bahwa Chelsea akan menggeledah tasnya dan mengambil roti yang berakhir buruk untuk dirinya sendiri.

"Oh, jadi dia nyuri punya Kikan? Salah sendiri, kan? Kenapa lo harus nyalahin Kikan?"

"Seandainya Kikan gak punya roti itu di tas, Chelsea—"

"Masih membela? Gini, ya, kelakuan anak unggulan? Barang orang lain jadi miliknya? Jangan bilang itu makna kekeluargaan bagi kalian? Gue yang kasih roti itu buat Kikan. Lo mau nyalahin gue juga?"

"Itu ...."

"Siska! Balik ke kelas!" Ares segera memberi ultimatum.

Siska terdiam, tampak malu. Dengan wajah merah, ia pergi meninggalkan Kikan. Untuk kali ini, mereka tidak bisa menyalahkan Kikan walaupun ingin. Ia tidak bisa membuat kelas unggulan tercemar lagi.

Sepeninggalan mereka, Kaelan mendengkus. "Malu-maluin banget."

"Makasih," ucap Kikan mengangkat wajahnya. Kaelan sering membantunya. Ia mulai merasa, dunia ini indah.

Merasa tidak berkepentingan lagi di UKS, keduanya berjalan bersisian di koridor menuju kelas masing-masing. Berpisah dengan Kaelan, Kikan berjalan masuk ke kelasnya. Kelasnya hening dengan wajah cemas tergambar pada setiap murid kelasnya. Setelah duduk di kursinya, ia merapikan isi tas yang telah diacak-acak sebelumnya.

Kikan merasa kantong roknya bergetar. Ia mengeluarkan ponsel yang menampilkan sebuah notifikasi.

Mission complete.

Seorang guru masuk dengan napas terengah-engah. Wajahnya tampak pucat. Terlihat sekali bahwa tubuhnya gemetar.

"Chelsea meninggal."

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Memories About Him
4326      1828     0     
Romance
"Dia sudah tidak bersamaku, tapi kenangannya masih tersimpan di dalam memoriku" -Nasyila Azzahra --- "Dia adalah wanita terfavoritku yang pernah singgah di dalam hatiku" -Aldy Rifaldan --- -Hubungannya sudah kandas, tapi kenangannya masih berbekas- --- Nasyila Azzahra atau sebut saja Syila, Wanita cantik pindahan dari Bandung yang memikat banyak hati lelaki yang melihatnya. Salah satunya ad...
One hour with Nana
416      292     3     
Short Story
Perkelahiannya dengan Mandala sore itu, membuat Egi dalam masalah. Mandala tewas setelahnya dengan tubuh penuh luka tusukan. Semua orang, pasti akan menuduh Egi sebagai pelaku. Tapi tidak bagi seorang Nana. Bagaimana Gadis berwajah pucat itu menangkap pelaku sebenarnya? Bisakah Egi selamat dari semua kejadian ini?
Kata Kamu
1001      517     3     
Romance
Ini tentang kamu, dan apa yang ada di dalam kepalamu
Trust Me
68      61     0     
Fantasy
Percayalah... Suatu hari nanti kita pasti akan menemukan jalan keluar.. Percayalah... Bahwa kita semua mampu untuk melewatinya... Percayalah... Bahwa suatu hari nanti ada keajaiban dalam hidup yang mungkin belum kita sadari... Percayalah... Bahwa di antara sekian luasnya kegelapan, pasti akan ada secercah cahaya yang muncul, menyelamatkan kita dari semua mimpi buruk ini... Aku, ka...
BAD
4632      1561     9     
Fan Fiction
Jeong-Min paling tidak suka jika sudah dibanding-bandingkan dengan Soo-Kyo, saudara tirinya. Baginya, Soo-Kyo adalah Soo-Kyo, dan dirinya adalah dirinya. Mereka berbeda, tentu saja. Bad girl, mungkin sudah sangat melekat dalam dirinya. Rokok, klub malam, bolos sekolah, surat teguran dari guru BK, sepertinya sudah menjadi bagian dari hidupnya. Persahabatannya dengan Jong-In mengajarkannya apa a...
Bifurkasi Rasa
147      125     0     
Romance
Bifurkasi Rasa Tentang rasa yang terbagi dua Tentang luka yang pilu Tentang senyum penyembuh Dan Tentang rasa sesal yang tak akan pernah bisa mengembalikan waktu seperti sedia kala Aku tahu, menyesal tak akan pernah mengubah waktu. Namun biarlah rasa sesal ini tetap ada, agar aku bisa merasakan kehadiranmu yang telah pergi. --Nara "Kalau suatu saat ada yang bisa mencintai kamu sedal...
Blue Island
146      123     1     
Fantasy
Sebuah pulau yang menyimpan banyak rahasia hanya diketahui oleh beberapa kalangan, termasuk ras langka yang bersembunyi sejak ratusan tahun yang lalu. Pulau itu disebut Blue Island, pulau yang sangat asri karena lautan dan tumbuhan yang hidup di sana. Rahasia pulau itu akan bisa diungkapkan oleh dua manusia Bumi yang sudah diramalkan sejak 200 tahun silam dengan cara mengumpulkan tujuh stoples...
Sadness of the Harmony:Gloomy memories of Lolip
651      364     10     
Science Fiction
mengisahkan tentang kehidupan bangsa lolip yang berubah drastis.. setelah kedatangan bangsa lain yang mencampuri kehidupan mereka..
Help Me Help You
1979      1160     56     
Inspirational
Dua rival akademik di sebuah sekolah menengah atas bergengsi, Aditya dan Vania, berebut beasiswa kampus ternama yang sama. Pasalnya, sekolah hanya dapat memberikan surat rekomendasi kepada satu siswa unggul saja. Kepala Sekolah pun memberikan proyek mustahil bagi Aditya dan Vania: barangsiapa dapat memastikan Bari lulus ujian nasional, dialah yang akan direkomendasikan. Siapa sangka proyek mus...
Ansos and Kokuhaku
3507      1140     9     
Romance
Kehidupan ansos, ketika seorang ditanyai bagaimana kehidupan seorang ansos, pasti akan menjawab; Suram, tak memiliki teman, sangat menyedihkan, dan lain-lain. Tentu saja kata-kata itu sering kali di dengar dari mulut masyarakat, ya kan. Bukankah itu sangat membosankan. Kalau begitu, pernah kah kalian mendengar kehidupan ansos yang satu ini... Kiki yang seorang remaja laki-laki, yang belu...