Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sebelah Hati
MENU
About Us  

Sasi menyetir keluar kota. Entah kemana. Aku tak bertanya. Hanya sibuk dengan pemandangan diluar dalam diam.

“Kita makan soto bogor yuk.” Akhirnya Sasi bersuara, setelah sejam kami diam. Tepatnya hanya aku yang diam, ia tetap bersenandung sambil mendengarkan lagu.

“Okan kemana?” Aku heran juga, Sasi free di hari sabtu, tanpa Okan yang membuntuti.

“Dia lagi ada acara dengan divisinya.” Sasi mengatakannya dengan santai. “Ke Bandung. Berangkat semalam.”

Aku hanya manggut.

“Bagaimana perasaanmu?”

Aku mengangguk lagi.

“Gimanaaaaa,”

“Engga gimana-gimana, Sas.”

Really?

“Mungkin patah hati untuk kesekian kali. “

“Dengan orang yang sama?” tanya Sasi lagi. Ia melirikku.

“Mungkin pikirmu, aku ini bebal ya Sas. Tapi, aku engga bisa mengontrol perasaanku sendiri.” Aku memainkan tanganku, tanpa sadar.

“Iya, aku tahu itu, Nay. Kadang aku tak rela, Praja muncul lagi di hidupmu, seperti ini. Buat apa muncul lagi, kalau akhir-akhirnya membuatmu begini lagi.” Aku masih diam. “Nay, apa aku harus bilang pada Praja, untuk engga nongol lagi di depanmu?” Ide gila Sasi terucap dengan tampang antusiasnya.

“Entahlah, Sas.” Aku masih tak rela melepaskan pandanganku dari jalanan.

 

>.<

 

Bukan Sasi namanya, kalau tak berhasil membujukku menghabiskan waktu dengannya. Sampai aku tak kepikiran Praja lagi. Entah ada saja idenya. Dari kulineran di Jalan Surya Kencana, masuk Kebun Raya Bogor, sampai bermacetan  kearah puncak.

“Woy! Woy! Jangan ngalangin jalan deh lo!” Teriakan Sasi membuatku tersentak, saat meminum air mineral.

“Sabar dong, Sas.” Kendaraan memang padat merayap. Padat disegala sisi. Aku masih penasaran, apa semua mobil ini mau naik ke puncak ya?

“Liat tu, dia main nyerobot aja!” Sasi mengklakson mobil SUV merah didepan. Dia nyeberang jalan, dan masuk depan mobil Sasi, jadilah Sasi engga terima.

“Sudah, Sas. Kesusulan satu mobil aja kok. Ngomong-ngomong kita mau kemana sih?”

“Cimory dong, aku mau puas-puasin minum susu.” Heran juga, ini anak, suka banget minum susu. Bahkan stok susunya melebihi keponakannya sendiri. “Okan suka misuh kalo aku ajak ke cimory. Yauda, aku ajaknya kamu aja. Mumpung si Okan lagi pergi.”

“Ooh, boleh boleh, aku juga laper.”

“Buset dah, sapa yang ngabisin sotoku tadi sih?” Sasi mengeryit padaku. Entahlah, kadang aku merasa lapar tak berkesudahan begini. Terutama kalau sedang stress dan kalut. Seperti saat ini.

 

>.<

 

Aku memandangi burung-burung yang berterbangan di bird park. Bagian dari cimory ini. Warna-warni yang bertabrakan lengkap dengan kicauan kerasnya.

Kadang aku merasa, aku terlalu memikirkan sesuatu yang tak berujung. Hingga akhirnya membuat sakit kepala saja. Betapa enaknya jadi burung-burung itu. Yang melanglang, mengepakkan sayapnya, tanpa memikirkan apapun.

“Pap, manaaaaa.” Sebuah rengekan membuatku berhenti melamun. Seorang anak perempuan berkucir dua, berlarian kesana kemari. Memang hari ini weekend, makanya disini pun ramai anak-anak. “Mana makanannya burung?” Ia masih bersemangat berjingkrakan.

Seorang pria berjongkok disampingnya, mengulurkan makanan burung yang ada di telapak tangannya. Tak bisa kucegah, aku mengikuti kemana arah gadis kecil itu.

“Kanaya?” Pria tadi sudah berdiri tak jauh dariku. Memandangiku dari balik topi baseball nya. Siapa? Aku merasa tak asing. Terutama dengan lesung pipi kiri itu. Ia tersenyum padaku.

“Apa kabar?” Suara baritonnya terdengar.

Siapa ya?

“Lupa, Kanaya?” Ia tersenyum kecil. Seakan menikmati kealpaan ku berbicara.

“Ya?” Akhirnya hanya kata itu yang keluar dari bibirku.

“Alfian, Kanaya.”

Pasti mataku membelalak sekarang. “Alfian?” Kilasan wajah itu versi muda tergambar di benakku. Alfian, sang ketua BEM yang dulu pernah tergosip denganku. Eh beneran tergosip denganku? Yang ada aku yang terlalu sibuk dengan Bima, hingga tak menghiraukan gossip itu. Kakak tingkat yang sangat baik padaku.

“A, apa kabar, Kak?” Hanya itu pertanyaan yang terlintas dikepalaku.

Ia tersenyum simpul. Lalu mengarahkan pandang pada gadis kecil tadi, yang tengah asik memberi makan bebek. Ia tampak menikmati dikerubuti bebek.

“Baik, Kanaya. Kamu sendiri?”

“Baik, Kak.”

“Sendirian aja?” Mungkin tampak aneh ke tempat jauh sendirian aja ya.

“Aku sama Sasi. Teman kantor. Kakak?”

“Aku cuma dengan Rifa. Anakku.” Tentu saja, ia sudah punya anak sebesar itu. Lama sekali aku tak mengetahui kabarnya. Mungkin sejak ia lulus.

“Mamanya enggak diajak?”

Alfian menggeleng. “Dia enggak mungkin ikut, Kanaya.” Dan mengalirlah ceritanya. Ia harus mengurus Rifa seorang diri, karena istrinya meninggal setelah melahirkan. Hampir empat tahun lalu.

Aku tahu, ia bukan pribadi yang mendramatisir keadaannya. Aku salut padanya.

“Iya, kalau aku ke luar kota, aku titipkan Mamaku.” Ia kembali bercerita kalau bekerja di United Tractor kantor pusat.

“Tante Lani sehat?” Aku ingat sekali pernah bertemu dengan Mamanya saat acara BEM dulu.

“Sehat, dan tambah cerewet. Sekarang Kani yang menemani Mama di BSD.” Aha, Kani adalah adik semata wayang Alfian, setahun lebih tua dariku. Kalau tidak salah, dulu kuliah kebidanan. “Belum mau nikah, dan sudah diomelin Mama terus.”

“Wah, alhamdulilah sehat semua.”

“Pappppp.” Rifa berlari kearah Alfian. Dengan pipi gembulnya, bercerita soal bebek yang mengerubutinya. “Tante siapa?” Ia mendongak kearahku. Dengan sikap protektif pada Papanya. Aku tahu, inilah anak perempuan pada Papanya.

“Kanaya, Rifa.” Aku mengulurkan tangan, dengan canggung, ia menerima tanganku.

“Ini teman Pap, Rifa.” Jelas Alfian.

“Teman? Kayak Tante Luna, Tante Usy, Tante Jesy?” Ia bertanya dengan polosnya. Membuatku hampir tertawa. Entah siapa tante-tante itu, yang pasti ia mengenal mereka, karena Papanya yang mengenalkan.

“Iya, semua teman kantor Papa. Kalau Tante Kanaya, teman sekolah, Papa.” Alfian tampak tenang menjawabnya.

“Sekolah? Kayak temanku di sekolah ya Pap?” Kemudian  Rifa berceloteh tentang teman sekolahnya. Sementara, aku melupakan Praja.

Sasi sampe melotot saat melihatku bersama Alfian Rifa, saat menyusulnya ke resto. Akhirnya kami makan bersama, tentu dengan desakan Rifa yang masih mau bercerita padaku tentang teman sekolahnya.

“Wah, boleh juga sama duren, Kan,” celetuk Sasi usil, saat kami berjalan kembali ke Jakarta. Tadi Rifa berkali-kali menyuruhku berjanji akan bermain dengannya lagi. Alfian hanya bisa tertawa geli melihatnya. “Kasihan Rifa ya, masih sekecil itu, tapi engga dapat perhatian ibunya. Padahal Papanya ganteng bingit gitu. Serius dulu doi naksir kamu, Kan?”

“Aku enggak tahu, Sas. Itu cuma gossip. Aku tetap professional dalam BEM. Dia ketua, aku sekretaris. Itu aja. Lagian enggak ada omongan apa-apa darinya.” Aku hanya bisa mengangkat bahu.

“Bima ya?”

“Iya, kamu tahu sendiri gimana watak Bima yang superprotektif itu.” Aku jadi ingat Bima masih saja mengirim pesan pesan yang bahkan tak aku buka sampai sekarang.

“Sudah, buang Bima! Buang Praja!” misuh Sasi.

Of course,”

 

>..<

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Perjalanan Tanpa Peta
80      75     1     
Inspirational
Abayomi, aktif di sosial media dengan kata-kata mutiaranya dan memiliki cukup banyak penggemar. Setelah lulus sekolah, Abayomi tak mampu menentukan pilihan hidupnya, dia kehilangan arah. Hingga sebuah event menggiurkan, berlalu lalang di sosial medianya. Abayomi tertarik dan pergi ke luar kota untuk mengikutinya. Akan tetapi, ekspektasinya tak mampu menampung realita. Ada berbagai macam k...
Sweet Like Bubble Gum
2200      1299     2     
Romance
Selama ini Sora tahu Rai bermain kucing-kucingan dengannya. Dengan Sora sebagai si pengejar dan Rai yang bersembunyi. Alasan Rai yang menjauh dan bersembunyi darinya adalah teka-teki yang harus segera dia pecahkan. Mendekati Rai adalah misinya agar Rai membuka mulut dan memberikan alasan mengapa bersembunyi dan menjauhinya. Rai begitu percaya diri bahwa dirinya tak akan pernah tertangkap oleh ...
Aku Ibu Bipolar
59      52     1     
True Story
Indah Larasati, 30 tahun. Seorang penulis, ibu, istri, dan penyintas gangguan bipolar. Di balik namanya yang indah, tersimpan pergulatan batin yang penuh luka dan air mata. Hari-harinya dipenuhi amarah yang meledak tiba-tiba, lalu berubah menjadi tangis dan penyesalan yang mengguncang. Depresi menjadi teman akrab, sementara fase mania menjerumuskannya dalam euforia semu yang melelahkan. Namun...
Metanoia
71      61     0     
Fantasy
Aidan Aryasatya, seorang mahasiswa psikologi yang penuh keraguan dan merasa terjebak dalam hidupnya, secara tak sengaja terlempar ke dalam dimensi paralel yang mempertemukannya dengan berbagai versi dari dirinya sendiri—dari seorang seniman hingga seorang yang menyerah pada hidup. Bersama Elara, seorang gadis yang sudah lebih lama terjebak di dunia ini, Aidan menjelajahi kemungkinan-kemungkinan...
Lantunan Ayat Cinta Azra
1300      724     3     
Romance
Perjalanan hidup seorang hafidzah yang dilema dalam menentukan pilihan hatinya. Lamaran dari dua insan terbaik dari Allah membuatnya begitu bingung. Antara Azmi Seorang hafidz yang sukses dalam berbisnis dan Zakky sepupunya yang juga merupakan seorang hafidz pemilik pesantren yang terkenal. Siapakah diantara mereka yang akan Azra pilih? Azmi atau Zakky? Mungkinkah Azra menerima Zakky sepupunya s...
Wilted Flower
487      369     3     
Romance
Antara luka, salah paham, dan kehilangan yang sunyi, seorang gadis remaja bernama Adhira berjuang memahami arti persahabatan, cinta, dan menerima dirinya yang sebenarnya. Memiliki latar belakang keluarga miskin dengan ayah penjudi menjadikan Adhira berjuang keras untuk pendidikannya. Di sisi lain, pertemuannya dengan Bimantara membawa sesuatu hal yang tidak pernah dia kira terjadi di hidupnya...
Reandra
3291      1571     67     
Inspirational
Rendra Rangga Wirabhumi Terbuang. Tertolak. Terluka. Reandra tak pernah merasa benar-benar dimiliki oleh siapa pun. Tidak oleh sang Ayah, tidak juga oleh ibunya. Ketika keluarga mereka terpecah Cakka dan Cikka dibagi, namun Reandra dibiarkan seolah keberadaanya hanya membawa repot. Dipaksa dewasa terlalu cepat, Reandra menjalani hidup yang keras. Dari memikul beras demi biaya sekolah, hi...
Sweet Seventeen
2395      1296     4     
Romance
Karianna Grizelle, mantan artis cilik yang jadi selebgram dengan followers jutaan di usia 17 tahun. Karianna harus menyeimbangkan antara sekolah dan karier. Di satu sisi, Anna ingin melewati masa remaja seperti remaja normal lainnya, tapi sang ibu sekaligus manajernya terus menyuruhnya bekerja agar bisa menjadi aktris ternama. Untung ada Ansel, sahabat sejak kecil yang selalu menemani dan membuat...
Rumah Tanpa Dede
231      163     1     
Inspirational
Kata teteh, Bapak dan Mama bertengkar karena Dede, padahal Dede cuman bilang: "Kata Bapak, kalau Bi Hesti jadi Mama kedua, biaya pengobatan Dede ditanggung Bi Hesti sampai sembuh, Mah." Esya---penyintas penyakit langka Spina Bifida hanya ingin bisa berjalan tanpa bantuan kruk, tapi ekonomi yang miskin membuat mimpi itu terasa mustahil. Saat harapan berwujud 'Bi Hesti' datang, justru ban...
Cinta di Ujung Batas Negara
4      2     0     
Romance
Di antara batas dua negara, lahirlah cinta yang tak pernah diberi izin-namun juga tak bisa dicegah. Alam, nelayan muda dari Sebatik, Indonesia, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah hanya karena sepasang mata dari seberang. Siti Dzakyrah, pelajar Malaysia dari Tawau, hadir bagai cahaya kecil di tengah perbatasan yang penuh bayang. Mereka tak bertemu di tempat mewah, tak pula dalam pertemu...