Loading...
Logo TinLit
Read Story - Maju Terus Pantang Kurus
MENU
About Us  

HUT Nusa Indah terlaksana dengan baik. Bahkan sangat baik sampai Kepala Sekolah berulang kali memuji di sela sambutannya tadi. Kerja keras panitia dan pengisi acara terbayar semua. Keringat dan air mata berubah jadi senyum bangga. Tarian, nyanyian, drama, dan pertunjukkan lainnya terbilang sempurna, termasuk penampilan Griss di atas panggung yang mengejutkan banyak orang.

Awalnya, penonton sangsi dengan kehadiran Griss yang menggantikan posisi Melodi, tapi begitu cewek itu bernyanyi, tidak ada lagi yang peduli. Semua orang menikmati musik yang dimainkan. Suara para member—termasuk Griss—sayang untuk dilewatkan. 

Griss pun akhirnya bisa bernapas lega mengetahui keberhasilan penampilannya. Mungkin suaranya tidak semerdu Melodi, tapi Griss bisa mengimbangi musik Juna dan kawan-kawannya. Mungkin Griss tidak secantik Melodi, tapi kehadirannya di atas panggung lebih dari cukup untuk melengkapi formasi. Yang terpenting, Griss berhasil mengalahkan ketakutannya, Griss berhasil tampil di depan banyak orang tanpa merasa canggung, tanpa mengacaukan pertunjukan musik Chill Zone. Itu prestasi baru buatnya.

"Baiklah, teman-teman, nggak terasa kita semua sudah berada di penghujung acara. Eit, tapi jangan pada bubar dulu, ya karena akan ada penampilan spesial dari teman kita." Dayun, sang MC, mengambil alih mikrofon dan mulai mengendalikan audience yang sedikit heboh saat penampilan anak-anak teater selesai. “Kayaknya teman-teman semua udah nggak sabar ya. Baik, langsung saja, mari kita sambut ... inilah artis kita ... Niku Arjuna ...."

Semua orang kompak bertepuk tangan, kecuali Griss yang melongo kebingungan.

"Lho, Kak, emangnya kita mau tampil lagi?" Griss mencolek siku Dewangga yang berada tak jauh darinya.

Cowok yang sedang heboh meneriakkan nama teman sekelasnya itu langsung menoleh ke arah Griss. "Enggak. Itu Juna doang yang ngide mau tampil sendirian." Mata Dewangga berkilat jail. "Yuk, Griss, ke depan. Kita lihat kegilaan temen makan lo itu."

"Eh, tapi, Kak ... aku mau ke Wina dulu—" Kalimat penolakan Griss langsung dipotong oleh Hazel yang tiba-tiba ada di sebelah Griss—berbeda sisi dengan Dewangga. Kini, Griss diapit oleh dua cowok itu.

"Nggak. Lo harus ke depan. Lo benar-benar harus nonton perform Juna dari awal sampai akhir," kata Hazel.

Tahu-tahu, Mali ikut nimbrung. "Emang gila itu cowok."

Kening Griss langsung berkerut. "Gila kenapa, Mal?"

"Gila karena—"

Sebelum Mali melanjutkan kalimatnya, Hazel terlebih dahulu menutup telinga Griss dan membawa cewek itu ke depan panggung. "Jangan didengerin, Griss. Yuk, sama gue aja. Bisa digilas Juna gue kalau sampai lo nggak nonton penampilannya." Hazel dan Dewangga saling melempar kode lewat tatapan mata. Sementara Griss hanya bisa pasrah digiring ke barisan depan penonton.

"Selamat menikmati, Griss."

Griss bergidik ngeri saat Dewangga berbisik. Dia ingin pergi dari tempat itu untuk menemui Wina, tapi sepertinya tidak akan bisa. Di belakangnya, ada banyak orang yang mengeblok jalan.

Tak lama, Juna muncul di panggung bersama gitar kesayangannya. "Wassap, Chills!" Cowok itu mulai menyapa dengan ramai seperti biasa. Senyuman tidak luntur dari bibirnya. "Sebelum kalian balik, gue, Niku Arjuna, member Chill Zone kesayangan semua warga, bakal menyanyikan sebuah lagu. Lagu ini buat someone special."

"Fiuitt ... spill dong, spill!" Dari arah belakang, seseorang mengompori. Kalimat itu berefek domino, membuat semua orang ikut meneriakkan kalimat-kalimat serupa.

Juna mengangkat sebelah tangannya untuk menenangkan massa. "Sabar-sabar. Tunggu dulu, dong. Jangan main sepal-sepil aja. Gue mau main kalem soalnya," ucap cowok itu, makin membuat massa riuh karena penasaran.

"Ya udah, kalau kalian udah nggak sabar, gue bakal mulai lagunya." Juna terkekeh, tangannya melambai ke sisi kanan panggung. "Pak Bambang, siap, ya!"

Panggung menggelap. Spotlight menyoroti Juna sebagai satu-satunya orang yang ada di atas sana. Tak lama, petikan gitar mulai terdengar. Sebuah lagu mulai dimainkan. Lagu berjudul Sempurna yang dipopulerkan oleh Andra and the BackBone.

Suara indah Juna menyihir seisi Nusa Indah. Auranya saat bernyanyi memang berbeda dengan saat dia bermain. Tidak ada raut jenaka yang tersisa di wajah Juna. Saat bernyanyi, cowok itu terlihat seperti bintang.

Diam-diam Griss berterima kasih pada Hazel, Mali, dan Dewangga yang berhasil membawanya ke bagian depan.

Tanpa sadar, senyum tercetak di bibir Griss. Dia bisa ikut merasakan lirik-lirik yang Juna nyanyikan. Terdengar begitu tulus. Juna benar-benar menyanyikannya dengan jiwa. Akan tapi, kemudian Griss mengerutkan keningnya. Lagu itu buat siapa?

Dan, pertanyaan Griss terjawab di detik berikutnya. Cewek itu kebingungan saat spotlight menyorot ke arahnya. Kini, bukan hanya Griss, semua orang juga terkejut. Apalagi saat Juna menatap Griss lurus-lurus sambil terus melanjutkan nyanyiannya.

Untuk kesekian kalinya Griss mengerjap, mencoba menyadarkan diri bahwa yang terjadi bukan cuma mimpi. Ya, yang terjadi memang bukan cuma mimpi. Juna, gitar Juna, nyanyian Juna, itu nyata. Griss sedang menyaksikannya, menggunakan matanya, menggunakan telinganya.

Tiba-tiba Griss ingin menangis. Lagu yang Juna nyanyikan berjudul Sempurna. Liriknya mengungkapkan tentang kesempurnaan, berbanding terbalik dengan Griss yang selalu merasa dirinya dipenuhi kekurangan. Griss bahkan tidak pernah menganggap dirinya cukup pantas. Bagaimana mungkin Juna menyebutnya ....

"... sempurna."

Petikan gitar mengakhiri nyanyian Juna. Cowok itu tersenyum lebar sambil terus menatap Griss. Spotlight masih menyoroti keduanya, membuat Juna dan Griss merasa dunia telah menguap dan hanya menyisakan mereka.

Juna meletakkan gitarnya. Penampilannya mendapatkan banyak tepuk tangan. "Gimana lagunya, guys? Enak, nggak?" tanyanya. Penonton langsung riuh menjawab dengan jawaban seragam.

"ENAKKK!"

Kekehan meluncur dari mulut Juna. Matanya yang menatap mata Griss memancarkan kehangatan yang menembus jantung cewek itu. "Jadi, seperti yang sudah kalian dengar dan kalian lihat, lagu ini gue persembahkan buat Grissilia."

Di tempatnya, Griss tidak bisa berkata-kata. Karena satu kata yang keluar dari mulutnya akan sejalan dengan jatuhnya air mata. Jadi, Griss cuma diam, menunggu kelanjutan ucapan Juna.

"Griss, lo mungkin nggak se-"sempurna" lagu yang gue nyanyikan, tapi buat gue, lo itu penyempurna." Juna menjeda kalimatnya, mengambil sesuatu dari balik saku jaketnya, lalu mempertunjukannya. Adalah sebuah boneka beruang seukuran kepalan tangan. Cowok itu menghela napasnya cukup panjang, menatap Griss dalam-dalam, kemudian, "Grissilia Indhika, will you be my Grizzly? Maksudnya, jadi pacar gue." Kalimat itu menjadi penutup dari sajian sempurna yang Juna berikan sebagai kejutan untuknya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Imajinasi si Anak Tengah
1957      1137     16     
Inspirational
Sebagai anak tengah, Tara terbiasa berada di posisi "di antara" Di antara sorotan dan pujian untuk kakaknya. Dan, di antara perhatian untuk adiknya yang selalu dimanjakan. Ia disayang. Dipedulikan. Tapi ada ruang sunyi dalam dirinya yang tak terjamah. Ruang yang sering bertanya, "Kenapa aku merasa sedikit berbeda?" Di usia dua puluh, Tara berhadapan dengan kecemasan yang tak bisa ia jel...
Sebab Pria Tidak Berduka
110      93     1     
Inspirational
Semua orang mengatakan jika seorang pria tidak boleh menunjukkan air mata. Sebab itu adalah simbol dari sebuah kelemahan. Kakinya harus tetap menapak ke tanah yang dipijak walau seluruh dunianya runtuh. Bahunya harus tetap kokoh walau badai kehidupan menamparnya dengan keras. Hanya karena dia seorang pria. Mungkin semuanya lupa jika pria juga manusia. Mereka bisa berduka manakala seluruh isi s...
Andai Kita Bicara
573      458     3     
Romance
Revan selalu terlihat tenang, padahal ia tak pernah benar-benar tahu siapa dirinya. Alea selalu terlihat ceria, padahal ia terus melawan luka yang tak kasat mata. Dua jiwa yang sama-sama hilang arah, bertemu dalam keheningan yang tak banyak bicaratetapi cukup untuk saling menyentuh. Ketika luka mulai terbuka dan kenyataan tak bisa lagi disembunyikan, mereka dihadapkan pada satu pilihan: tetap ...
Tanda Tangan Takdir
158      134     1     
Inspirational
Arzul Sakarama, si bungsu dalam keluarga yang menganggap status Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai simbol keberhasilan tertinggi, selalu berjuang untuk memenuhi ekspektasi keluarganya. Kakak-kakaknya sudah lebih dulu lulus CPNS: yang pertama menjadi dosen negeri, dan yang kedua bekerja di kantor pajak. Arzul, dengan harapan besar, mencoba tes CPNS selama tujuh tahun berturut-turut. Namun, kegagal...
Kacamata Monita
834      399     4     
Romance
Dapat kado dari Dirga bikin Monita besar kepala. Soalnya, Dirga itu cowok paling populer di sekolah, dan rival karibnya terlihat cemburu total! Namun, semua mendadak runyam karena kado itu tiba-tiba menghilang, bahkan Monita belum sempat membukanya. Karena telanjur pamer dan termakan gengsi, Monita berlagak bijaksana di depan teman dan rivalnya. Katanya, pemberian dari Dirga terlalu istimewa u...
Nuraga Kika
32      29     0     
Inspirational
Seorang idola sekolah menembak fangirlnya. Tazkia awalnya tidak ingin melibatkan diri dengan kasus semacam itu. Namun, karena fangirl kali ini adalah Trika—sahabatnya, dan si idola adalah Harsa—orang dari masa lalunya, Tazkia merasa harus menyelamatkan Trika. Dalam usaha penyelamatan itu, Tazkia menemukan fakta tentang luka-luka yang ditelan Harsa, yang salah satunya adalah karena dia. Taz...
Langit-Langit Patah
25      23     1     
Romance
Linka tidak pernah bisa melupakan hujan yang mengguyur dirinya lima tahun lalu. Hujan itu merenggut Ren, laki-laki ramah yang rupanya memendam depresinya seorang diri. "Kalau saja dunia ini kiamat, lalu semua orang mati, dan hanya kamu yang tersisa, apa yang akan kamu lakukan?" "Bunuh diri!" Ren tersenyum ketika gerimis menebar aroma patrikor sore. Laki-laki itu mengacak rambut Linka, ...
DocDetec
290      198     1     
Mystery
Bagi Arin Tarim, hidup hanya memiliki satu tujuan: menjadi seorang dokter. Identitas dirinya sepenuhnya terpaku pada mimpi itu. Namun, sebuah tragedi menghancurkan harapannya, membuatnya harus menerima kenyataan pahit bahwa cita-citanya tak lagi mungkin terwujud. Dunia Arin terasa runtuh, dan sebagai akibatnya, ia mengundurkan diri dari klub biologi dua minggu sebelum pameran penting penelitian y...
Monday vs Sunday
112      97     0     
Romance
Bagi Nara, hidup itu dinikmati, bukan dilomba-lombakan. Meski sering dibandingkan dengan kakaknya yang nyaris sempurna, dia tetap menjadi dirinya sendiricerewet, ceria, dan ranking terakhir di sekolah. Sementara itu, Rei adalah definisi murid teladan. Selalu duduk di bangku depan, selalu ranking satu, dan selalu tampak tak peduli pada dunia luartermasuk Nara yang duduk beberapa meja di belaka...
Imperfect Rotation
155      136     0     
Inspirational
Entah berapa kali Sheina merasa bahwa pilihannya menggeluti bidang fisika itu salah, dia selalu mencapai titik lelahnya. Padahal kata orang, saat kamu melakukan sesuatu yang kamu sukai, kamu enggak akan pernah merasa lelah akan hal itu. Tapi Sheina tidak, dia bilang 'aku suka fisika' hanya berkali-kali dia sering merasa lelah saat mengerjakan apapun yang berhubungan dengan hal itu. Berkali-ka...