Loading...
Logo TinLit
Read Story - Maju Terus Pantang Kurus
MENU
About Us  

Senin kali ini begitu terik. Panasnya cuaca membuat tenggorokan jadi kering. Hal itu membuat lemari pendingin di kantin kehabisan isinya. Semua orang berebut minuman dingin. Bahkan, dawet dan es kelapa muda Bu Maria juga habis cepat.

Dewangga, Hazel, Mali, dan Melodi tidak kebagian minuman dingin sama sekali. Mereka datang terlambat. Untung saja masih ada air galon yang bisa menyelamatkan mereka dari kegerahan dan kekeringan yang melanda.

Keempat anak band sekolah itu duduk melingkari satu meja. Empat gelas air galon dan empat mangkuk mi goreng berada di tengah-tengahnya. Sebenarnya, soto atau bakso lebih menarik untuk dinikmati bersama segelas es teh, tapi antrean di depan stan makanan-makanan itu sangat panjang. Dewangga yang tidak suka membuang-buang waktu memilih makan mi goreng yang lebih instan. Mau tidak mau, tiga adik kelasnya jadi ikut-ikutan. Mereka berempat bergegas membentuk forum di meja setelah makanan datang.

"Jadi, ada info penting apa?" Hazel memulai pembicaraan.

Tadi, sekitar lima menit sebelum bel istirahat berbunyi, Dewangga mengirimkan pesan di grup yang baru dibuatnya. Katanya sangat urgent, menyangkut kelangsungan hidup band mereka. Otomatis, Hazel, Mali, dan Melodi jadi penasaran.

Dewangga menyondongkan tubuhnya ke depan. Kedua tangannya diletakkan di atas meja. Wajahnya begitu serius ketika berkata, "Band kita kena kutukan!"

"Apa?" tanya Hazel, Mali, dan Melodi bersamaan. Mata mereka kompak membulat.

"Maksud lo apa, Bang? Dikutuk siapa? Kenapa kita dikutuk?" cecar Hazel yang batal menyuap mi gorengnya.

Napas panjang terhela. Kini, Dewangga menatap satu per satu orang yang duduk bersamanya. "Kalian pernah dengar kutukan sebuah band? Yang itu tuh."

Mali mengedikkan bahu. "Jangan bertele-tele," katanya.

"Dan jangan mengada-ada," sambung Melodi.

Dewangga berdecak karena ucapannya dianggap bercanda. "Gue serius. Gue pernah dengar kutukan anak band yang bunyinya, sebuah band bisa hancur karena dua hal, pertama narkoba, kedua cinta." Cowok itu menghela napasnya yang sedikit gusar. "Kita mungkin bisa lolos dari kutukan yang pertama, tapi enggak dengan yang kedua."

Semua mata di meja itu terarah pada Dewangga. Dahi ketiganya berkerut-kerut.

"Maksud lo, di antara kita ada yang cinta-cintaan?" tanya Melodi, yang langsung dibalas dengan anggukkan.

Hazel tiba-tiba bergidik ngeri. "Lo nggak naksir gue, kan, Mal?" Dan, sebuah tamparan langsung mengenai lengannya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Mali?

"Kalau sekolah itu mulutnya diajakin! Lo kira gue belok? I'm straight, man!"

Hazel cekikikan. Sedangkan Dewangga dan Melodi hanya menghela napas panjang.

"Kalian berdua bisa serius dikit, nggak, sih? Kita lagi bicara kelangsungan hidup band yang susah payah kita buat," ujar Melodi, siang itu dia terlihat lebih emosional. "Emang siapa yang kena kutukannya, Bang? Perasaan di antara kalian nggak ada yang naksir gue."

"Ya bukan berarti naksir elo juga, kali, Mel."

"Kan, gue cewek satu-satunya di antara lima cowok?"

Dewangga mengangguk. "Memang, tapi ini bukan tentang lo. Ini tentang Jayan dan Juna yang terlibat kesalahpahaman."

Sekali lagi, Dewangga menghela napas cukup panjang. Cerita saat Juna menyewa studio musik di malam itu pun meluncur dari mulutnya. Hazel, Mali, dan Melodi menyimak dengan serius. Sesekali mereka menukikkan alis atau mengerutkan dahi

"Jadi, Bang Jayan sama Juna marahan karena Griss?" tanya Mali, mencoba menarik benang merah dari cerita Dewangga.

Dewangga mengangguk sambil meminum air galon dari gelasnya. Bercerita panjang lebar membuat tenggorokannya kering. "Menurut analisis gue, sih, begitu. Pas Mira ultah, si Jayan kelupaan pesan kue, kan?"

"Ya, dan gue yang menyarankan dia buat pesan di katering nyokapnya Griss."

"Nah, itu. Malam sebelum Mira ultah, Jayan kayaknya ke rumah Griss. Mereka keluar bareng ke minimarket. Dugaan gue, mereka cuma beli bahan-bahan buat bikin kue."

"Terus Juna lihat dan cemburu?"

"Tepat sasaran!"

"Terus apa hubungannya sama kutukan band?" Hazel bertanya dengan wajah polosnya. Wajah polos yang memancing emosi Dewangga.

"Hadeh, bocil! Ya kalau Juna sama Jayan nggak akur, band kita nggak akan bisa jalan. Lo lihat itu konten kita. Berantakan! Nggak kelar-kelar!"

"Sabar, Bang. Sabar." Mali yang duduk tepat di sebelah Dewangga, menepuk-nepuk bahu cowok berponi itu.

"Kita bisa terancam bubar, Zel," ujar Melodi. Mukanya lesu.

"Terus kita harus gimana? Nyuruh Juna jangan overthinking? Atau bikin Griss jauh-jauh dari Bang Jayan?" tanya Mali bertubi-tubi.

Dewangga menggelengkan kepalanya. "Nggak kayak gitu. Melarang Juna overthinking bukan hal mudah. Dan, bikin Griss jauhin Jayan itu bukan jalan yang benar. Lo mau memutus silaturahim mereka apa?"

"Terus?"

"Hanya ada satu cara yang bisa membuat Upin dan Ipin kita kembali akur."

"Apaan, Bang?" sambar Hazel.

"Bikin Griss sama Juna jadian."

"Hah?" Kompak, Hazel, Maki, dan Melodi membulatkan mata mereka.

Dewangga terkekeh kecil. "Kenapa hah? Lo semua pasti tahu, kan, kalau Jayan sayang banget sama Mira? Miranya aja yang nggak sadar dan cuma nganggap Jayan sahabat. Jadi, Jayan nggak mungkin punya niatan pindah hati ke Griss dalam waktu singkat. Jadi, akan lebih masuk akal kalau kita bantuin Juna jadian sama teman makannya aja."

"Lo yakin Juna suka Griss?" Sebelah alis Melodi dinaikkan. Dia tampak sangsi dengan apa yang Dewangga bicarakan.

"Sejuta persen yakin, Mel," jawab cowok itu.

Mali ikut menganggukkan kepala. "Gue setuju, sih. Kayaknya masalah ini harus cepet diberesin biar nge-band kita lancar. Waktu kita sama-sama, kan, nggak banyak lagi. Kelas dua belas udah harus fokus buat ujian kelulusan."

“Misi, Kak. Mau nanya.”

Dewangga, Mali, Melodi, dan Hazel kompak menoleh saat dua orang yang cukup familier di mata mereka datang menghampiri.

“Wina, kan?” tebak Dewangga. Wina tersenyum kecil sambil mengangguk-angguk.

“Lo bukannya Awan, ya?” tanya Melodi setelah tahu Wina–tetangga kelasnya–tidak datang sendiri. Pertanyaan itu dijawab dengan anggukan oleh Awan yang berdiri di belakang Wina. Cowok itu mesem-mesem karena namanya diingat Melodi.

“Ada apa?” Mali bertanya.

"Tadi mau nanya apa? Ke siapa?" sahut Hazel penasaran.

"O-oh, itu … sebenarnya kami mau nanya ke Jun—maksud gue ke Kak Juna, tapi kayaknya Kak Juna nggak ada di sini, ya?"

"Emang mau nanya apaan? Kenapa nggak ke kita-kita aja?" sambar Dewangga.

Wina menelan ludahnya sebelum kembali berbicara. "Mau nanya soal Griss, Kak. Dia hari ini nggak masuk, hapenya juga nggak aktif, waktu gue samper ke rumahnya, nggak ada orang."

"Lho, Griss nggak ngasih tahu lo kalau dia lagi di rumah sakit?" Kalimat Jayan yang baru bergabung memancing rasa penasaran orang-orang di sekitarnya.

"Rumah sakit? Griss sakit apa, Kak?" Awan bertanya dengan nada cukup panik.

"Iya, Kak. Griss sakit apa?" Wina juga tak kalah paniknya.

Sambil menatap teman-temannya yang ikut bingung, Jayan menghela napas, menimbang apakah dia harus mengatakan fakta yang dia tahu. Lima detik berlalu, Jayan memutuskan untuk mengatakannya. "Grissilia sakit lambung. Dugaan sementaranya gara-gara ... bulimia nervosa."

"Bu-buli ... APA?"

Semua orang terkejut, tak terkecuali Juna yang bersembunyi di balik etalase Bu Mutia.

^^^

Bulimia atau bulimia nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan kecenderungan untuk memuntahkan kembali makanan yang telah dimakan. Bulimia adalah gangguan mental yang berbahaya dan berpotensi mengancam nyawa.

Bulimia umumnya dialami oleh wanita dewasa dan remaja yang tidak puas dengan berat badan atau bentuk tubuhnya. Penderita bulimia cenderung melakukan cara yang tidak sehat untuk menurunkan berat badannya, yaitu dengan mengeluarkan makanan secara paksa, bisa dengan memuntahkannya atau menggunakan obat pencahar.

Juna menyandarkan punggungnya ke dinding yang ada di belakangnya. Kepalanya terasa berat setelah membaca potongan artikel yang dia dapat dari internet itu. Bulimia nervosa, sedikit pun Juna tidak pernah menduga Teman Makannya menderita gangguan itu.

Belakangan, Griss memang kerap pamit ke toilet setelah makan dengan porsi besar, tapi nggak pernah sedikit pun terbesit di benak Juna, Griss pergi ke tempat itu untuk memuntahkan isi perutnya. Juna juga tidak pernah menduga kalau alasan di balik perubahan sikap Griss saat diajak olahraga adalah gejala dari bulimia nervosa.

"Bodoh banget, sih, gue!" Juna menjambaki rambut asimetrisnya. Ketidakepekaan membuatnya nyaris kehilangan Grizzly-nya.

"Kenapa gue nggak sadar dari lama?" Mata Juna memejam. Seharusnya, dia bisa mengendus sesuatu yang tidak normal itu. Penurunan berat badan Griss yang tergolong instan, harusnya membuat Juna curiga, bukan? Dan, Juna tidak mungkin salah kira kali ini, bahwa penyebab Griss terkena bulimia adalah dirinya.

Griss selalu merasa insecure dengan berat badannya. Griss selalu membanding-bandingkan dirinya dengan Juna dan teman-temannya. Griss selalu merasa gendut, tidak cantik, dan tidak berbakat.

Seharusnya, Juna tidak pernah memaksa Griss bertemu dan berkenalan dengan teman-temannya. Seharusnya, Griss tidak pernah menjadi Teman Makan Juna. Seharusnya ... seharusnya Griss nggak pernah ketemu sama orang kayak gue.

Sekarang Juna tidak tahu harus berbuat seperti apa. Meminta maaf saja tidak akan membuat Griss kembali seperti dulu. Satu-satunya yang ada di kepala Juna saat ini adalah ... menjauh. Karena Juna juga butuh waktu untuk bisa berdamai dengan dirinya sendiri.

"Andai gue nggak pernah punya ketergantungan makan sama orang lain."

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kertas Remuk
110      91     0     
Non Fiction
Tata bukan perempuan istimewa. Tata nya manusia biasa yang banyak salah dalam langkah dan tindakannya. Tata hanya perempuan berjiwa rapuh yang seringkali digoda oleh bencana. Dia bernama Tata, yang tidak ingin diperjelas siapa nama lengkapnya. Dia hanya ingin kehidupan yang seimbang dan selaras sebagaimana mestinya. Tata bukan tak mampu untuk melangkah lebih maju, namun alur cerita itulah yang me...
Langit Tak Selalu Biru
69      59     4     
Inspirational
Biru dan Senja adalah kembar identik yang tidak bisa dibedakan, hanya keluarga yang tahu kalau Biru memiliki tanda lahir seperti awan berwarna kecoklatan di pipi kanannya, sedangkan Senja hanya memiliki tahi lalat kecil di pipi dekat hidung. Suatu ketika Senja meminta Biru untuk menutupi tanda lahirnya dan bertukar posisi menjadi dirinya. Biru tidak tahu kalau permintaan Senja adalah permintaan...
XIII-A
726      540     4     
Inspirational
Mereka bukan anak-anak nakal. Mereka hanya pernah disakiti terlalu dalam dan tidak pernah diberi ruang untuk sembuh. Athariel Pradana, pernah menjadi siswa jeniushingga satu kesalahan yang bukan miliknya membuat semua runtuh. Terbuang dan bertemu dengan mereka yang sama-sama dianggap gagal. Ini adalah kisah tentang sebuah kelas yang dibuang, dan bagaimana mereka menolak menjadi sampah sejar...
The Boy Between the Pages
1163      783     0     
Romance
Aruna Kanissa, mahasiswi pemalu jurusan pendidikan Bahasa Inggris, tak pernah benar-benar ingin menjadi guru. Mimpinya adalah menulis buku anak-anak. Dunia nyatanya membosankan, kecuali saat ia berada di perpustakaantempat di mana ia pertama kali jatuh cinta, lewat surat-surat rahasia yang ia temukan tersembunyi dalam buku Anne of Green Gables. Tapi sang penulis surat menghilang begitu saja, meni...
HABLUR
682      344     6     
Romance
Keinginan Ruby sederhana. Sesederhana bisa belajar dengan tenang tanpa pikiran yang mendadak berbisik atau sekitar yang berisik agar tidak ada pelajaran yang remedial. Papanya tidak pernah menuntut itu, tetapi Ruby ingin menunjukkan kalau dirinya bisa fokus belajar walaupun masih bersedih karena kehilangan mama. Namun, di tengah usaha itu, Ruby malah harus berurusan dengan Rimba dan menjadi bu...
Seharusnya Aku Yang Menyerah
116      99     0     
Inspirational
"Aku ingin menyerah. Tapi dunia tak membiarkanku pergi dan keluarga tak pernah benar-benar menginginkanku tinggal." Menjadi anak bungsu katanya menyenangkan dimanja, dicintai, dan selalu dimaafkan. Tapi bagi Mutia, dongeng itu tak pernah berlaku. Sejak kecil, bayang-bayang sang kakak, Asmara, terus menghantuinya: cantik, pintar, hafidzah, dan kebanggaan keluarga. Sementara Mutia? Ia hanya mer...
Lantunan Ayat Cinta Azra
815      535     3     
Romance
Perjalanan hidup seorang hafidzah yang dilema dalam menentukan pilihan hatinya. Lamaran dari dua insan terbaik dari Allah membuatnya begitu bingung. Antara Azmi Seorang hafidz yang sukses dalam berbisnis dan Zakky sepupunya yang juga merupakan seorang hafidz pemilik pesantren yang terkenal. Siapakah diantara mereka yang akan Azra pilih? Azmi atau Zakky? Mungkinkah Azra menerima Zakky sepupunya s...
Metanoia
46      39     0     
Fantasy
Aidan Aryasatya, seorang mahasiswa psikologi yang penuh keraguan dan merasa terjebak dalam hidupnya, secara tak sengaja terlempar ke dalam dimensi paralel yang mempertemukannya dengan berbagai versi dari dirinya sendiri—dari seorang seniman hingga seorang yang menyerah pada hidup. Bersama Elara, seorang gadis yang sudah lebih lama terjebak di dunia ini, Aidan menjelajahi kemungkinan-kemungkinan...
Di Bawah Langit Bumi
2406      923     87     
Romance
Awal 2000-an. Era pre-medsos. Nama buruk menyebar bukan lewat unggahan tapi lewat mulut ke mulut, dan Bumi tahu betul rasanya jadi legenda yang tak diinginkan. Saat masuk SMA, ia hanya punya satu misi: jangan bikin masalah. Satu janji pada ibunya dan satu-satunya cara agar ia tak dipindahkan lagi, seperti saat SMP dulu, ketika sebuah insiden membuatnya dicap berbahaya. Tapi sekolah barunya...
FAYENA (Menentukan Takdir)
357      261     2     
Inspirational
Hidupnya tak lagi berharga setelah kepergian orang tua angkatnya. Fayena yang merupakan anak angkat dari Pak Lusman dan Bu Iriyani itu harus mengecap pahitnya takdir dianggap sebagai pembawa sial keluarga. Semenjak Fayena diangkat menjadi anak oleh Pak Lusman lima belas tahun yang lalu, ada saja kejadian sial yang menimpa keluarga itu. Hingga di akhir hidupnya, Pak Lusman meninggal karena menyela...