Loading...
Logo TinLit
Read Story - Maju Terus Pantang Kurus
MENU
About Us  

"Bang Jay! Lo nggak papa?" Adalah pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut Juna. Sudah jelas Jayan mengerang kesakitan.

Cowok jangkung itu langsung berlari menghampiri teman satu band-nya, meneliti Jayan dari ujung kepala sampai ujung kakinya.

"Bang Jay, lo nggak amnesia, kan?" tanya Juna, heboh. Begitu heboh malah, sampai mengguncang bahu Jayan yang sama tingginya. "Bang, coba gue tanya, nama gue siapa?"

"Saepul."

"Hah?" Juna makin histeris ketika Jayan salah menebak namanya. Tanpa babibu lagi, cowok kurus itu langsung berlari ke tengah lapangan. Juna tidak berhenti menyebut nama "Grizzly" sampai membuat cewek itu ketakutan.

"Grizzly, lo harus tanggung jawab! Bang Jayan amnesia!"

"Hah?"

Masih di tengah lapangan, Griss melebarkan mulut serta matanya. Buru-buru dia membekap mulutnya dengan kedua tangan. Matanya mengerjap kemudian.

"Serius?"

Juna mengangguk. Kemudian, menarik tangan Griss setelah berkata, "Mi, pinjem Grizzly. Dia harus tanggung jawab sama Bang Jay!" kepada Bu Dewi yang menggeram di pinggir lapangan.

Tarikan serta langkah-langkah panjang Juna membuat Griss kerepotan. Bayangkan, langkah biasa Juna saja dua kali lipat langkah biasanya. Nah, kali ini cowok itu mengajaknya berlari. Bisa dibayangkan, kan, betapa terseoknya langkah kaki Griss? Akan tetapi, Griss tidak bisa menyuarakan protesnya. Karena ... kalau Kak Jay amnesia beneran, gue harus gimana? Dia benar-benar ketakutan.

"Nih, Bang. Dia bakal tanggung jawab kalau lo beneran amnesia. Lo tahu dia siapa?" tanya Juna begitu sampai di depan Jayan.

Jayan mengangkat satu alisnya, memindai Juna dan cewek yang datang bersamanya, bergantian. "Griss, kan?"

Juna membekap mulutnya dramatis. "Kok, nggak lupa?"

"Emang siapa yang amnesia, sih?"

"Elo, lah. Kan, tadi lo bilang, nama gue itu Saepul!"

Kekehan Jayan meluncur. "Bercanda doang kali!" Tangannya terangkat untuk meninju pelan lengan Juna.

Mengetahui Jayan tak jadi amnesia, Griss sedikit merasa lega. Meski begitu, rasa bersalah tetap membuatnya tidak berani mengangkat kepala. Griss bahkan tidak berani keluar dari balik punggung Juna yang tidak sempurna menutupi tubuhnya yang dua kali lipat lebih besar.

"Gue nggak papa, kok. Cuma bola basket," ucap Jayan.

Mendengar itu, Griss memberanikan diri menggeser posisinya. "Ta-tapi ... kayaknya aku harus tetap minta maaf," katanya. "Ma-maafin aku, Kak. Aku nggak sengaja." Cewek itu merundukkan bahunya. Jelas karena terlalu banyak menonton drama Korea.

"Gue juga minta maaf, sih, Bang. Si Grizzly pasti nggak fokus karena tiba-tiba gue teriak manggil nama dia." Juna menyambung. Tangannya menepuk bahu Griss, menyuruh cewek itu untuk berhenti merunduk. "Eh, gimana kalau siang nanti kita lunch bareng?" Tiba-tiba cowok cungkring itu mengusulkan sebuah ide.

"Hah?"

"Sebagai permintaan maaf. Mau, nggak, Bang?" tanya Juna lagi. Matanya melirik ke arah Griss, kemudian mengerling ke arah Jayan.

Griss jadi panik. Jangan bilang .... "Jun, tapi ... tapi gue—"

"Deal!"

Kalimat Griss tidak selesai. Jayan terlebih dulu menyalami Juna yang langsung menyengir.

"Kebetulan gue lagi pengin makan dimsum. Nanti lo yang traktir ya, Jun. Dan, Griss ... see you nanti siang." Jayan melambaikan tangan, seolah tidak mempedulikan lagi kepalanya yang jadi korban salah sasaran Griss.

Seperginya Jayan, tinggal Juna yang melambai kepada Griss. Gerakannya lebih kasar, terkesan mau mengusir. Juna bahkan sampai mendorong punggung Griss, seperti sedang bermain kereta-keretaan, sampai keduanya keluar dari koridor kelas Bahasa.

"Dah, sana balik ke lapangan. Bang Jay nggak jadi amnesia ternyata. See you di kantin lantai dua, Grizzly. Bye ...."

 

Bye ... gue harap kita nggak ketemu lagi.

^^^

Pagi tadi, Indira—mama Griss—membekali Griss dua kotak makan berisi nasi putih, ayam lada hitam, tumis sayur, bakwan, sambal, dan lalapan. Harusnya Griss menyantap bekal itu hanya bersama Juna. Dan, di luar sekolah sesuai kesepakatan, bukan di kantin, lantai dua pula!

"Jadi, semua makanan ini, nyokap lo yang masak?" Jayan menyendok sedikit ayam lada hitam dari wadah bekal Juna, lalu memakannya. "Enak, ya."

"Namanya juga masakan katering. Maksud gue, nyokap Griss udah pengalaman lah soal masakan," sahut Juna. Dia ikut menyendok makanannya bersamaan dengan Griss yang juga sedang menyuap.

Kantin lantai dua, pada jam makan siang. Anak-anak kelas dua belas berkumpul untuk mengisi perut mereka yang kelaparan setelah kegiatan pembelajaran. Hanya segelintir anak-anak kelas lain yang terlihat. Kebanyakan dari para junior jelas memilih aman dengan tetap menggunakan kantin lantai satu meskipun di kantin lantai dua mereka bisa menemukan angin segar berupa wajah-wajah rupawan para senior yang sedap di pandang. Sebebenarnya, sistem senioritas sudah tidak berlaku di Nusa Indah, tapi tetap saja, terkadang ada satu atau dua orang kakak kelas yang masih suka mengganggu adik kelasnya, seperti Nindi.

Sejak tadi, cewek berwajah tirus itu mengamati interaksi Juna, Jayan, dan Griss dari sudut kantin. Dia sengaja tidak mendekat untuk memberi gebrakan kepada Griss yang berani mendekati cowok yang disukainya. Nindi sengaja diam, tapi matanya yang terus melotot, tentu saja membuat Griss tidak nyaman.

"Bagi dimsum, Bang. Enak, nggak?" tanya Juna.

Kembali ke meja dekat vending machine yang ditempati Juna, Jayan, dan Griss. Mereka bertiga sudah hampir menghabiskan setengah porsi makanan mereka. Padahal, lima menit pun belum berlalu sejak ketiganya duduk di kursi itu.

Jayan membiarkan Juna mengambil satu buah dimsumnya. "Enak lah. Apalagi makannya bareng Griss," balas cowok itu.

Griss yang merasa diperhatikan dari segala sisi, hanya mampu menarik sedikit ujung-ujung bibirnya. Cewek itu tidak bisa leluasa bertingkah. Seolah, satu saja kata yang terucap dari mulutnya, akan mengakibatkan perang. Perang antara dirinya dengan Chills. Apalagi di tempat itu ada Nindi.

"BTW, Griss, kenapa cara lo makan bikin kita-kita yang melihat lo jadi ikutan lapar?"

"Emang keistimewaan dia tahu, Bang. Gue aja waktu pertama kali makan sama dia, nggak kerasa udah habisin satu kotak penuh nasi. Padahal, lo tahu sendiri, kan, gue nggak suka banget sama nasi." Lagi-lagi Juna menggantikan tugas Griss berbicara. Cowok itu mengerling ke arah Griss untuk meminta dukungan. "Ya, kan, Grizzly?"

Griss mengangguk-angguk.

"Kayaknya lo bakal punya banyak subscriber kalau jadi youtuber yang bikin konten mukbang!"

"Setuju."

Griss sangat ingin menyahut, tapi dia tidak punya nyali. Dalam hati Griss ingin berkata bahwa dia juga pernah memikirkan apa yang diucapkanan Jayan dan Juna. Benar bahwa dia bisa jadi youtuber mukbang dengan kemampuannya memengaruhi orang untuk merasa lapar. Selain bisa dapat penghasilan, Griss bisa ikut mempromosikan katering mamanya, bukan?

Namun, apa Griss bisa menjaga berat badannya agar tidak terus bertambah kalau dia merealisasikan ide itu? Bukankah rutin makan bersama Juna saja sudah membuat jarum timbangan terus bergerak ke arah kanan?

Tidak. Griss tidak akan melakukannya. Sekarang saja BMI-nya sudah mengkhawatirkan.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Layar Surya
1748      1011     17     
Romance
Lokasi tersembunyi: panggung auditorium SMA Surya Cendekia di saat musim liburan, atau saat jam bimbel palsu. Pemeran: sejumlah remaja yang berkutat dengan ekspektasi, terutama Soya yang gagal memenuhi janji kepada orang tuanya! Gara-gara ini, Soya dipaksa mengabdikan seluruh waktunya untuk belajar. Namun, Teater Layar Surya justru menculiknya untuk menjadi peserta terakhir demi kuota ikut lomb...
Heavenly Project
592      402     5     
Inspirational
Sakha dan Reina, dua remaja yang tau seperti apa rasanya kehilangan dan ditinggalkan. Kehilangan orang yang dikasihi membuat Sakha paham bahwa ia harus menjaga setiap puing kenangan indah dengan baik. Sementara Reina, ditinggal setiap orang yang menurutnya berhaga, membuat ia mengerti bahwa tidak seharusnya ia menjaga setiap hal dengan baik. Dua orang yang rumit dan saling menyakiti satu sama...
GEANDRA
444      357     1     
Romance
Gean, remaja 17 tahun yang tengah memperjuangkan tiga cinta dalam hidupnya. Cinta sang papa yang hilang karena hadirnya wanita ketiga dalam keluarganya. Cinta seorang anak Kiayi tempatnya mencari jati diri. Dan cinta Ilahi yang selama ini dia cari. Dalam masa perjuangan itu, ia harus mendapat beragam tekanan dan gangguan dari orang-orang yang membencinya. Apakah Gean berhasil mencapai tuj...
Da Capo al Fine
343      281     5     
Romance
Bagaimana jika kau bisa mengulang waktu? Maukah kau mengulangi kehidupanmu dari awal? Atau kau lebih memilih tetap pada akhir yang tragis? Meski itu berarti kematian orang yang kau sayangi? Da Capo al Fine = Dari awal sampai akhir
Kamu Tidak Harus Kuat Setiap Hari
2414      1355     0     
Inspirational
Judul ini bukan hanya sekadar kalimat, tapi pelukan hangat yang kamu butuhkan di hari-hari paling berat. "Kamu Tidak Harus Kuat Setiap Hari" adalah pengingat lembut bahwa menjadi manusia tidak berarti harus selalu tersenyum, selalu tegar, atau selalu punya jawaban atas segalanya. Ada hari-hari ketika kamu ingin diam saja di sudut kamar, menangis sebentar, atau sekadar mengeluh karena semua teras...
Deep End
46      43     0     
Inspirational
"Kamu bukan teka-teki yang harus dipecahkan, tapi cerita yang terus ditulis."
Metafora Dunia Djemima
101      83     2     
Inspirational
Kata orang, menjadi Djemima adalah sebuah anugerah karena terlahir dari keluarga cemara yang terpandang, berkecukupan, berpendidikan, dan penuh kasih sayang. Namun, bagaimana jadinya jika cerita orang lain tersebut hanyalah sebuah sampul kehidupan yang sudah habis dimakan usia?
Aku yang Setenang ini Riuhnya dikepala
71      62     1     
True Story
Semesta Berbicara
1353      790     10     
Romance
Suci Riganna Latief, petugas fasilitas di PT RumahWaktu, hanyalah wajah biasa di antara deretan profesional kelas atas di dunia restorasi gedung tua. Tak ada yang tahu, di balik seragam kerjanya yang lusuh, ia menyimpan luka, kecerdasan tersembunyi, dan masa lalu yang rumit. Dikhianati calon tunangannya sendiri, Tougo—teman masa kecil yang kini berkhianat bersama Anya, wanita ambisius dari k...
Spektrum Amalia
813      542     1     
Fantasy
Amalia hidup dalam dunia yang sunyi bukan karena ia tak ingin bicara, tapi karena setiap emosi orang lain muncul begitu nyata di matanya : sebagai warna, bentuk, dan kadang suara yang menghantui. Sebagai mahasiswi seni yang hidup dari beasiswa dan kenangan kelabu, Amalia mencoba bertahan. Sampai suatu hari, ia terlibat dalam proyek rahasia kampus yang mengubah cara pandangnya terhadap diri sendi...