Loading...
Logo TinLit
Read Story - FaraDigma
MENU
About Us  

Suasana kantin siang itu ramai oleh obrolan dan denting sendok garpu. Bau gorengan dan kuah kaldu soto bercampur menjadi satu, membuat perut Digma semakin lapar. Misinya memang penting, namun ia tetap tak boleh menunda jam makan siang. Ia harus mengisi tenaga sebelum Gery dan gengnya datang membuat drama.

Baru saja ia mengambil semangkok soto dan berjalan ke arah meja kosong, matanya menangkap sosok Fara. Gadis itu duduk menyendiri, sedang menyantap bakso dengan wajah yang sedikit murung. Alisnya sedikit berkerut, sendok di tangan kirinya bergerak lambat, seolah pikirannya mengembara entah ke mana.

Tanpa pikir panjang, Digma membelokkan langkahnya. Ia pun duduk di seberang gadis itu.

"Sendirian aja, Ketua PKS?" sapanya, mencoba terdengar santai.

Fara mendongak pelan. Mata mereka bertemu—ada sekejap keterkejutan di tatapan Fara, sebelum cepat-cepat ia sembunyikan di balik senyum tipis.

"Eh ... iya." Suaranya nyaris tenggelam di antara hiruk pikuk kantin.

"Gue duduk sini ya?" Digma langsung mulai mengaduk sotonya. "Lo lagi banyak pikiran?" tanya cowok itu pada akhirnya karena tak tahan dengan wajah tertekuk Fara.

Fara menarik napas pelan. Lama. Hingga akhirnya gadis itu hanya tersenyum tipis. "Ya ... mikirin lo yang bandel."

Digma mengerutkan alis, pura-pura tersinggung. "Gue lagi laper gini malah dituduh bandel ..."

"Lo emang bandel," potong Fara cepat. "Udah dibilang jangan deket-deket Gery, masih aja ..."

Digma meneguk es tehnya, tatapannya masih tak lepas dari wajah Fara. "Tapi kalo deket lo, boleh?" tanya cowok itu datar. Namun nadanya terlalu serius untuk disebut bercanda.

Fara terdiam. Satu detik. Dua detik. Lalu menoleh pelan.

Tatapan mereka bertemu lagi.

"Deket?" ulang Fara. Senyumnya menggantung, penuh tanya. "Mau ngapain?"

"Ya kayak gini," jawab Digma santai, "makan bareng. Duduk deketan. Ngobrolin hal-hal kecil yang bikin lo lupa lagi sedih. Lo lagi sedih kan?"

Fara hanya tersenyum. Tapi senyum itu cepet hilang. Ada sesuatu di matanya yang tak bisa ia sembunyikan. Teguran Bu Ega akan sikapnya yang penakut terus menghantuinya sebagai ketua PKS.

"Cemberut lagi kan! Muka lo itu ..." Digma menggantung kalimatnya. Beralih menghabiskan sisa kuah soto di mangkuknya.

Fara menyipitkan mata. "Muka gue kenapa?"

"Hah?" Digma pura-pura tidak mengerti. Sotonya kini sudah habis.

"Yang 'muka lo itu ...' terus lo diem. Lanjutin, dong."

"Udah titik itu," elaknya.

"Gak bisa. Itu baru koma. Lanjutin."

Digma nyengir. "Gue takut lo GR."

Fara menyilangkan tangan di dada. "Tuh, kan. Lo pasti mau ngejek gue."

"Nggak," kata Digma serius. Lalu menunduk sedikit, suara memelan, "Gue cuma mau bilang... lo tetep cantik, bahkan pas lagi cemberut."

Fara terkejut. Jantungnya berhenti sejenak. Mereka kini sama-sama terdiam. Terjebak dalam suasana yang mereka sendiri pun bingung.

Hingga akhirnya Fara membuka suara. Memecah keheningan. "Dig, gue punya temen," ucapnya lirih sambil mencodongkan tubuh lebih dekat kepada Digma.

Sadar Fara akan mulai curhat padanya, Digma memasang raut serius. Siap menjadi pendengar yang baik.

"Temen gue ini ketua OSIS."

"Oke ..."

"Tapi dia penakut. Sebenarnya dia berani untuk maju di depan umum atau menghadap guru, tapi dia nggak berani kalo menyangkut anak-anak nakal. Kayak negur mereka. Atau ngehukum mereka. Dia takut dia bakal kena imbasnya dan kena bahaya kalo berurusan dengan anak kaya mereka."

"Karena dia pernah ngerasain sendiri dalam bahaya sama anak-anak nakal?"

"Iya! Dia pernah, makanya dia takut."

Digma menatap Fara lama dan dalam. "Sejak kapan lo nahan trauma itu?"

Fara terdiam beberapa detik. "Lo ... tau kalo itu gue bukan temen gue?"

Digma menghela napas berat. "Rasa takut itu hal biasa. Tapi jangan jadiin rasa takut itu mengendalikan lo, Ra. Gue tau lo punya trauma, tapi justru itu yang bakal bikin lo lebih kuat kedepannya. Lo bakal lebih berani. Gue yakin itu," jelas Digma dengan tatapan teduh. Menatap gadis itu tanpa menghakiminya.

Dada Fara menghangat. Senyumnya kembali terbit. Kata-kata menenangkan Digma bak angin segar di tengah pikirannya yang panas.

"Thanks, Dig." Fara tersenyum lembut. "Tapi lo tau dari mana kalo cerita itu adalah gue?"

"Lo sendiri. Lo bilang kalo ketua osis takut negur anak nakal, padahal itu bukan kerjaan OSIS, itu kerjaan ketua PKS kan?" tukas Digma disertai tawa geli.

Fara ikut tertawa. Menyadari sendiri kebodohannya. Hingga tiba-tiba, seseorang tanpa diduga datang dan langsung duduk di sebelah Digma. Mengejutkan mereka berdua.

"Lagi pada ngobrolin apa nih? Kayaknya asik banget." 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Imajinasi si Anak Tengah
3184      1694     16     
Inspirational
Sebagai anak tengah, Tara terbiasa berada di posisi "di antara" Di antara sorotan dan pujian untuk kakaknya. Dan, di antara perhatian untuk adiknya yang selalu dimanjakan. Ia disayang. Dipedulikan. Tapi ada ruang sunyi dalam dirinya yang tak terjamah. Ruang yang sering bertanya, "Kenapa aku merasa sedikit berbeda?" Di usia dua puluh, Tara berhadapan dengan kecemasan yang tak bisa ia jel...
Finding the Star
1747      1176     9     
Inspirational
"Kamu sangat berharga. Kamu istimewa. Hanya saja, mungkin kamu belum menyadarinya." --- Nilam tak pernah bisa menolak permintaan orang lain, apalagi yang butuh bantuan. Ia percaya kalau hidupnya akan tenang jika menuruti semua orang dan tak membuat orang lain marah. Namun, untuk pertama kali, ia ingin menolak ajakan Naura, sahabatnya, untuk ikut OSIS. Ia terlalu malu dan tak bisa bergaul ...
My Reason
727      480     0     
Romance
pertemuan singkat, tapi memiliki efek yang panjang. Hanya secuil moment yang nggak akan pernah bisa dilupakan oleh sesosok pria tampan bernama Zean Nugraha atau kerap disapa eyan. "Maaf kak ara kira ini sepatu rega abisnya mirip."
Ameteur
135      116     2     
Inspirational
Untuk yang pernah merasa kalah. Untuk yang sering salah langkah. Untuk yang belum tahu arah, tapi tetap memilih berjalan. Amateur adalah kumpulan cerita pendek tentang fase hidup yang ganjil. Saat kita belum sepenuhnya tahu siapa diri kita, tapi tetap harus menjalani hari demi hari. Tentang jatuh cinta yang canggung, persahabatan yang retak perlahan, impian yang berubah bentuk, dan kegagalan...
Love after die
484      331     2     
Short Story
"Mati" Adalah satu kata yang sangat ditakuti oleh seluruh makhluk yang bernyawa, tak terkecuali manusia. Semua yang bernyawa,pasti akan mati... Hanya waktu saja,yang membawa kita mendekat pada kematian.. Tapi berbeda dengan dua orang ini, mereka masih diberi kesempatan untuk hidup oleh Dmitri, sang malaikat kematian. Tapi hanya 40 hari... Waktu yang selalu kita anggap ...
Spektrum Amalia
995      640     1     
Fantasy
Amalia hidup dalam dunia yang sunyi bukan karena ia tak ingin bicara, tapi karena setiap emosi orang lain muncul begitu nyata di matanya : sebagai warna, bentuk, dan kadang suara yang menghantui. Sebagai mahasiswi seni yang hidup dari beasiswa dan kenangan kelabu, Amalia mencoba bertahan. Sampai suatu hari, ia terlibat dalam proyek rahasia kampus yang mengubah cara pandangnya terhadap diri sendi...
Perihal Waktu
436      308     4     
Short Story
"Semesta tidak pernah salah mengatur sebuah pertemuan antara Kau dan Aku"
Langkah Pulang
806      480     7     
Inspirational
Karina terbiasa menyenangkan semua orangkecuali dirinya sendiri. Terkurung dalam ambisi keluarga dan bayang-bayang masa lalu, ia terjatuh dalam cinta yang salah dan kehilangan arah. Saat semuanya runtuh, ia memilih pergi bukan untuk lari, tapi untuk mencari. Di kota yang asing, dengan hati yang rapuh, Karina menemukan cahaya. Bukan dari orang lain, tapi dari dalam dirinya sendiri. Dan dari Tuh...
JUST RIGHT
148      126     0     
Romance
"Eh, itu mamah bapak ada di rumah, ada gue di sini, Rano juga nggak kemana-mana. Coba lo... jelasin ke gue satu alasan aja, kenapa lo nggak pernah mau cerita ke seenggaknya salah satu dari kita? Nggak, nggak, bukan tentang mbak di KRL yang nyanggul rambutnya pakai sumpit, atau anak kecil yang lututnya diplester gambar Labubu... tapi cerita tentang lo." Raden bilang gue itu kayak kupu-kupu, p...
Teman Khayalan
1746      758     4     
Science Fiction
Tak ada yang salah dengan takdir dan waktu, namun seringkali manusia tidak menerima. Meski telah paham akan konsekuensinya, Ferd tetap bersikukuh menelusuri jalan untuk bernostalgia dengan cara yang tidak biasa. Kemudian, bahagiakah dia nantinya?