Loading...
Logo TinLit
Read Story - Pacarku Pergi ke Surga, Tapi Dia Lupa Membawa Buku Catatan Biru Tua Itu
MENU
About Us  

Setelah "keputusan" Mayadi untuk membiarkan konfirmasi Harvard-ku terlewatkan, ada kedamaian aneh yang menyelimutiku. Beban berat yang selalu kurasakan, tuntutan yang tak terlihat dari bayangan Adit, seolah lenyap. Aku merasa bebas. Bebas untuk memilih jalanku sendiri, jalan yang telah Mayadi tunjukkan. Aku membiarkan diriku sepenuhnya tenggelam dalam cinta Mayadi yang tulus. Kami menghabiskan hari-hari kami merencanakan masa depan, yang kini sepenuhnya berputar di sekitar Central Washington University, tempat aku akan melanjutkan studi, dan Berklee College of Music, tempat Mayadi akan meraih mimpinya.

"Nanti kalau kamu sudah di Central Washington, aku bisa sering-sering pulang ke sini," kata Mayadi suatu sore, saat kami menikmati secangkir kopi di balkon apartemennya. "Kita bisa main musik bersama. Kamu bisa menulis lirik, aku yang buat melodinya."

Aku tersenyum. Itu adalah masa depan yang begitu sederhana, namun terasa begitu nyata dan damai. Tidak ada lagi bayang-bayang Harvard yang membebani, tidak ada lagi tekanan untuk menjadi sempurna. Hanya ada aku, Mayadi, dan musik kami.

"Aku akan menulis novelku di sana," kataku, mataku berbinar. "Tentang semua ini. Tentang perjalananku. Tentang kamu."

Wajah Mayadi merona. "Aku akan jadi pembaca pertamamu," bisiknya, mencium keningku lembut.

Malam itu, aku tidur nyenyak, lebih nyenyak dari yang kurasakan selama berbulan-bulan. Tidak ada mimpi buruk, tidak ada bayangan Adit yang menghantui. Hanya ada kehangatan pelukan Mayadi, yang terasa begitu nyata.

Namun, kedamaian itu tak bertahan lama.

Aku terbangun dari tidur yang nyenyak. Namun, kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Ada sebuah sensasi melayang yang tiba-tiba berhenti. Ruangan ini... bukan kamar Mayadi. Bukan apartemennya. Aku menatap sekeliling. Dinding putih, bau antiseptik yang menusuk hidung, dan tirai yang menutupi jendela. Ini... ini rumah sakit.

Jantungku berdebar kencang. Apa yang terjadi? Mayadi? Di mana Mayadi? Aku mencoba bangkit, tapi tubuhku terasa lemah. Sebuah selang terpasang di tanganku.

Seketika, semua ingatan datang menyerbu. Ingatan tentang Adit, tentang jurnal, tentang Maya, tentang pil, tentang Michael, tentang tebing... dan kemudian, ingatan tentang Mayadi, tentang cinta kami, tentang Harvard dan Berklee, tentang rencana masa depan kami di Central Washington University.

Semua itu terasa begitu jelas, begitu nyata. Tapi mengapa aku di rumah sakit? Mengapa bukan Mayadi yang ada di sampingku?

Pintu ruangan terbuka. Seorang perawat masuk, tersenyum kecil. "Nona Lily? Syukurlah Anda sudah sadar."

"Apa... apa yang terjadi?" suaraku serak.

"Anda mengalami kecelakaan, Nona," jawab perawat itu lembut. "Anda koma selama beberapa bulan."

Koma? Beberapa bulan? Kepalaku terasa berputar. Jadi, semua itu... semua yang kuingat, pengkhianatan Adit dan Maya, lalu hubunganku dengan Mayadi... adalah mimpi? Sebuah mimpi panjang selama aku koma?

Perawat itu kemudian memberitahuku bahwa orang tuaku sedang dalam perjalanan. Aku mencoba memproses informasi itu. Jika itu semua mimpi... lalu apa yang sebenarnya terjadi?

Aku melihat jam di dinding, dan melihat kalender di sebelahnya. Tanggalnya... Desember. Aku teringat samar-samar, sebelum kegelapan menyelubungiku sepenuhnya, sebuah bisikan perawat... sebuah kalimat yang menembus kabut...

"Korban satunya... meninggal di tempat. Kecelakaan mobil... di jalan menuju bandara."

Jantungku serasa berhenti berdetak. Korban satunya. Adit. Jalan menuju bandara. Itu adalah rute yang ku lalui malam itu, saat aku dalam perjalanan menjemput Mayadi, sahabatku di bandara.

Kebenaran yang sesungguhnya menghantamku seperti gelombang raksasa. Bukan Adit yang mengalami kecelakaan itu sendiri. Bukan takdir yang memisahkan kami. Aku... aku yang ada di balik kemudi malam itu. Aku yang melaju terlalu cepat di jalan itu. Aku yang menabrak mobil Adit. Aku yang bertanggung jawab atas kematiannya.

Rasa bersalah yang menggerogoti, jauh lebih dalam, jauh lebih dingin, dan lebih nyata dari semua pengkhianatan yang pernah kuciptakan dalam mimpiku. Ini adalah kebenaran yang Michael pernah bisikkan, aku pecundang, kebenaran yang kutolak. Rasa bersalah ini menusukku hingga ke tulang. Inilah alasan mengapa aku menciptakan ilusi Adit yang pecundang, yang selingkuh, yang meninggalkan rahasia. Karena itu lebih mudah daripada menghadapi kenyataan bahwa aku, Lily, adalah penyebab kematiannya.

"Aku... aku menabraknya..." bisikku, suaraku pecah, air mata mengalir deras, membasahi bantal rumah sakit. Ini bukan air mata ilusi, ini adalah air mata penyesalan yang membakar. Tanganku gemetar, aku merasakan sensasi perih yang familiar, seperti jarum yang menusuk. Aku ingat perawat itu menyuntikkan sesuatu. Untuk menenangkan, katanya. Untuk menidurkan. Dan sejak itu... seluruh mimpi panjang itu dimulai.

Mama dan Papa masuk, wajah mereka dipenuhi kelegaan. Mama memelukku erat, menangis tersedu-sedu. "Lily, Nak! Syukurlah kamu sudah bangun! Mama sangat takut..."

Mama mengusap rambutku, mencoba menenangkan. "Itu kecelakaan, Nak. Bukan salahmu."

Tapi aku tahu. Aku tahu rasanya menyetir mobil malam itu. Aku tahu betapa kencangnya aku melaju. Aku tahu betapa paniknya aku. Aku tahu itu semua.

"Lalu... Mayadi? Maya? Mereka..." Aku mencoba bertanya, suaraku tercekat.

Mama menatapku bingung. "Mayadi? Maya? Kenapa dengan mereka, Nak?"

"Mereka yang menjagaku saat aku koma? Mereka yang ada di sisiku?"

Mama menggeleng. "Yang selalu di sini menjagamu, setiap hari, adalah Mayadi. Dia sahabatmu. Dia sangat khawatir. Maya... dia juga datang beberapa kali, tapi tidak sesering Mayadi. Kamu tahu kan, kalian tidak begitu dekat?"

Seluruh ilusiku tentang Mayadi yang menjadi kekasihku, tentang Maya yang mengkhianatiku secara romantis, runtuh berantakan. Mereka hanyalah teman. Teman yang peduli, ya, tapi tidak lebih.

"Dan jurnal..." bisikku, "buku catatan biru tua itu... apakah itu nyata? Apakah ada tulisan tangan Adit di sana?"

Mama mengangguk. "Ya, Nak. Jurnal itu milikmu dan Adit. Setelah kecelakaan, Ayah Adit menemukannya di tasmu yang terselamatkan. Dan... kami juga menemukan buku catatan biru tua yang lain di kamar Adit. Itu buku hariannya. Dia sering menuliskan pemikiran, mimpinya untuk Juilliard, dan juga beberapa surat yang tidak pernah dia kirimkan."

Jadi, itu nyata. Ada buku catatan biru tua. Ada tulisan Adit. Tapi bukan seperti yang kualami dalam mimpi. Bukan dialog ghaib. Melainkan... sebuah narasi utuh dari Adit yang sebenarnya.

"Pil itu, Ma," bisikku lagi, "yang membuatku berhalusinasi selama koma... apakah itu..."

Mama menghela napas panjang. "Ya, Nak. Setelah kecelakaan, kamu sangat trauma. Kamu mengalami shock emosional berat. Dokter memberikanmu obat penenang dan obat tidur. Ada kemungkinan itu memicu aktivitas otak yang intens selama kamu koma, menciptakan mimpi-mimpi yang sangat nyata."

Air mataku terus mengalir. Jadi, seluruh perjalanan emosional, semua konflik, semua pengkhianatan, semua cinta, semua harapan... itu semua hanyalah rekaan otakku yang mencoba memproses trauma dan rasa bersalah yang tak terhingga.

"Aku... aku harus meminta maaf pada keluarga Adit," kataku, tekad baru muncul di antara puing-puing kehancuranku. Ini adalah langkah pertama untuk menghadapi kenyataan.

Mama mengangguk, mencium keningku. "Pasti, Nak. Mereka juga sangat berduka, tapi mereka sudah mengerti ini kecelakaan. Mereka pasti akan senang melihatmu."

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • itsbooo

    😭😭😭😭

    Comment on chapter Bab 12: "ADIT - BARANG PRIBADI"
  • lizuyy

    Brooo ide nya fresh bangettt, sumpil sumpill bedaaa..
    pliss ngeship lily dan siapa yak?

Similar Tags
FaraDigma
2005      877     1     
Romance
Digma, atlet taekwondo terbaik di sekolah, siap menghadapi segala risiko untuk membalas dendam sahabatnya. Dia rela menjadi korban bully Gery dan gengnya-dicaci maki, dihina, bahkan dipukuli di depan umum-semata-mata untuk mengumpulkan bukti kejahatan mereka. Namun, misi Digma berubah total saat Fara, gadis pemalu yang juga Ketua Patroli Keamanan Sekolah, tiba-tiba membela dia. Kekacauan tak terh...
Creepy Rainy
452      305     1     
Short Story
Ada yang ganjil ketika Arry mengenal Raina di kampus. Fobia hujan dan bayangan berambut panjang. Sosok berwajah seperti Raina selalu menghantui Arry. Apakah lelaki itu jatuh cinta atau arwah mengikutinya?
RANIA
2489      892     1     
Romance
"Aku hanya membiarkan hati ini jatuh, tapi kenapa semua terasa salah?" Rania Laila jatuh cinta kepada William Herodes. Sebanarnya hal yang lumrah seorang wanita menjatuhkan hati kepada seorang pria. Namun perihal perasaan itu menjadi rumit karena kenyataan Liam adalah kekasih kakaknya, Kana. Saat Rania mati-matian membunuh perasaan cinta telarangnya, tiba-tiba Liam seakan membukak...
Yang Tertinggal dari Rika
3159      1291     11     
Mystery
YANG TERTINGGAL DARI RIKA Dulu, Rika tahu caranya bersuara. Ia tahu bagaimana menyampaikan isi hatinya. Tapi semuanya perlahan pudar sejak kehilangan sosok paling penting dalam hidupnya. Dalam waktu singkat, rumah yang dulu terasa hangat berubah jadi tempat yang membuatnya mengecil, diam, dan terlalu banyak mengalah. Kini, di usianya yang seharusnya menjadi masa pencarian jati diri, Rika ju...
Mimpi Milik Shira
532      302     6     
Short Story
Apa yang Shira mimpikan, tidak seperti pada kenyataannya. Hidupnya yang pasti menjadi tidak pasti. Begitupun sebaliknya.
Teman Berbagi
3819      1391     0     
Romance
Sebingung apapun Indri dalam menghadapi sifatnya sendiri, tetap saja ia tidak bisa pergi dari keramaian ataupun manjauh dari orang-orang. Sesekali walau ia tidak ingin, Indri juga perlu bantuan orang lain karena memang hakikat ia diciptakan sebagai manusia yang saling membutuhkan satu sama lain Lalu, jika sebelumnya orang-orang hanya ingin mengenalnya sekilas, justru pria yang bernama Delta in...
Dia & Cokelat
591      418     3     
Short Story
Masa-masa masuk kuliah akan menjadi hal yang menyenangkan bagi gue. Gue akan terbebas dari segala peraturan semasa SMA dulu dan cerita gue dimulai dengan masa-masa awal gue di MOS, lalu berbagai pertemuan aneh gue dengan seorang pria berkulit cokelat itu sampai insiden jari kelingking gue yang selalu membutuhkan cokelat. Memang aneh!
Train to Heaven
1330      797     2     
Fantasy
Bagaimana jika kereta yang kamu naiki mengalami kecelakaan dan kamu terlempar di kereta misterius yang berbeda dari sebelumnya? Kasih pulang ke daerah asalnya setelah lulus menjadi Sarjana di Bandung. Di perjalanan, ternyata kereta yang dia naiki mengalami kecelakaan dan dia di gerbong 1 mengalami dampak yang parah. Saat bangun, ia mendapati dirinya berpindah tempat di kereta yang tidak ia ken...
That's Why He My Man
1490      882     9     
Romance
Jika ada penghargaan untuk perempuan paling sukar didekati, mungkin Arabella bisa saja masuk jajaran orang yang patut dinominasikan. Perempuan berumur 27 tahun itu tidak pernah terlihat sedang menjalin asmara dengan laki-laki manapun. Rutinitasnya hanya bangun-bekerja-pulang-tidur. Tidak ada hal istimewa yang bisa ia lakukan diakhir pekan, kecuali rebahan seharian dan terbebas dari beban kerja. ...
Sweet Seventeen
1782      1083     4     
Romance
Karianna Grizelle, mantan artis cilik yang jadi selebgram dengan followers jutaan di usia 17 tahun. Karianna harus menyeimbangkan antara sekolah dan karier. Di satu sisi, Anna ingin melewati masa remaja seperti remaja normal lainnya, tapi sang ibu sekaligus manajernya terus menyuruhnya bekerja agar bisa menjadi aktris ternama. Untung ada Ansel, sahabat sejak kecil yang selalu menemani dan membuat...