Cinta. Kata yang sering terdengar sederhana, namun bagi Rania, cinta adalah misteri yang tak pernah ia pahami. Dalam kehidupannya, cinta bukanlah tentang kebahagiaan atau rasa aman, melainkan tentang ketakutan dan kecemasan yang membelenggu.
Sejak kecil, Rania hidup dalam dunia yang sempit—dunia yang dibentuk oleh aturan dan kendali ayahnya yang otoriter. Ia dibesarkan dengan disiplin, dengan larangan tanpa penjelasan. Ayahnya adalah sosok yang selalu hadir, tetapi tak pernah benar-benar mengerti dirinya. Baginya, ayah bukanlah cinta pertama, melainkan luka pertama yang tak pernah sembuh.
Ketika teman-temannya merasakan indahnya cinta pertama, Rania hanya mampu menyimpannya dalam diam. Ketika yang lain memimpikan hari bahagia dengan pasangan mereka, Rania malah dihantui ketakutan bahwa ia tak layak dicintai apalagi mencintai seseorang. Pola asuh masa kecilnya telah menciptakan tembok tinggi yang memisahkannya dari dunia luar, dan bahkan dari hatinya sendiri.
Namun, di balik rasa takut yang mendalam, ada harapan kecil yang terus menyala dalam diri Rania. Harapan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain, untuk dicintai tanpa syarat, untuk menemukan seseorang yang mampu membuatnya percaya lagi bahwa cinta itu benar-benar nyata bukan hanya dongeng di malam hari saja.
Ketika Raihan hadir dalam hidupnya, Rania dihadapkan pada dilema terbesar: berani melangkah ke arah cinta atau tetap berlindung di balik tembok rasa takutnya itu. Raihan bukan hanya pria biasa; ia adalah harapan yang datang di tengah keputusasaan Rania. Tapi apakah Rania mampu membuka pintu hatinya untuk Raihan? Atau akankah ia kembali membiarkan rasa takut menguasainya?
Ini adalah perjalanan Rania, perjalanan seorang perempuan yang mencoba merajut keberanian di tengah trauma, mengurai luka masa lalu, dan belajar bahwa cinta sejati tidak pernah hadir tanpa perjuangan.
~~ooOoo~~