Loading...
Logo TinLit
Read Story - Imajinasi si Anak Tengah
MENU
About Us  

Malam itu rumah terasa hangat. Tak ada pesta meriah, hanya sekotak kue tart cokelat dan sebuket bunga mawar merah muda di meja makan. Ulang tahun Mamah dirayakan sederhana, seperti tahun-tahun sebelumnya. Tapi justru dalam kesederhanaan itu, kehangatan terasa lebih nyata.

Dira baru pulang dari tempat kerja, ia menyusun sampai meja sudah tertata rapi, lilin kecil menyala di atas kue, dan Sekar duduk di sofa sambil memainkan ujung pita bunga.

"Ma, Tara mana?" tanya Dira sambil melepas tas dari bahunya.

Mamah tersenyum kecil. "Tadi pagi dia pamit keluar, katanya pengin cari udara segar. Tapi, sampai sekarang belum pulang."

"Belum pulang?" Dira menatap jam dinding. Hampir pukul sembilan malam.

Sekar ikut menoleh. "Aku juga belum dikabarin. Dia nggak bilang mau ke mana?"

Mamah menggeleng. "Nggak. Cuma bilang mau keluar, mungkin ke gramedia kali ya."

Dira duduk di kursi makan, menatap lilin yang mulai mencair. Ada kekosongan di dadanya yang sulit dijelaskan. Tara… adiknya itu selalu hadir, bahkan saat ia sedang tidak ingin bicara. Tapi malam ini, ia menghilang. Dan sejujurnya, itu terasa menyakitkan.

 

                                  ***

 

Hampir pukul sepuluh malam, suara pintu depan akhirnya terdengar. Tara masuk dengan langkah pelan, wajahnya lelah, mata sedikit sembab. Tapi ia tersenyum samar saat melihat Dira duduk di ruang tengah.

"Maaf, aku kelamaan di luar," ucapnya singkat.

"Gak apa-apa," jawab Dira. "Tapi nanti ngobrol ya, sebentar aja."

Tara mengangguk pelan, lalu masuk ke kamar.

 

                                   ***

 

Sepi merayap perlahan, hujan rintik-rintik mulai menyentuh jendela rumah, menghadirkan lara tanpa aba-aba. Kedua orang tuanya telah lama tertidur pulas, tapi bagi tiga bersaudara itu, memilih untuk sama-sama merenung dalam satu kamar. Mendengarkan hujan yang ritmenya semakin membesar. 

Malam hari, di kamar Tara. Ketiga perempuan sedarah itu berkumpul di sana. Lampu kamar temaram. Dira duduk di tepi ranjang, Sekar bersandar di bantal besar. Tara duduk di lantai, memeluk lututnya. Ada keheningan yang lama, tidak cukup canggung. Hanya... belum ada yang berani membuka luka.

Dira menarik napas pelan, lalu berkata, "Tar, kamu kok akhir-akhir ini beda? Aku perhatiin kamu lebih banyak diam dan menyendiri di kamar." Suara Dira pelan, seperti memilih setiap katanya agar tidak menyakiti.

Tara hanya mengangguk samar, tidak menoleh.

Sekar ikut menatap Tara, lalu Dira melanjutkan,

"Kamu masih suka nulis, kan? Tapi kamu makin jarang cerita. Aku dan Sekar… ngerasa kamu makin jauh."

Tara masih diam. Jemarinya menggenggam lengan bajunya sendiri, erat. Sekar akhirnya ikut bersuara.

"Kalo kamu capek… kamu bisa cerita, Kak. Kita di sini, lho."

Sunyi. Lalu suara Tara akhirnya terdengar pelan, rapuh, tapi cukup jelas. "Selama ini… aku tuh ngerasa kayak ruang kosong di tengah-tengah kalian," Tara  menatap langit-langit kamar, sambil tersenyum lirih lalu melanjutkan.

"Aku tuh udah terlalu lama sembunyi tanpa suara, tanpa lawanan. Aku bahkan gak bisa protes soal kasih sayang dari Mamah dan Ayah yang terkadang berbeda. Aku tahu diri, aku masih berproses, belum sehabat kamu Kak Dira." 

Dira menatapnya, tidak menyela.

"Aku lihat Kak Dira selalu diandalkan, selalu jadi kebanggaan. Sekar selalu dilindungi, disayang, ditanya ini-itu. Sementara aku?"

Tara mengangkat wajahnya sekali lagi. Mata yang biasanya tenang, malam itu berkaca-kaca.

"Aku cuma ada di tengah-tengah kalian. Seolah nggak terlalu penting untuk ditanya, nggak cukup rusak untuk dikhawatirin. Aku cuma bisa peluk diri sendiri, tiap kali ngerasa hilang. Dan, lama-lama aku terbiasa berada di posisi seperti ini."

Sekar menunduk. Dira menggenggam tangan Tara perlahan.

"Dan, kenyataannya kalian cuma mikirin kenapa aku diam. Tapi, gak pernah tuh ada yang tanya, keadaan aku, atau kenapa aku milih untuk lebih banyak diam, kenapa aku gak banyak bicara seperti dulu. Jadi ya... Gini, aku cuma bisa ngalah selama pusat segala khawatir dan perhatian hanya ada untuk kalian."

Dira menatap adik pertamanya dengan sorot penuh rasa bersalah, rasa gagal, rasa tak cukup baik, tak peka akan keberadaan Tara yang menyimpan banyak luka sejak lama. Ia menunduk seperti ragu harus menjawab apa, sampai akhirnya Dira menemukan kalimat yang sekiranya pantas untuk menutupi rasa bersalahnya pada Tara. 

"Maafin aku ya.... " Dira berkata lirih. "Aku terlalu sibuk jadi anak pertama sampai lupa, kamu juga perlu tempat buat bersandar."

Sekar meraih tangan Tara yang lain.

"Aku kira kamu selalu kuat, Kak. Ternyata... kamu cuma jago nyimpen semua sendiri, ya?"

Tara tersenyum samar. "Aku nggak mau bikin kalian repot. Tapi capek juga... jadi baik-baik aja terus deh."

Dira menarik Tara ke pelukannya. Sekar ikut mendekap dari sisi lain.

"Mulai sekarang, kalau kamu lelah... jangan peluk diri sendiri lagi," ucap Dira pelan. "Ayah dan Mamah juga sayang kamu kok Tar." 

"Dan, kita bisa saling peluk. Kita bisa sama-sama sembuh." 

Tara tak menjawab, tapi air matanya jatuh tanpa suara. Ia memejamkan mata, membiarkan kehangatan itu menghapus sebagian beban yang tak pernah ia bagi pada siapa-siapa selama ini. 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 1
Submit A Comment
Comments (17)
  • yuliaa07

    real anak tengah sering terabaikan tanpa ortunya sadarii

    Comment on chapter Bagian 4: Sebuah Kabar Baik
  • pradiftaaw

    part damai tapi terjleb ke hati

    Comment on chapter Bagian 18: Teman yang Bernama Cemas
  • langitkelabu

    tidak terang tapi juga tidak redup:)

    Comment on chapter PROLOG
  • jinggadaraa

    gak cuman diceritain capeknya anak tengah ya, tapi juga ada selip2an anak sulung dan bungsunya:) the best cerita ini adil

    Comment on chapter Bagian 10: Tentang si Sulung yang Selalu Diandalkan dan Tentang Anxiety Disorder
  • rolandoadrijaya

    makasih Tara sudah kuat, makasih juga aku

    Comment on chapter Bagian 10: Tentang si Sulung yang Selalu Diandalkan dan Tentang Anxiety Disorder
  • rolandoadrijaya

    gimana gak ngalamin trauma digunjang gempa sendirian:('(

    Comment on chapter Bagian 10: Tentang si Sulung yang Selalu Diandalkan dan Tentang Anxiety Disorder
  • rayanaaa

    seruu banget

    Comment on chapter EPILOG
  • rayanaaa

    Oke, jadi Tara itu nulis kisahnya sendiri ya huhuu

    Comment on chapter EPILOG
  • auroramine

    ENDING YANG SANGAT MEMUASKAN DAN KEREN

    Comment on chapter EPILOG
  • jisungaa0

    nangis banget scene inii

    Comment on chapter Bagian 30: Renungan
Similar Tags
PEREMPUAN ITU
542      377     0     
Short Story
Beberapa orang dilahirkan untuk membahagiakan bukan dibahagiakan. Dan aku memilih untuk membahagiakan.
ATHALEA
1381      619     1     
Romance
Ini cerita tentang bagaimana Tuhan masih menyayangiku. Tentang pertahanan hidupku yang akan kubagikan denganmu. Tepatnya, tentang masa laluku.
Je te Vois
577      409     0     
Romance
Dow dan Oi sudah berteman sejak mereka dalam kandunganklaim kedua Mom. Jadi tidak mengherankan kalau Oi memutuskan ikut mengadopsi anjing, Teri, yang merupakan teman baik anjing adopsi Dow, Sans. Bukan hanya perihal anjing, dalam segala hal keduanya hampir selalu sama. Mungkin satu-satunya yang berbeda adalah perihal cita-cita dan hobi. Dow menari sejak usia 8 tahun, tapi bercita-cita menjadi ...
Moira
25448      2580     5     
Romance
Diana adalah seorang ratu yang tidak dicintai rajanya sendiri, Lucas Jours Houston, raja ketiga belas Kerajaan Xavier. Ia dijodohkan karena pengaruh keluarganya dalam bidang pertanian dan batu bara terhadap perekonomian Kerajaan Xavier. Sayangnya, Lucas sudah memiliki dambaan hati, Cecilia Barton, teman masa kecilnya sekaligus salah satu keluarga Barton yang terkenal loyal terhadap Kerajaan Xavie...
GLACIER 1: The Fire of Massacre
774      579     2     
Fantasy
[Fantasy - Tragedy - Action] Suku Glacier adalah suku yang seluruhnya adalah perempuan. Suku damai pengikut Dewi Arghi. Suku dengan kekuatan penyegel. Nila, anak perempuan dari Suku Glacier bertemu dengan Kaie, anak laki-laki dari Suku Daun di tengah serangan siluman. Kaie mengantarkannya pulang. Namun sayangnya, Nila menjatuhkan diri sambil menangis. Suku Glacier, terbakar ....
Interaksi
362      285     1     
Romance
Aku adalah paradoks. Tak kumengerti dengan benar. Tak dapat kujelaskan dengan singkat. Tak dapat kujabarkan perasaan benci dalam diri sendiri. Tak dapat kukatakan bahwa aku sungguh menyukai diri sendiri dengan perasaan jujur didalamnya. Kesepian tak memiliki seorang teman menggerogoti hatiku hingga menciptakan lubang menganga di dada. Sekalipun ada seorang yang bersedia menyebutnya sebagai ...
Si 'Pemain' Basket
4879      1303     1     
Romance
Sejak pertama bertemu, Marvin sudah menyukai Dira yang ternyata adalah adik kelasnya. Perempuan mungil itu kemudian terus didekati oleh Marvin yang dia kenal sebagai 'playboy' di sekolahnya. Karena alasan itu, Dira mencoba untuk menjauhi Marvin. Namun sayang, kedua adik kembarnya malah membuat perempuan itu semakin dekat dengan Marvin. Apakah Marvin dapat memiliki Dira walau perempuan itu tau ...
Metanoia
46      39     0     
Fantasy
Aidan Aryasatya, seorang mahasiswa psikologi yang penuh keraguan dan merasa terjebak dalam hidupnya, secara tak sengaja terlempar ke dalam dimensi paralel yang mempertemukannya dengan berbagai versi dari dirinya sendiri—dari seorang seniman hingga seorang yang menyerah pada hidup. Bersama Elara, seorang gadis yang sudah lebih lama terjebak di dunia ini, Aidan menjelajahi kemungkinan-kemungkinan...
A Slice of Love
287      241     2     
Romance
Kanaya.Pelayan cafe yang lihai dalam membuat cake,dengan kesederhanaannya berhasil merebut hati seorang pelanggan kue.Banyu Pradipta,seorang yang entah bagaimana bisa memiliki rasa pada gadis itu.
Beautiful Sunset
811      501     3     
Short Story
Cinta dan Persahabatan. Jika kau memiliki keduanya maka keindahan sang mentari di ujung senja pun tak kan mampu menandinginya.