Loading...
Logo TinLit
Read Story - No Life, No Love
MENU
About Us  

“Pernah ada yang mengatakan bahwa penyesalan itu memang letaknya di belakang, kalau di awalan namanya pendaftaran.”

***

Setiap perjalanan manusia sebeneranya hanya untuk mencapai hidup terakhir, yaitu kematian. Semua orang pasti akan melaluinya. Tidak ada manusia yang abadi di dunia ini. Begitu juga dengan seluruh penghuni alam semesta. Semuanya bisa berakhir entah besok, hari ini, atau nanti ketika memang sudah saatnya semua berhenti.

Pernah ada yang mengatakan bahwa pulang dijemput belum tentu tahu jalannya, apalagi jika pulang sendiri. Hanya saja seseorang terkadang lebih memilih pulang sendiri untuk mengakhiri seluruh penatnya kehidupan. Biasanya orang yang memilih pilihan menyakitkan ini karena sudah tidak ingin memikirkan hidupnya yang berat. Setiap orang memang memiliki takdir yang berat tapi takdir berat seseorang berbeda-beda. Ada yang berat banget ada yang berat, tapi bedanya mereka masih ada yang percaya dengan takdir da nada yang tidak percaya dengan janji takdir itu.

Erilya adalah salah satu yang sudah kehilangan kepercayaannya dengan takdir yang dia anggap baik di ujungnya. Ternyata semakin lama semuanya semakin menyedihkan untuknya. Dia memilih pilihan sulit. Pada akhirnya memang dia harus mengorbankan dirinya sendiri untuk mengakhiri rasa sakitnya.

Ternyata, meskipun telah memilih untuk mengakhirinya, Erilya masih tetap selamat. Selama satu jam pencarian di sungai, damkar berhasil menemukan Erilya yang tersangkut di antara sampah-sampah sungai. Dia beruntung hanya terkena beberapa goresan ranting yang mengapung di sungai. Hanya saja, Erilya terselamatkan dalam keadaan kritis.

Tepat ketika Keira sedang berjalan-jalan di koridor ditemani Xiandra, brangkar Erilya lewat di samping mereka. Mereka melihat mama dan papa Erilya yang menangis sambil mengikuti anaknya yang dibawa ke ruang ICU.

“Ra, lo masuk ke kamar aja dulu. Biar gue yang ngecek.” Xiandra mendorong Keira untuk masuk ke dalam ruang rawatnya. Sebelum pintu kamar itu disentuh Xiandra, pintu terbuka dan menampilkan raut wajah khawatir dari Velove.

“Shi, Erilya Shi. Erilya.” Tangan Velove bergetar dan air mata membasahi pipinya.

“Dia tadi lewat, Ve,” ucap Keira yang khawatir. Perempuan itu masih tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

“Kenapa dia?” tanya Xiandra yang sama-sama takut. Mereka bertiga terlihat kalut dengan pikiran masing-masing.

“Gue.” Velove menelan ludahnya dengan susah payah. Tenggorokannya hampir tidak bisa mengucapkan informasi berita yang dilihatnya tadi. “Dia loncat dari jembatan, Shi.” Tangis Velove pecah seketika.

Keira terkejut dan memegang tembok di belakangnya dengan kuat. Sementara Xiandra langsung meruntuki dirinya sendiri yang tadi menelepon Erilya dan membentaknya. Padahal semua itu tidak akan terjadi karena dirinya. Dia lebih tidak menyangka kalau apa yang dia lakukan akan berakibat fatal dengan pilihan hidup seseorang.

“Lo keterlaluan, Shi. Gue tahu Erilya emang nggak sempurna. Tapi dia udah berusaha bantu lo waktu itu. Dia ada kan di saat lo sedih itu? Kenapa lo malah nyalahin dia. Lo nggak tahu kalau dia dari kemarin sedang nggak baik-baik aja? Dia bahkan pernah ngajak gue ke gereja. Lo harusnya paham gimana keadaan dia saat ini.” Velove memegang kepalanya yang sakit. Dia lalu berlari ke ruang ICU. Dia harus mengecek keadaan sahabatnya itu.

Pada akhirnya persahabatan mereka memang harus berakhir dengan seperti ini. Polisi lalu datang untuk melakuka wawancara dengan beberapa saksi. Mereka juga sudah membuka ponsel korban untuk menemukan bukti. Xiandra yang menjadi salah satu orang yang menelepon Erilya dijadikan sebagai saksi. Erilya ditanya-tanyai di rumah sakit. Dia takut menjadi tersangka dalam kasus itu sehingga Xiandra tidak menjelaskan secara lebih rinci.

Pada akhirnya banyak berita yang menuliskan kisah Erilya. Ada yang menyambungkan dengan kesetresan tentang mencari pekerjaan, kegagalan pemerintah dalam memberikan kehidupan untuk warganya, dan hal lainnya yang semakin lama semakin menganggu. Pada akhirnya kasus itu ditutup dengan damai. Keluarga Erilya tidak meminta Xiandra untuk bertanggung jawab karena bagaimana pun Erilya pasti tidak akan senang jika sahabatnya menjadi tersangka.

Mereka kembali melanjutkan hidup masing-masing dengan rasa bersalah yang tertanam di hati mereka. Helena yang mendengar kakanya koma pun pulang. Gadis itu hanya bisa menatap perempuan yang paling dia sayang terbaring lemah di rumah sakit. Dia hanya meninggalkan kakaknya selama satu bulan tetapi kakaknya sekarang berada di rumah sakit. Keadaan orang tuanya begitu menyedihkan. Dia lalu menghubungi sahabat kakaknya, tidak ada yang mengangkatnya.

Pada akhirnya ketika Keira melahirkan di rumah sakit, Helena menatap sahabat-sahabat kakaknya dengan marah. Mereka bertiga tidak pernah menjenguk kakaknya selama tiga bulan ini tetapi mereka bisa menemani seseorang melahirkan. Helen tertawa dengan smirknya. Dia tidak akan memafaatkan sahabat-sahabat kakaknya. Cuih, bahkan Helena najis mengakui bahwa mereka pernah berteman dengan kakaknya. Helena mengacungkan satu jari tengahnya kepada ketiga orang yang berada di ruang rawat.

Velove berusaha untuk percaya diri. Dia lalu keluar dan berbicara dengan Helena. Sebelum gadis itu kembali menemaki kakanya di ruang tunggu, Velove menarik lengan Helena. Helena langsung melepaskannya dengan jijik. Dia mengusap bekas pegangan Velove seperti habis dipegang oleh barang najis.

“Ngapain lo pegang-pegang gue.” Helena memincingkan matanya menatap Velove. Perempuan itu terlihat baik-baik saja sementara kakaknya tidak bisa melakukan apa pun.

“Gue mau tahu keadaan kakak lo, Hel.”

Helena menyedekapkan tangannya. Dia tersenyum dengan terpaksa. Matanya menatap tajam perempuan di depannya. “Loh gue kira lo udah nggak sepeduli itu sama kakak gue? Ke mana aja lo?” tanya Helena dengan ketus.

“Gue nggak bisa nemuin dia—“

“Tapi lo bisa bantuin orang lahiran?” Helena memotong kalimat Velove dengan nyolot. Dia menahan air matanya untuk tidak terjatuh.

“Gue cuma nengokin dia.”

“Tapi lo nggak bisa nengokin dia? Lo gila ya?” Helena kehilangan rasa sopan santunnya kepada yang lebih tua. Dia tidak peduli dengan kesopanan saat ini. Berlaku sopan tidak akan membuat kakaknya bangkit dari tidurnya.

“Gue ngerasa bersalah dengan dia, Hel. Tolong dengerin penjelasan gue dulu. Kita emang nggak dibolehin buat ketemu sama kakak lo.”

“Kenapa?” Helena tidak pernah tahu bagaimana ceritanya, siapa yang membuat kakaknya loncat dari jembatan. Dia hanya mengetahui dari berita dan tidak ada nama tersangka yang disebutkan dalam berita. Kedua orang tuanya juga tidak mau menjelaskan kepadanya.

“Semua ini salah kita. Kita terlalu menekan Erilya sampai pada akhirnya dia memilih untuk melakukan hal gila itu. Kita merasa bersalah, Hel.”

Helena baru mengetahui semua permasalahan ini ternyata karena orang yang dulu dianggap kakaknya sebagai ‘sahabat’. Helena tertawa sambil bertepuk tangan. Lalu tangan itu menampar Velove dengan kuat. Rasanya bahkan tidak cukup untuk membalas semua perlakuan mereka untuk kakaknya.

Helena lalu masuk ke dalam ruang rawat Keira dan menatap Xiandra dengan gelap mata. Bibirnya masih tersenyum tapi tangannya sudah bersiap mengepal dengan kuat. Dia menonjok Xiandra dengan kuat begitu menyadari siapa perempuan yang menelepon kakaknya dan membuat kakaknya memilih pilihan antimainstream itu. Jika Velove bisa datang menghadapinya tentu tersangkanya tidak akan berani. Jika Keira pun tidak mungkin karena perempuan itu sedang mengandung sehingga tidak akan punya waktu untuk menelepon kakaknya.

Satu-satunya yang terpikirkan oleh Helena ya Xiandra. Pasti perempuan itu yang meneleponya karena siapa lagi yang memiliki kasus masalah streaming kalau bukan Xiandra. Ternyata sebuah pertolongan bisa menjadi sebuah malapetaka untuk seorang penyelamat.

“Lo! Gue harap setiap lo ngelihat anak lo, lo inget betapa sakitnya kakak gue koma di ruang ICU.” Helena menunjuk Keira dengan tatapan tajam. Tidak ada yang lebih menyakitkan dari omongan seseorang yang bersedih. Apalagi Keira sedang menjadi pasien. Jika dia melakukan kekerasan, dia bisa terkena penjara. Untuk itu, pilihan terbaik adalah menyerang mental perempuan itu. Apalagi tepat ketika perempuan itu sedang dalam hormon yang tidak stabil. Dia cukup puas hanya mengatakan itu.

“Gue harap lo semua nggak pernah nyebutin nama kakak gue lagi.” Helena menutup pintu kamar rumah sakit dengan keras.

Dia sudah puas dengan melakukan itu. Kenyataannya semua berakhir seperti ini. Siapa yang tahu kalau persahabatan yang telah lama berakhir dengan tanpa disangka-sangkat. Semakin dewasa ternyata Helena akan menemukan orang-orang bermuka dua di dunia ini.

Pada akhirnya semua orang hanya akan memiliki dirinya sendiri dan keluarganya yang akan selalu bersama. Pertemanan hanya sebuah bonus dari Tuhan.Tidak banyak yang bisa memiliki semuanya. Biasanya ada salah satu yang harus dikorbankan.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Simfoni Rindu Zindy
524      434     0     
Inspirational
Zindy, siswi SMA yang ceria dan gigih, terpaksa tumbuh lebih cepat sejak ayahnya pergi dari rumah tanpa kabar. Di tengah kesulitan ekonomi dan luka keluarga yang belum sembuh, Zindy berjualan di sekolah demi membantu ibunya membayar SPP. Bermodal keranjang jinjing dan tekad baja, ia menjadi pusat perhatian terkadang diejek, tapi perlahan disukai. Dukungan sahabatnya, Rara, menjadi pondasi awal...
Wabi Sabi
87      70     2     
Fantasy
Seorang Asisten Dewi, shinigami, siluman rubah, dan kucing luar biasa—mereka terjebak dalam wabi sabi; batas dunia orang hidup dan mati. Sebuah batas yang mengajarkan jika keindahan tidak butuh kesempurnaan untuk tumbuh.
Unexpectedly Survived
91      80     0     
Inspirational
Namaku Echa, kependekan dari Namira Eccanthya. Kurang lebih 14 tahun lalu, aku divonis mengidap mental illness, tapi masih samar, karena dulu usiaku masih terlalu kecil untuk menerima itu semua, baru saja dinyatakan lulus SD dan sedang semangat-semangatnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP. Karenanya, psikiater pun ngga menyarankan ortu untuk ngasih tau semuanya ke aku secara gamblang. ...
Di Punggungmu, Aku Tahu Kau Berubah
1406      594     3     
Romance
"Aku hanya sebuah tas hitam di punggung seorang remaja bernama Aditya. Tapi dari sinilah aku melihat segalanya: kesepian yang ia sembunyikan, pencarian jati diri yang tak pernah selesai, dan keberanian kecil yang akhirnya mengubah segalanya." Sebuah cerita remaja tentang tumbuh, bertahan, dan belajar mengenal diri sendiri diceritakan dari sudut pandang paling tak terduga: tas ransel.
Deep Sequence
511      424     1     
Fantasy
Nurani, biasa dipanggil Nura, seorang editor buku yang iseng memulai debut tulisannya di salah satu laman kepenulisan daring. Berkat bantuan para penulis yang pernah bekerja sama dengannya, karya perdana Nura cepat mengisi deretan novel terpopuler di sana. Bisa jadi karena terlalu penat menghadapi kehidupan nyata, bisa juga lelah atas tetek bengek tuntutan target di usia hampir kepala tiga. N...
Tok! Tok! Magazine!
87      75     1     
Fantasy
"Let the magic flow into your veins." ••• Marie tidak pernah menyangka ia akan bisa menjadi siswa sekolah sihir di usianya yang ke-8. Bermodal rasa senang dan penasaran, Marie mulai menjalani harinya sebagai siswa di dua dimensi berbeda. Seiring bertambah usia, Marie mulai menguasai banyak pengetahuan khususnya tentang ramuan sihir. Ia juga mampu melakukan telepati dengan benda mat...
Catatan Takdirku
918      613     6     
Humor
Seorang pemuda yang menjaladi hidupnya dengan santai, terlalu santai. Mengira semuanya akan baik-baik saja, ia mengambil keputusan sembarangan, tanpa pertimbangan dan rencana. sampai suatu hari dirinya terbangun di masa depan ketika dia sudah dewasa. Ternyata masa depan yang ia kira akan baik-baik saja hanya dengan menjalaninya berbeda jauh dari dugaannya. Ia terbangun sebegai pengamen. Dan i...
Imperfect Rotation
147      131     0     
Inspirational
Entah berapa kali Sheina merasa bahwa pilihannya menggeluti bidang fisika itu salah, dia selalu mencapai titik lelahnya. Padahal kata orang, saat kamu melakukan sesuatu yang kamu sukai, kamu enggak akan pernah merasa lelah akan hal itu. Tapi Sheina tidak, dia bilang 'aku suka fisika' hanya berkali-kali dia sering merasa lelah saat mengerjakan apapun yang berhubungan dengan hal itu. Berkali-ka...
Tanpo Arang
36      30     1     
Fantasy
Roni mengira liburannya di desa Tanpo Arang bakal penuh dengan suara jangkrik, sinyal HP yang lemot, dan makanan santan yang bikin perut “melayang”. Tapi ternyata, yang lebih lemot justru dia sendiri — terutama dalam memahami apa yang sebenarnya terjadi di sekitar villa keluarga yang sudah mereka tinggali sejak kecil. Di desa yang terkenal dengan cahaya misterius dari sebuah tebing sunyi, ...
Dimension of desire
189      157     0     
Inspirational
Bianna tidak menyangka dirinya dapat menemukan Diamonds In White Zone, sebuah tempat mistis bin ajaib yang dapat mewujudkan imajinasi siapapun yang masuk ke dalamnya. Dengan keajaiban yang dia temukan di sana, Bianna memutuskan untuk mencari jati dirinya dan mengalami kisah paling menyenangkan dalam hidupnya