Loading...
Logo TinLit
Read Story - Je te Vois
MENU
About Us  

Oi masih bisa menerima banyak hal dalam hidupnya. Misalnya, Chloe yang suka makan mi instan mentah, Thomas yang memanggil dirinya The Tom-inator, atau bahkan fakta bahwa Will selalu membawa sisir ke mana pun dia pergi. Tapi satu hal yang tidak bisa ia terima adalah—

Tuduhan tanpa dasar.

“Sebagai kompensasi atas tuduhanmu, kau harus membelikanku es krim.”

“Eh?” Dow berhenti mengacak-acak rambut, lalu menatap Oi keheranan. “Mana bisa begitu?”

“Kenapa nggak? Salah sendiri asal tuduh!” Oi berdiri membusungkan dada, dan kedua tangan terlipat.

“Karena hanya kau yang punya motif kuat!” Dow membela diri.

“Dowell Zachary Watts, dengar baik-baik ya,” ujar Oi dengan nada mengancam, jari telunjuknya mengarah ke wajah Dow. “Aku. Nggak. Mengirim. Profilmu.”

Dow menatapnya sebentar, lalu mengangkat kedua tangan di atas kepala. “Oke, oke.”

Oi masih menatap Dow tajam.

Menghela napas dalam, Dow membungkuk. “I’m sorry, really am.

“Itu baru benar,” kedua mata Oi berbinar gembira. “Jadi sekarang kita berangkat?”

“Ke mana?” 

“Es krim, Dow!” Oi kembali gusar.

“Aku nggak bilang kita akan beli es krim?”

Spontan Oi melempar plastik tisu yang dengan mudah ditangkap Dow.

“Harusnya kau berterima kasih, aku hanya minta es krim sebagai kompensasi moral. Tuduhanmu sangat melukai hatiku, Dow!”

Dow menatap Oi tidak berkedip. Mungkin berpikir apa yang sedang merasuki gadis itu, karena sebenarnya Oi pun memikirkan hal yang sama. Hanya saja, pertengkaran ini terlalu asyik untuk dihentikan, jadi Oi mengikuti ke mana alur tanpa banyak berpikir. Dan kalau ia benar-benar mendapat es krim gratis, kan, lumayan. Dua scoop ditambah topping, sepertinya cukup.

“Baiklah,” akhirnya Dow menyerah. Menuruti kemauan Oi. “Tapi aku harus kembali ke kelas dulu.”

“Kau belum pulang?”

Dow mengedikkan bahu. “Kurasa aku bisa pulang duluan, Mrs. Harrison nggak keberatan kalau aku pulang duluan, lagipula guru pengganti juga nggak ada.”

“Oke, aku tunggu di depan,” Oi menunjuk bangku di bawah pohon palem di depan perpustakaan.

“Satu hal,” kata Dow sebelum berbalik kembali ke kelasnya.

“Apa?”

“Aku yang pilih tempatnya.”

Oi mencebik, gadis itu sudah tahu tempat mana yang akan dipilih Dow. “Frozen Scoope.”

Dow tertawa.

Siang itu, mereka berjalan menyusuri trotoar menuju kedai es krim Frozen Scoope. Oi berjalan sedikit di depan, sesekali berputar sambil menyanyikan lagu random yang tidak dikenali Dow.

Dow menyelipkan tangan ke saku celananya, menyamakan langkah. “Jadi, kau benar-benar yakin bukan kau yang mengirim profilku?”

Oi menghentikan langkah, menoleh dengan tatapan menyala. “Dow.”

“Ya?”

“Aku bersumpah demi Summer Anthem, aku nggak mengirim profilmu. Kalau aku bohong, semoga aku nggak bisa nonton musim panas nanti.”

Dow mengangguk pelan. Itu sumpah yang cukup serius bagi Oi, karena dirinya sudah mendapat satu jatah tiket untuk menemani Oi nonton konser Goo Goo Dolls.

“Lagipula, aku juga nggak mungkin menyusun profil tanpa sepengetahuanmu, foto-foto yang mereka minta bukan foto candid yang ada di ponselku,” tambah Oi. “Satu lagi, aku bukan penguntit.”

Dow mendesah. “Kupikir begitu. Tapi rasanya aneh kalau bukan kau.”

Oi diam beberapa saat, respons pertamanya defensif, tapi ia berhasil menahan diri. Alih-alih membela diri, atau marah, Oi memikirkan kemungkinan siapa yang menginisiasi huru-hara ini.

“Bisa jadi seseorang yang melihat kau latihan dengan Will.” 

“Teorimu jauh lebih sulit dilakukan diabandingkan denganmu atau anak-anak, atau Mr. York,” Dow menggelengkan kepala.

“Mr. York? Kau berpikir beliau yang mengirimkan profilmu?” kedua mata Oi membulat kaget.

Possibilities,” Dow mengedikkan bahu.

“Lihat? Ini yang kusebut: berpikir dua kali sebelum menuduh orang baik sepertiku,”Oi tersenyum puas. 

“Orang baik nggak melempar tisu ke temannya,” Dow menatapnya datar. 

“Itu bagian dari pesona,” Oi nyengir. “Aku suka kalau mereka nggak ramai.”

Dow membuka pintu Frozen Scoope, membiarkan Oi masuk lebih dulu.

Thanks,” gumam Oi.

Di konter, Oi memilih Chocolate Banana Split sedangkan Dow hanya memesan Plain Vanilla tanpa gula. Oi memilih duduk di meja dekat jendela. Ia mencicipi sesendok pertama, dan langsung menghela napas panjang penuh kenikmatan.

“Ini. Surga. Di. Mulut.”

Dow menatap es krimnya sendiri, lalu ke Oi. “Kau yakin tidak mau jadi duta besar Frozen Scoope?”

“Tentu aku mau. Asal mereka mau bayar dengan es krim seumur hidup.”

“Murah sekali, kau.”

Oi tersenyum lebar, lalu menyendok lagi. “I’m a simple girl.

Dow mendesah panjang.

“Kenapa?” tanya Oi.

“Aku nggak bisa berhenti memikirkan masalah audisi, dan kontrak,” keluh Dow. “Kau tahu, rasanya aneh dan membingungkan. Semuanya terjadi begitu cepat. Tiba-tiba ada kontrak di tanganku, belum lagi orang-orang menatapku seperti aku menipu sistem.”

“Kau nggak menipu siapa-siapa, Dow. Kau berbakat. Bahkan kalau profilmu dikirim diam-diam, itu karena orang itu tahu kamu pantas dapet kesempatan itu,” Oi mencondongkan tubuhnya sedikit. 

Dow menatap es krimnya. “Entahlah.”

“Kau boleh ragu, tapi kami semua percaya,” Oi tersenyum. “Dan hei, sekarang kau punya motivasi tambahan untuk terus latihan dengan Will. Ah …” 

“Kenapa?” kali ini Dow yang bertanya ketika Oi mendapat sebuah ide.

“Sepertinya aku harus minta traktir Will juga, lumayan, dua mangkok es krim.”

“Kenapa Will?”

“Kan dia yang membantumu dengan semua ini,” Oi membuat lingkaran virtual dengan sendoknya.

Dow menggeleng pelan, tapi kali ini senyuman tipis muncul di sudut bibirnya. 

“Dasar licik.”

Kali ini, alih-alih tersinggung, Oi justru mengangkat sendok seperti pedang kemenangan.

“Kau baru sadar?” Oi nyengir lebar.

Saat mereka meninggalkan Frozen Scoope, matahari sore menyusup di sela pepohonan sepanjang jalan. Oi berjalan pelan di samping Dow, tangannya memegang satu cup kecil es krim rasa Tiramisu Latte. 

“Dow,” katanya tiba-tiba.

“Hmm?”

“Kalau nanti kau benar-benar jadi penari profesional dan masuk TV, aku akan bilang ke semua orang kalau aku mengenalmu sejak kita masih pakai diaper.”

Dow menoleh. “Kau bisa makan es krim dan membicarakan diaper?”

“Kenapa nggak?” Oi menyeringai. Ia membuat display dengan melebih-lebihkan menunjukkan caranya menyendok es krim.

“Dasar jorok,” komentar Dow. “Masih misteri bagaimana kau bisa serakus itu, tapi tetap mungil.”

Oi melotot. 

“Faktanya begitu. Kau baru saja menghabiskan satu porsi Banana Split, dan sekarang kau memegang cup es krim yang lain,” tunjuk Dow.

“Pertama, ini beda rasa,” Oi mengacungkan cup es krim di tangannya. “Kedua, ini hanya satu scoop, SATU, oke?”

“Yang berarti totalnya, kau makan empat scoop es krim, kau tahu berapa kalori untuk empat scoop es krim? Dan jangan ingatkan aku karena kau memilih yang original, bukan rendah gula.”

My God, you’re like middle age man,” gerutu Oi.

Dow tertawa, suara tawa ringan yang jarang sekali keluar darinya, cukup untuk membuat Oi merasa misinya sore itu berhasil. Meskipun dirinya sedikit jengkel karena Dow cerewet soal konsumsi gulanya. Dirinya bukan Dow yang perlu diet, atau apalah. Dia hanya ingin makan makanan enak. Titik.

Tapi untuk pertama kalinya dalam minggu itu, Oi merasa Dow tidak marah, atau bingung, atau dituduh. Dia hanya merasa… tenang. Entah bagaimana, semua hal ini berkat seorang gadis aneh yang menuntut es krim sebagai permintaan maaf.

Oh, ya, Oi mengakui kalau dirinya aneh.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Heya! That Stalker Boy
588      358     2     
Short Story
Levinka Maharani seorang balerina penggemar musik metallica yang juga seorang mahasiswi di salah satu universitas di Jakarta menghadapi masalah besar saat seorang stalker gila datang dan mengacaukan hidupnya. Apakah Levinka bisa lepas dari jeratan Stalkernya itu? Dan apakah menjadi penguntit adalah cara yang benar untuk mencintai seseorang? Simak kisahnya di Heya! That Stalker Boy
Mahar Seribu Nadhom
5062      1758     7     
Fantasy
Sinopsis: Jea Ayuningtyas berusaha menemukan ayahnya yang dikabarkan hilang di hutan banawasa. Ketikdak percayaannya akan berita tersebut, membuat gadis itu memilih meninggalkan pesantren. Dia melakukan perjalanan antar dimensi demi menemukan jejak sang ayah. Namun, rasa tidak keyakin Jea justru membawanya membuka kisah kelam. Tentang masalalunya, dan tentang rahasia orang-orang yang selama in...
Lost In Auto
1562      618     1     
Romance
Vrinda Vanita, adalah seorang remaja putri yang bersekolah di SMK Loka Karya jurusan Mekanik Otomotif bersama sahabatnya Alexa. Di sekolah yang mayoritas muridnya laki-laki, mereka justru suka pada cowok yang sama.
My Private Driver Is My Ex
623      426     10     
Romance
Neyra Amelia Dirgantara adalah seorang gadis cantik dengan mata Belo dan rambut pendek sebahu, serta paras cantiknya bak boneka jepang. Neyra adalah siswi pintar di kelas 12 IPA 1 dengan julukan si wanita bermulut pedas. Wanita yang seperti singa betina itu dulunya adalah mantan Bagas yaitu ketua geng motor God riders, berandal-berandal yang paling sadis pada geng lawannya. Setelahnya neyra di...
ARRA
1371      633     6     
Romance
Argana Darmawangsa. Pemuda dingin dengan sebentuk rahasia di balik mata gelapnya. Baginya, hidup hanyalah pelarian. Pelarian dari rasa sakit dan terbuang yang selama ini mengungkungnya. Tetapi, sikap itu perlahan runtuh ketika ia bertemu Serra Anastasya. Gadis unik yang selalu memiliki cara untuk menikmati hidup sesuai keinginan. Pada gadis itu pula, akhirnya ia menemukan kembali sebuah 'rumah'...
The Skylarked Fate
7445      2159     0     
Fantasy
Gilbert tidak pernah menerima takdir yang diberikan Eros padanya. Bagaimanapun usaha Patricia, Gilbert tidak pernah bisa membalas perasaannya. Seperti itu terus pada reinkarnasi ketujuh. Namun, sebuah fakta meluluhlantakkan perasaan Gilbert. Pada akhirnya, ia diberi kesempatan baru untuk berusaha memperbaiki hubungannya dengan Patricia.
Tiba Tiba Cinta Datang
485      334     0     
Short Story
Cerita tersebut menceritakan tentang seorang lelaki yang jatuh cinta pada seorang gadis manis yang suka pada bunga mawar. Lelaki itu banyak belajar tentang cinta dan segala hal dari gadis dan bunga mawar
Cinta Dalam Diam
765      507     1     
Short Story
Kututup buku bersampul ungu itu dan meletakkannya kembali dalam barisan buku-buku lain yang semua isinya adalah tentang dia. Iya dia, mungkin sebagian orang berpendapat bahwa mengagumi seseorang itu wajar. Ya sangat wajar, apa lagi jika orang tersebut bisa memotivasi kita untuk lebih baik.
Layar Surya
2153      1189     17     
Romance
Lokasi tersembunyi: panggung auditorium SMA Surya Cendekia di saat musim liburan, atau saat jam bimbel palsu. Pemeran: sejumlah remaja yang berkutat dengan ekspektasi, terutama Soya yang gagal memenuhi janji kepada orang tuanya! Gara-gara ini, Soya dipaksa mengabdikan seluruh waktunya untuk belajar. Namun, Teater Layar Surya justru menculiknya untuk menjadi peserta terakhir demi kuota ikut lomb...
SILENT
5636      1682     3     
Romance
Tidak semua kata di dunia perlu diucapkan. Pun tidak semua makna di dalamnya perlu tersampaikan. Maka, aku memilih diam dalam semua keramaian ini. Bagiku, diamku, menyelamatkan hatiku, menyelamatkan jiwaku, menyelamatkan persahabatanku dan menyelamatkan aku dari semua hal yang tidak mungkin bisa aku hadapi sendirian, tanpa mereka. Namun satu hal, aku tidak bisa menyelamatkan rasa ini... M...