Loading...
Logo TinLit
Read Story - Simfoni Rindu Zindy
MENU
About Us  

“Makasih ya Kalib, kamu udah bantu jaga Nenek di sini selama kami pergi….” Ibu menyerahkan cemilan yang dibelinya saat pulang dari luar kota. 

“Aduh, Tante nggak perlu repot-repot. Aku ikhlas. Kalib nggak enak buat menerima. Tante kan ehm … sedang berduka. Turut berduka cita atas wafatnya ayahnya Zindy.” Tangan Kalib ragu menerima cemilan itu.

“Nggak apa-apa. Buat menemanimu main game ya. Makasih. Mohon doanya buat ayahnya Zindy.” Ibu tetap menyerahkan cemilan itu ke tangan Kalib. Mata Ibu nampak masih sembab. Senyumnya belum tergelar dengan sempurna.

“Makasih, Tante.” Kalib akhirnya menerima cemilan itu. 

“Aku mau lanjutin video terakhir waktu itu, Bang.” Zindy membuka kembali laptop usang milik ayahnya. Suara berisik dari kipas laptop nampak terdengar jelas. “Ini laptop ayahku. Kira-kira bisa diperbaiki atau gimana gitu nggak ya?  Biar kipasnya nggak berisik dan tidak lemot?” Mata Zindy menatap ke arah Kalib. 

“Kamu baru saja berduka. Yakin mau lanjut sekarang? Matamu kelihatan banget sembabnya. Baru tadi sore sampai di rumah lagi.” Kalib merasa ikut larut dalam kesedihan Zindy. 

“Aku kan harus profesional. Nanti mungkin mataku bisa dipakein make up aja kali ya. Namanya pekerjaan kan harus tanggung jawab. Meskipun aku juga sudah menghubungi brand Emcaya.” Zindy menatap wajahnya di cermin. 

“Ya sudah. Kamu kuat, Zin. Soal laptop ini ehm … masih bisa direstorasi. Nanti kipasnya diganti sama tempat CD room-nya diganti SSD biar lebih cepat. Mungkin biayanya satu jutaan.” Kalib mencoba memeriksa laptop itu. “Sudah tergolong jadul untuk digunakan di tahun 2025. Tapi jika untuk mengetik dan menyimpan foto saja masih bisa.”

“Ada karya ayah di dalam sini. Dia menulis novel di platform online. Gajinya dia kumpulkan untuk tabungan pendidikan dan Zean. Ayah juga membelikan aku kalung ini!” Zindy menunjukkan kalung di lehernya. “Ini sangat berharga.”

“Aku mengerti. Rasanya kehilangan sosok ayah itu berat. Jangan ditolak rasa sedihnya. Meratap boleh tetapi jangan terlalu larut. Doakan beliau agar tenang di sana.” Hibur Kalib. 

“Iya, Bang. Aku dandan dulu ya. Biar nggak pucat-pucat amat.” Zindy masuk ke dalam kamarnya. Dia mulai merias wajahnya dengan sedikit bedak yang lebih tebal daripada biasanya. Eyeshadow coba digunakan di kelopak matanya. 

“Tinggal produk lipstick ya kalo nggak salah?” Tangan Kalib sibuk mengatur ring lights dan tripod itu. Dia berusaha mengatur angle yang pas. 

“Iya. Produk lip cream. Ini sampel produk tapi aku suka warnanya. Tidak terlalu mencolok tapi friendly digunakan buat remaja. Masih kelihatan fresh.” Zindy membuka salah satu shade dan mengoleskannya di punggung tangannya. 

“Eh, jangan lupa. Pita ajaibmu. Itu penglaris. Biar yang nonton tetap notice.” Kalib mengambil bando pita fragile yang belum digunakan Zindy. 

“Hampir lupa. Penglaris unik ini. Mungkin kalo nggak pake ini belum di-notice brand besar.” Zindy berusaha tersenyum.

“Kita mulai ya, action!” Kalib bertindak seolah-olah seorang sutradara.

“Halo Gaes,welcome to Zivlog edisi review product lagi.” Zindy bertepuk tangan. “Kali ini aku mau review produk dari brand yang sama. Masih satu saudara dari video kemarin. Brand Emcaya. Kali ini aku punya produk lipcream.” Zindy menunjukkan lip cream itu ke arah kamera. “Ini tuh produk lip cream yang bagus banget. Sudah bisa bikin bibir cantik kayak bintang cemerlang di langit. Bisa melembabkan juga menghempas serangan hawa panas. Good bye to bibir kering dan crack, pokoknya!” Zindy berusaha tersenyum. Lipcream itu dia gunakan di bibirnya. “Maaf jika telat upload dari jadwal biasanya, Gaes. Hari ini aku baru upload karena ada janji yang harus ditepati, hehehe. Bukan karena aku baik-baik saja. Tapi karena kerjaanku bukan cuma hobi, ini juga bentuk tanggung jawab. Stok terbatas, jangan lupa check out di keranjang kuning!” Zindy menunjuk ke arah kanan framd kamera. 

“Lumayan bagus. Kurasa ini saja dipake. Gimana menurutmu?” Kalib menunjukkan video itu. 

“Boleh. Mungkin bisa ditambah swatch shade lain ya….” Zindy memberikan saran. 

“Itu ide bagus.” Kalib setuju. Zindy mulai merekam saat dia mengoleskan lip cream itu di punggung tangannya. Berbagai macam shade dioleskan. Seolah membentuk pelangi. 

“Kalau baru kepepet keadaan satu kali take aja lumayan lancar. Padahal biasanya beberapa kali.” Zindy sedikit heran. 

“Mungkin sinyal biar tubuh bisa lebih banyak istirahat. Eh, kamu besok masuk sekolah?” Kalib penasaran. Tangannya sibuk mengedit video Zindy di laptopnya. 

“Masuk. Aku sudah janji akan rajin sekolah. Ayah masih ingat pendidikanku meski beliau sakit.” Mata Zindy menatap liontin kalung huruf Z di lehernya. Dia menyentuh liontin itu. 

“Kamu memang anak yang kuat. Hidup harus berlanjut. Nanti luka akan sembuh sedikit demi sedikit seiring waktu berjalan. Editnya sudah selesai. Tinggal masukin voice over biar suara lebih jelas.” Kalib menunjukkan hasil video editannya kepada Zindy. 

“Bagus seperti biasanya, Bang. Makasih. Aku rekam dulu suaraku ya.” Zindy melakukan perekaman suara lewat mikrofon kecil. “Akhirnya selesai. Kontrak pertama dengan brand besar.” Zindy menghela napas. 

Kalib tersenyum. Dia membantu mengedit voice over itu. Proses rendering video sudah mulai dilakukan. 

“Permisi!” Nampak seorang ojek online yang memakai jaket hijau di luar teras rumah. “Pesanan atas nama Kalib.” Tangan pria itu nampak membawa bungkusan kotak kardus. 

“Iya. Atas nama Kalib. Terima kasih, Pak!” Kalib segera keluar dari ruang tamu. Dia menerima paket itu. 

“Abang pesan apa?” Zindy penasaran. 

“Aku beli pizza!” Kalib tersenyum lebar. “Untuk sedikit merayakan proyek brand pertama kita. Ehm … kan kemarin aku juga dapat honor dari proyek ini. Kebetulan juga jasa edit fotoku lumayan ramai. Sekali-kali makan enak!” Kardus pizza itu dibuka Kalib. 

“Bang, ini lumayan mahal, lho!” Zindy ragu untuk menyentuh makan itu. 

“Udah, nggak papa. Oh ya, cuci tangan dulu!” Kalib bergegas menuju ke kamar mandi. 

“Hahaha. Masih ingat buat cuci tangan.” Zindy tersenyum. Dia gantian menuju ke kamar mandi untuk cuci tangan. 

“Doa dulu!” Kalib sudah menengadahkan tangannya. 

“Oh iya. Ya Tuhan, makasih atas kelancaran protek pertama ini. Tolong mudahkan, lancarkan rezeki kami di hari-hari selanjutnya….” Kalib berdoa dengan serius.

“Amin. Lancarkan rezeki dari hasil konten ya Tuhan. Zindy dan Abang Kalib perlu uang buat kuliah.”

“Amin.” Kalib ikut mendoakan doa yang dipanjatkan Zindy. 

“Ayo, makan!” Kalib memotong pizza itu. Dia memberikan potongan pertama kepada Zindy. “Buat yang punya proyek!” 

“Bisa aja!” Zindy tersenyum. Jantungnya kembali berdegup kencang. 

Aku nggak bisa berbohong. Suka dengan momen seperti ini dengan Bang Kalib. Rasanya tidak ingin waktu beranjak. 

“Oh begini ya rasa pizza itu. Kayak roti dikasih topping!” Zindy memakan pizza itu dengan hati-hati. “Aku baru pertama kali makan.” 

“Ini aku kedua kalinya. Dulu pernah beli yang ukurannya lebih kecil. Orang seperti kita memang harus hemat. Tapi ya sesekali mungkin boleh lah self reward sedikit. Oh ya, sisakan tiga potong buat Ibu, Nenek sama Zean.” Kalib menyisakan tiga potong. 

“Hahaha. Makasih, Bang. Zean pasti senang.” Tawa Zindy sedikit kembali. 

Aku senang melihatmu tersenyum, Zin. Rasanya beban dihatiku sedikit berkurang.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
I am Home
549      383     5     
Short Story
Akankah cinta sejati menemukan jalan pulangnya?
Sisi Lain Tentang Cinta
782      439     5     
Mystery
Jika, bagian terindah dari tidur adalah mimpi, maka bagian terindah dari hidup adalah mati.
Ilona : My Spotted Skin
510      358     3     
Romance
Kecantikan menjadi satu-satunya hal yang bisa Ilona banggakan. Tapi, wajah cantik dan kulit mulusnya hancur karena psoriasis. Penyakit autoimun itu membuat tubuh dan wajahnya dipenuhi sisik putih yang gatal dan menjijikkan. Dalam waktu singkat, hidup Ilona kacau. Karirnya sebagai artis berantakan. Orang-orang yang dia cintai menjauh. Jumlah pembencinya meningkat tajam. Lalu, apa lagi yang h...
Wannable's Dream
40232      5952     42     
Fan Fiction
Steffania Chriestina Riccy atau biasa dipanggil Cicy, seorang gadis beruntung yang sangat menyukai K-Pop dan segala hal tentang Wanna One. Dia mencintai 2 orang pria sekaligus selama hidup nya. Yang satu adalah cinta masa depan nya sedangkan yang satunya adalah cinta masa lalu yang menjadi kenangan sampai saat ini. Chanu (Macan Unyu) adalah panggilan untuk Cinta masa lalu nya, seorang laki-laki b...
Slash of Life
8339      1763     2     
Action
Ken si preman insyaf, Dio si skeptis, dan Nadia "princess" terpaksa bergabung dalam satu kelompok karena program keakraban dari wali kelas mereka. Situasi tiba-tiba jadi runyam saat Ken diserang geng sepulang sekolah, kakak Dio pulang ke tanah air walau bukan musim liburan, dan nenek Nadia terjebak dalam insiden percobaan pembunuhan. Kebetulan? Sepertinya tidak.
Titip Salam
3786      1454     15     
Romance
Apa kamu pernah mendapat ucapan titip salam dari temanmu untuk teman lainnya? Kalau pernah, nasibmu hampir sama seperti Javitri. Mahasiswi Jurusan Teknik Elektro yang merasa salah jurusan karena sebenarnya jurusan itu adalah pilihan sang papa. Javitri yang mudah bergaul dengan orang di sekelilingnya, membuat dia sering kerepotan karena mendapat banyak titipan untuk teman kosnya. Masalahnya, m...
Alzaki
2133      876     0     
Romance
Erza Alzaki, pemuda tampan yang harus menerima kenyataan karena telah kejadian yang terduga. Di mana keluarganya yang hari itu dirinya menghadiri acara ulang tahun di kampus. Keluarganya meninggal dan di hari itu pula dirinya diusir oleh tantenya sendiri karena hak sebenarnya ia punya diambil secara paksa dan harus menanggung beban hidup seorang diri. Memutuskan untuk minggat. Di balik itu semua,...
I\'m Too Shy To Say
464      318     0     
Short Story
Joshua mencintai Natasha, namun ia selalu malu untuk mengungkapkannya. Tapi bagaimana bila suatu hari sebuah masalah menimpa Joshua dan Natasha? Akan masalah tersebut dapat membantu Joshua menyatakan perasaannya pada Natasha.
Aldi: Suara Hati untuk Aldi
373      271     1     
Short Story
Suara hati Raina untuk pembaca yang lebih ditujukan untuk Aldi, cowok yang telah lama pergi dari kehidupannya
Breakeven
19338      2587     4     
Romance
Poin 6 Pihak kedua dilarang memiliki perasaan lebih pada pihak pertama, atau dalam bahasa jelasnya menyukai bahkan mencintai pihak pertama. Apabila hal ini terjadi, maka perjanjian ini selesai dan semua perjanjian tidak lagi berlaku. "Cih! Lo kira gue mau jatuh cinta sama cowok kayak lo?" "Who knows?" jawab Galaksi, mengedikkan bahunya. "Gimana kalo malah lo duluan ...