“Kak,ini jaket siapa?” Zean memergoki Zindy melipat jaket yang tidak biasa dia lihat.
“Itu jaket temen kakak. Sini! Jangan sampai rusak. Besok mau aku kembalikan!” Zindy berusaha merebut jaket itu dari tangan Zean.
“Ini bukan jaket cewek. Ini jaket cowok. Kakak punya pacar juga ya di sekolah!” Celetuk Zean.
“Apaan sih! Kamu baru kelas 6 SD, masih anak kecil. Jangan bahas hal kayak gitu!” Zindy berkacak pinggang. Tangannya merebut jaket gradasi biru dan abu-abu itu.
“Ih, kok marah! Kalo nggak ada nggak usah marah. Zean udah gede, Kak. Bukan anak TK lagi.” Zean protes dipanggil anak kecil.
Nampak Kalib dari arah luar rumah. Dia baru saja membeli bensin untuk mengisi motornya. Tangannya membawa suatu bungkusan kotak kardus warna cokelat.
“Tadi ada kurir waktu aku mau masuk ke rumah. Kayaknya ini barang sampel produk untukmu lagi deh.” Kalib hendak menyerahjan paket itu pada Zindy.
“Hah, kebetulan banget baru hari long weekend libur nasional. Bisa take video.” Mata Zindy berbinar saat melihat paket itu.
“Bang, Kakakku selingkuh! Dia punya gebetan lain di sekolah!” Celetuk Zean. Suara itu sekali lagi membuat jantung Zindy serasa ingin berhenti.
Anak ini! Mau ditaruh mana mukaku. Ingin kubungkam mulutnya. Aku mau masuk ke tanah aja, sumpah. Malu banget.
Kalib hanya tersenyum. Dia mengelus lembut dahi Zean. “Kamu masih kecil. Belajar dulu yang benar biar lulus SD.”
“Kakakku cocoknya sama Abang. Abang kan baik. Ganteng dan manis. Jadi pacar kakakku aja, Bang. Aku pengen punya abang kayak kamu.” Celetuk Zean lagi.
Anak ini! Zean pengen rasanya kamu aku masukin ke kamar terus kukunci. Aduh,malu sekali aku.
“Nenek kayaknya manggil kamu, lho! Kamu sampai nggak dengar kan tadi.” Kalib mengalihkan pembicaraan.
“Oh ya? Waduh. Aku bisa dimarahi Nenek.” Zean langsung berlari menuju dapur.
“Maaf ya, Bang. Zean suka asal bunyi.”
“Nggak papa. Namanya juga anak kecil. Ehm, kamu mau bikin konten paket itu hari ini apa kapan? Aku kebetulan ada waktu luang. Bisa bantu hari ini.” Kalib mengalihkan topik pembicaraan lagi.
“Boleh sekarang aja. Aku masukin baju yang udah disetrika dulu ya.” Zindy membereskan pakaian itu.
Kalib dengan cekatan mulai mempersiapkan setting video untuk Zindy. Dia meminjamkan tripod dan ring lights-nya. Perekaman masih dilakukan dengan smartphone lama Zindy.
“Siap unboxing nih, Zin?” Kalib tersenyum ke arah Zindy sambil memegang tombol. Tangan Zindy sudah memegang paket kardus coklat itu. Label fragile merah terpampang jelas di lapisan luar.
“Halo Gaes, welcome to Zinvlog.” Zindy memulai unboxing itu dengan gaya khasnya. “Hari ini ada seller baik hati lagi. Aku dapat kiriman snack jamur. Wuih. Pasti enaik nih, jadi cemilan waktu long weekend kayak gini!” Snack itu diperlihatkan ke arah kamera.
“Ini ceritanya snack-nya rasa jamur goreng matcha?” celetuk Kalib tiba-tiba.
“Eh, bukan!” Zindy mulai sadar ada kesalahan. “Eh, ini snack jagung. Bukan jamur!” Tanpa sadar, Zindy menepuk dahinya.
“Cut! Cut!” Teriak Kalib seolah-olah sutradara profesional. Perekaman itu berhenti.
“Kok bisa salah sih. Huhuhu!” Keluh Zindy. Wajahnya manyun. Bibirnya menyudut ke depan.
“Nggak papa. Take ulang lagi aja.” Kalib iseng merekam wajah Zindy yang manyun itu.
“Ya udah ayo! Kita usahakan lagi. Jangan menyerah dulu. Waktu masih panjang….” Hibur Kalib.
“Abang mau nyanyi apa mau nge-joke. Nggak lucu!” Zindy mulai take video review snack itu. Kalib mulai kembali merekam.
Hasil rekaman video mentah itu diedit dengan laptop Kalib. Zindy nampak memperhatikan dengan serius. Dia menjadikan ini sumber belajar.
“Kok ada bagian aku manyun!” Protes Zindy. “Kayak ikan lohan! Malah dimasukin behind the scene lagi! Hapus!”
“Hihihi! Nggak mau. Justru bagus tahu. Ada part kocaknya!” Kalib langsung memindahkan file itu ke smartphone Zindy. “Yah! Udah terlanjur ke upload!” Goda Kalib.
“Ih sebel!” Zindy makin manyun.
“Wajahmu lucu. Kayak balon mau meletus. Hehehe!” Kalib tertawa melihat wajah Zindy. “Lihat hasil videonya ini behind the scenes paling receh hari ini.”
“Iya, iya. Makasih, Bang.” Zindy menatap video di layar smartphone itu.
Aku merasa senang ada yang mendukungku. Untuk pertama kalinya, mimpiku bisa ada yang mendukung. Jalan dari semesta memang unik