“Kakak kenapa?” Zean bingung. Dia melihat Zindy nampak gelisah. Berjalan maju mundur dan takut melihat layar smartphone. Malam itu Zindy meletakkan begitu saja smartphone-nya di atas meja.
“Nggak papa. Cuma nunggu Bang Kalib aja.” Zindy menatap ke arah kamar Kalib. Dia tak berani mengganggu. Mungkin saja Kalib lelah setelah seharian praktek magang di tempat PKL.
“Cie cie. Kakak suka ya sama Bang Kalib?” Goda Zean. Dia jadi tak fokus mengerjakan tugas sekolahnya.
“Apaan sih kamu! Sttt! Jangan bikin gosip deh!” Zindy sebel.
Duh, kalo Kalib dengar gimana? Bisa malu, aku. Tapi, dia tuh manis. Udah manis, senyum kayak madu. Full of service lagi. Udah punya cewek belum ya? Ih, apaan sih. Fokus Zin. Fokus.
“Kakak ada urusan tentang bisnis. Anak kecil nggak boleh ikut campur.” Elak Zindy.
“Pantas telingaku berkedut. Namaku disebut.” Suara itu mengalihkan perhatian Zindy.
“Bang, kakakku suka sama Abang!” Celetuk Zean tiba-tiba.
“ZEAN!” Teriak Zindy. Jantung Zindy berasa seolah terhenti. Dia ingin menyembunyikan wajahnya dan menghilang. Siapa yang tak malu dan salah tingkah dikatakan seperti itu.
“Nenek tadi manggil aku!” Zean langsung lari menuju dapur.
“Jangan dianggap serius. Zean emang suka ngomong ngaco!” Zindy membela diri. Dia tak berani menatap wajah Kalib. Mau ditaruh mana mukaku.
Anak kecil biasanya jujur kan? Apa ini tandanya kesempatan terbuka. Kalib jadi sedikit canggung.
“Ehm, udah nggak papa. Namanya juga anak kecill.” Kalib berusaha santai. Dia duduk lesehan bersama Zindy. “Gimana? Ada kabar?” Zindy langsung menggangguk-angguk. Dia menunjukkan direct message dari brand itu. “Perkembangan yang bagus. Berarti kemungkinan besok paketnya sampai ya?”
“Iya, Bang. Ehm, boleh minta bantuan take video nggak mumpung besok weekend? Hehehe.” Jantung Zindy masih merasa dag dig dug.
Aku tuh suka aja ada yang perhatian sama aku. Tapi kalo ke arah suka yang serius. Emang boleh ya? Bang Kalib kan nggak pernah bahas soal hal-hal begitu.
“Tenang, aku ada waktu. Nanti jadi konten di akun Yutub juga. Edisi bantu affiliate take video. Hahaha.” Kalib tersenyum manis.
“Simbiosis mutualisme nih. Aku nggak sabar menunggu paket itu sampai.”
Paket yang ditunggu akhirnya tiba. Zindy belum pernah sebahagia itu saat menerima paket. Dia menerima paket yang dibungkus dalam kotak coklat itu dengan hati-hati dari tangan kurir.
Kalib menjadi asisten Zindu saat take video produk. Dia meminjamkan tripod serta ring lights. Zindy menolak saat Kalib ingin meminjamkan pula smartphone-nya. Tripod serta ring lights itu sudah ditata di ruang tamu.
“Hello Gaes. Welcome to Zinvlog. Ini edisi spesial. Aku mau unboxing sample pertama aku. Rasanya kayak mimpi bisa dapat sample. Majasih buat support kalian. Akunku bisa tumbuh sejauh ini!” Zindy mulai melakukan unboxing dengan hati-hati. Paket itu berisi skincare. Rekaman itu berhenti.
“Itu apaan?” Kalib nampak heran.
“Ini masker wajah. Produk pertama ini. Lumayan. Brand-nya baik banget ngirimin 10 pcs buat di-review.” Zindy sudah membuka salah satu kemasan masker berbentuk wajah panda.
“Tapi kok gambar panda? Kamu yakin ini beneran masker?” Kalib masih bingung.
“Iya,ini beneran masker wajah.” Ide kocak terbersit di kepala Zindy. “Bang, kamu jadi modelnya ya!” Celetuk Zindy.
“Hah? Aku?” Kedua alis Kalib terangkat.
“Iya. Kamu. Wajahmu kayak panda soalnya. Keliatan banget sering begadang main game sih, hahaha.” Zindy tertawa.
Kalib tersenyum tipis. Dia akhirnya pasrah menjadi model. Zindy sibuk menyiapkan angle kamera yang pas.
“Kalo nanti viral, jangan lupa tag akunku ya.”
“Siap, kakak Yutuber!” Zindy tertawa.
Tombol merah pada kamera itu sudah terpencet. Perekaman di mulai. “Gaes, karena ini konten spesial banget pake telor ceplok, hehehe. Aku mendatangkan model spesial juga. Kakak Yutuber dan gamer keren. Abang Kalib.” Zindy memperkenalkan dengan gaya khasnya. Kalib akting seolah menyapa para penonton.
“Ini tuh. Masker yang wajib dicoba. Bentuknya lucu dan banyak banget manfaatnya.” Zindy memegang masker yang mengembang itu dengan dengan kedua tangannya. “Begini cara pakainya!” Masker itu ditempelkan ke wajah Kalib. “Tunggu sekitar lima menit, Gaes. Baru dilepas. Lihat, wajah Abangku jadi makin kinclong kan? Kayak porselin. Jangan lupa ya check out di keranjang kuning.” Tombol stop dipencet Zindy. Rekaman itu berhenti.
“Kinclong kayak porselen, hahaha. Bagus! Aku suka.”
“Aku nggak tahu harus ngomong apa.” Zindu melihat hasil rekaman yang baru saja di playback dan diedit di laptop Kalib.
“Harga laptop kayak gini berapa sih, Bang? Aku jadi pengen punya.”
“Aku lupa. Ini dulu tuh beli second. Kaum mendang-mending kayak aku yang penting bisa dipake buat edit video. Orang seperti kita harus hemat mengelola uang dan pandai melihat peluang.” Kalib melakukan proses rendering ke editan video itu.
“Iya. Harus berdiri di atas kaki sendiri. Eh, editnya sudah selesai ya?”
“Iya. Ini otw pindah ke handphone-mu buat di-upload. Biar kamu ada cadangannya sekalian.” Kalib memberikan smartphone kepada Zindy. Konten itu mulai di-upload.
Zindy menulis caption:
Unboxing konten pertama sebagai affiliate pemula. Lucu banget sumpah warna maskernya. Hari-hariku yang kelabu jadi berwarna. Jangan bully modelnya. Ini job pertamanya jadi model.
#Affiliatepertama #FYPplease #Maskerlokal