Loading...
Logo TinLit
Read Story - Behind The Spotlight
MENU
About Us  

Sabtu malam, mereka sudah bersiap. Sepuluh orang yang semula berkubu, kini berkumpul di satu ruang, kemudian berdoa bersama, berharap hari yang telah lama mereka nantikan berjalan sebagaimana mestinya. Untuk pertama kalinya, sepuluh besar finalis The Spotlight akan tampil dengan format live show dan mempersembahkan pertunjukan solo mereka di hadapan masyarakat global.

Self-expression challenge ini bertujuan untuk menguji para peserta dalam mengekspresikan diri, juga ajang merayu masyarakat global untuk mencintai dan berpihak pada mereka. Sebab penentu lanjut atau berhentinya para peserta, murni berasal dari hasil pemungutan suara masyarakat global berbagai negara.

Selesai berdoa, Alan, Sakha, dan Ren berpeluk lama. Mereka cukup dekat beberapa hari ini. Terutama setelah Ren dan Sakha meminta Alan membuka diri. Sambil berlatih, mereka banyak bercerita, tak jarang saling mengomentari satu sama lain demi kemajuan bersama. Jadi, menghadapi hari ini rasanya berat. Belum tentu mereka bisa bertemu dan bersama seperti hari-hari sebelumnya.

Mereka semua tampak emosional sebab sama tahu perjalanan masing-masing tidaklah mudah. Ada Alan dengan pergulatan batinnya antara menjadi pemain drum atau penyanyi. Ren dengan harapan orang tua setinggi gunung. Sakha yang kabur dari rumah demi menjadi bintang. Jean yang harus tinggal jauh dari keluarganya. Nuka yang menjadikan ajang ini sebagai pembuktian pada keluarganya bahwa dia bisa. Evan yang hidupnya lurus-lurus saja dan sedang berusaha menemukan dirinya. Arthur yang semula ingin menjadi dancer, tetapi berakhir di sini. Saga yang memang sejak dulu bekerja keras ingin menjadi penyanyi. Sean yang selalu serius tapi gagal masalah rasa. Yuka, bocah kecil yang paling pasrah dari yang terpasrah.

Pada segmen pertama recap perjalanan sepuluh besar dimunculkan. Pada video tersebut tampak proses perjalanan masing-masing peserta dari tahap audisi sampai akhirnya bisa berdiri di panggung megah ini.

Video juga ditayangkan secara langsung di kanal resmi Miracle Entertainment, dan langsung diserbu penikmat musik dari berbagai negara.

THE SPOTLIGHT - Live Show Ep. 1 | Self-expression Challenge [TOP 10]

#ThespotlightLIVE #Top10 #SelfExpressionChallenge

1.890.689 viewers

Deskripsi :

Malam ini para finalis tampil perdana dengan Self-expression challenge. Silakan dukung finalis favorit kalian dengan melakukan voting resmi melalui aplikasi N-Jeen.

Di segmen itu pula mereka langsung tampil membawakan opening The Spotlight.
Mereka berdiri di belakang stand mic masing-masing. Tidak ada koreografi, mereka hanya bernyanyi dengan percaya diri.

[Behind The Spotlight]

Artist: Finalis The Spotlight
Durasi: 3:58
Bahasa: Indonesia
Genre: Pop/ Inspirational
Rilis: Episode 1 – Live Show: Self-Expression Challenge

Tahun: 2025
Penulis Lirik : Bang Jalu, Bang Yogi

Intro

---

Verse 1
Dulu aku sendiri, berjalan dalam gelap
Mencoba merajut mimpi, meski tanpa harap
Melaju tahap demi tahap
Demi berdiri di atas panggung dengan lampu sorot gemerlap

Pre-Chorus 1
Pernah kutanya apa ini nyata
Nyatanya benar ... aku di antara mereka
Dengan nada-nada indah yang memberi nyawa
Dan liriknya manifestasi sebuah rasa


Chorus 1
Kita berdiri di sini bukan karena kebetulan
Ada mimpi yang sama-sama kita perjuangkan
Ada tangan-tangan hangat yang memberi kesempatan
Untuk menjadi satu terbaik dari sekian banyak pilihan

Mari kita melangkah
Walau takdir tak mau beramah tamah
Jangan hilang arah
Sekalipun rintangan membuat langkahmu goyah

Verse 2
Di belakang lampu sorot banyak yang kita tinggalkan
Ada mimpi yang kita tanggalkan
Kerinduan yang kita kesampingkan
Demi harapan orang tua yang harus kita usahakan

Pre-Chorus 2
Langkah ini berat, tapi luar biasa
Sebab kita tahu cahaya terang menyambut di depan mata
Mimpi ini milik kita
Dan percaya kita pasti bisa

Chorus 2
Kita berdiri di sini bukan karena kebetulan
Ada mimpi yang sama-sama kita perjuangkan
Ada tangan-tangan hangat yang memberi kesempatan
Untuk menjadi satu terbaik dari sekian banyak pilihan

Mari kita melangkah
Walau takdir tak mau beramah tamah
Jangan hilang arah
Sekalipun rintangan membuat langkahmu goyah

Final Chorus
Kita berdiri di sini bukan karena kebetulan
Ada mimpi yang sama-sama kita perjuangkan
Ada tangan-tangan hangat yang memberi kesempatan
Untuk menjadi satu terbaik dari sekian banyak pilihan

Mari kita melangkah
Walau takdir tak mau beramah tamah
Jangan hilang arah
Sekalipun rintangan membuat langkahmu goyah

Mari berpegang tangan
Bersama kita bisa
Jangan hilang harapan
Sekalipun takdir memintamu berhenti dengan paksa

Gemuruh tepuk tangan terdengar begitu mereka selesai membawakan lagu tersebut. Kanal resmi Miracle Entertainment juga dibanjiri komentar, dan sampai sejauh ini komentar mereka positif. Banyak yang memuji seluruh finalis. Visual, vokal, dan teknik menyanyi mereka tak luput dari sorotan. Alan paling banyak disanjung sebab memiliki ketiganya.

Nunasepaturoda Parah ganteng-ganteng banget. Gimana milihnya? 😭😭
Pacarsoobin Alan paling stabil ga, sih, suaranya?
Istrinyasuga Ya ampun ituuu yang kicikkk siapaaaa? Yang pipinya gembunggg 😚🤏
Jeyiipalingcute Kalo semua jadi vokalis aja bisa nggak, sih? Gantian gitu pas perform 😭😭  gabisa milih
Sipenguasabumi Sean sama Saga cakep banget plis!
Hantusekolah Tuhan ... gue mau Ren, kalo Ren ga bisa yang lain juga gapapa 😭🤏
Nuka, Yuka, Evan, Jean, Arthur, Sakha, Sean, Saga, sama Alan juga mau banget

Mereka kembali ke backstage usai tampil. Riasan dan lain-lain kembali dipersiapkan. Mereka diberi kesempatan bertukar pakaian untuk penampilan selanjutnya, sementara sang pembawa acara memberi sambutan dan menjelaskan secara singkat mengenai self-expression challenge. Bang Jalu, selaku ocal coach menghampiri sejenak, memberi motivasi singkat pada seluruh peserta, kemudian kembali ke tempatnya semula.

Ren yang tampil pertama, tampak benar-benar gugup. Dia menghampiri Alan, kemudian memeluknya erat.

Alan sempat terkejut, tetapi akhirnya balas memeluk anak itu. Dia tidak tahu harus berbuat apa, jadi dia hanya berkata, "Lo pasti bisa."

"Doain, ya, A. Biar kita bisa sama-sama lebih lama."

Si bungsu Sakha turut bergabung dengan mereka, kemudian menghambur memeluk keduanya. "Semangat!"

Cowok dengan tinggi 183 sentimeter itu terkekeh. Sebenarnya, lucu sekali setiap mendengar Sakha bicara. Suaranya jauh berbeda dengan penampilannya. Dia terlihat begitu kecil dan lucu, tetapi saat bicara suaranya khas anak laki-laki yang sedang puber, jadi tidak terlihat sekecil tubuhnya.

"Nyebelin banget tiap aku ketawa Aa, tuh, ketawa terus."

"Lucu tau."

Ren ikut tertawa sembari mencubit pelan pipi anak itu.

"Peserta pertama siap-siap."

Mendengar seorang kru memberi instruksi, Ren langsung bersiap. Sebelum benar-benar naik ke panggung, dia menoleh pada Alan, kembali meminta doa, dan Alan mengangguk mantap.

Tak lama, suara petikan gitar mulai terdengar. Teman-teman yang menunggu di belakang panggung. Suara Ren yang khas juga mengalun lembut, membuat siapa pun yang mendengar tenggelam dalam nyanyiannya. Sebuah lagu milik Ebiet G. Ade dipilih anak itu. Apalagi, saat layar besar belakang Ren berdiri, menampilkan kondisi keluarga Ren di Bandung. Tanpa sadar Sakha bahkan menangis, mengingat papinya. Papinya yang mendukung Sakha sampai sejauh ini meski harus bertengkar dengan sang mami.

Menyadari itu, Alan menyerahkan tisu. Karena Sakha justru makin keras terisak, cowok itu menyeka jejak air mata di pipi Sakha perlahan agar tidak merusak riasannya juga.

"Kangen Papi," ujar anak itu.

Finalis lain yang duduk di belakang juga di samping kiri Sakha langsung berusaha mendekat, kemudian menenangkan anak itu. Dia yang termuda di sini, pasti berat rasanya harus meninggalkan rumah demi mimpi besarnya.

Tiba saat juri mengomentari penampilan Ren. Ren terengah di tengah panggung dengan sang pembawa acara mendampingi. Sementara di meja juri, perempuan yang akrab dipanggil Mami Adel masih terlihat sibuk menyeka air matanya hingga salah satu bulu matanya lepas. Jalu yang duduk di sampingnya kontan terpingkal, membuat Adel merengut dan langsung melepaskan bulu mata yang satunya.

"Ren ... ganteng. Kenapa kamu akhirnya memilih lagu ini? Mami dengar, kamu agak kesulitan, ya, memilih lagu kemarin?"

Ren mengangguk. "Iya, Mi. Tapi, setelah Bang Jalu minta aku ngisi beberapa pertanyaan tiba-tiba kebayang aja wajah Bapak. Mungkin karena kangen, jadi ... cuma Bapak yang kepikiran, dan lagu itu yang benar-benar mencerminkan diriku sekarang."

"Suara kamu bagus, tetap stabil juga walaupun tadi mungkin fokusmu pecah lihat video orang tuamu di belakang, tapi nggak masalah, masih bisa kamu tangani dengan baik. Good job, Ren. Semoga bisa ketemu minggu depan."

Komentar masih berlanjut sampai ke juri terakhir, tetapi di belakang Alan tampak mulai kewalahan mengontrol dirinya. Dia tidak sehebat Ren atau yang lain, tampil solo tentu rasanya jauh berbeda dengan tadi saat mereka bersama. Semua mata menatapnya, semua menaruh harapan yang besar, apalagi tadi dia melihat sang bunda di salah satu tribun penonton. Jika penampilannya buruk, bahkan berpengaruh terhadap hasil pemungutan suara nantinya, bundanya pasti kecewa. Bagaimana dia bisa memenangkan pertarungan dengan pikiran yang sekacau ini?

Napasnya tiba-tiba terasa sesak. Dia juga pusing dan mual. Alan berdiri, berusaha membangun jarak dari finalis lain, kemudian diam-diam melipir ke belakang. Dengan langkah tergesa dia memasuki kamar mandi, kemudian membungkuk di depan wastafel. Namun, tidak ada apa pun yang berhasil dimuntahkan, justru menyisakan nyeri di ulu hati dan sesak yang semakin menjadi. Pada dasarnya, Alan memang tidak sakit. Gejala yang muncul hanya buntut dari kecemasan pun rasa gugupnya yang saling tumpang tindih.

Lelaki itu bersandar penuh pada dinding kamar mandi, berusaha mengontrol pernapasannya. Berulang kali, dia mengubah posisinya, jongkok, kemudian berdiri, hingga merebahkan kepalanya di atas wastafel, berharap cara seperti itu bisa sedikit melonggarkan jalan napasnya.

"Tenang, Lan, tenang ...." Pelan sekali dia bicara.

Sembari berusaha untuk tetap bernapas, Alan berjalan menghampiri salah atu kru, kemudian bertanya, "Mas, maaf punya obat lambung?"

Hanya tinggal hitungan menit Alan tampil, dan dia harus bisa dengan cepat mengatasi kondisinya. Tidak mungkin dia muncul di depan banyak orang dengan penampilan seperti ini. Bundanya bukan marah lagi, tapi pasti mengamuk.

Tak lama, kru kembali membawa sebuah tablet warna hijau dari tempat logistik medis. "Ini, diminum dulu. Kalau perlu duduk dulu aja."

Alan mengangguk patuh. Dia memang pusing, dan jika keras kepala bertahan dengan posisi berdiri, mungkin saja dia akan jatuh.

"Peserta kedua standby."

Sayangnya, sebelum Alan benar-benar selesai dengan dirinya sendiri, dia sudah diminta bersiap. Apa boleh buat, waktu memang tidak bisa ditawar, dan Alan harus siap suka atau tidak. Dia sempat berpapasan dengan Ren juga finalis lain ketika kembali, tetapi tak banyak bicara, memilih langsung bersiap di posisinya begitu namanya dipanggil.

Lampu panggung sengaja dibuat redup, demikian pula sekeliling. Hanya sebuah lampu sorot yang menyala tepat di atasnya.  Dia sengaja melakukan itu. Karena yang menjadi beban beratnya adalah nyawa dari lagu tersebut, jadi ... dengan cara seperti ini Alan berharap mereka benar-benar melihat bagaimaana Alan menelanjangi semua luka di hidupnya.

Tangannya mulai bergerak menyentuh tuts-tuts grand piano hitam di hadapannya. Denting pertama langsung memberi debar berbeda pada mereka yang mendengarnya, terlebih mereka tahu lagu apa yang hendak dibawakan.

Suara Alan terdengar begitu tenang, meskipun begitu hebat debar di dadanya. Dia gugup, bahkan tak sanggup melihat ke depan. Sesekali Alan menunduk, memejamkan mata, berusaha lebur bersama setiap kata yang terucap dari bibirnya.

Kuingat saat ayah pergi
Dan kami mulai kelaparan
Hal yang biasa buat aku
Hidup di jalanan

Di saat ku belum mengerti
Arti sebuah perceraian
Yang hancurkan semua hal indah
Yang dulu pernah aku miliki

Jelas kalimat-kalimat itu memiliki makna berbeda bagi Alan. Lapar akan kasih sayang, jalanan yang artinya kehidupan di luar, perceraian karena kematian, sedangkan hal indah termaksud adalah mimpi yang dulu pernah dia miliki, saat sang ayah masih bersamanya.

Rumi, sang bunda jelas terkejut dengan lagu yang dibawakan Alan. Alan selama ini tampak baik-baik saja. Dia tidak membantah atau apa pun. Dia mematuhi semua ucapannya. Namun, kenyataan bahwa Alan membawakan lagu sepatah itu pada self-expression challenge menamparnya kuat-kuat. Apa selama ini Alan tidak bahagia? Atau lagu itu hanya sebagai topeng untuk meraih empati banyak orang dan membuat mereka berpihak padanya? Jika benar begitu, Alan cerdas, dan benar ... dia putranya.

****

https://suno.com/s/PdOUGiYrfluUoxtV

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (12)
  • serelan

    Bertahan sampai akhir, Lan... Aku dukung kamu buat maju terus... dua bayi juga berusaha bertahan sampai akhir yaa... saling dukung terus...

    Comment on chapter Chapter 6 - Hal baru
  • vella

    Alan, kamu tetep semangat yaa, omongan orang iri nggk usah di masukin ke hati, biarkan jadi angin lalu.

    Comment on chapter Chapter 5 - Menjual kisah sedih, katanya
  • nazladinaditya

    Go alan!! u can do it, emg yg paling bagus itu tampil otentik alias jujur dari hati, jgn dengerin orang lain yg hatinya busuk. Terima kasih sudah bertahan, alann! 🤍

    Comment on chapter Chapter 5 - Menjual kisah sedih, katanya
  • serelan

    Wah, wah, waahhh.... Ada yang gak suka liat keberhasilan Alan. Sean ini emang sifatnya jelek kya gitu atau gimana ya? Kalau emang aslinya gitu knp bukan dia aja sih yg keluar. Eh tapi kalo gak ada konflik ntar gak rame ya.. Tapi asli jahat banget itu mulutnya... Alan diem, tapi hatinya pasti sakit itu... 🥺

    Comment on chapter Chapter 5 - Menjual kisah sedih, katanya
  • serelan

    Semangat semuanya, tampilkan yang terbaik sebagai jalan meraih mimpi kalian...
    Buat bundanya Alan, lewat lagu yang dinyanyikan Alan semoga beliau sadar tentang kesulitan dan sakit yang selama ini dirasakan Alan Lagu itu bukan hanya sekedar topeng untuk menarik empati tapi memang bener² mewakilkan apa yang Alan rasakan...

    Comment on chapter Chapter 4 - Diary depresiku
  • etika_tika

    Teh alaan jangan dibikin ubiii

    Comment on chapter Chapter 3 - Kita teman?
  • serelan

    Kuat ya Lan, mencoba membuka kelemahan & kesakitan kita ke orang lain itu gak mudah, apalagi buat orang yang emang sifat dasarnya tertutup. Buat bercerita tentang apa yang dirasakan aja udh sulit banget terkadang mikir lebih baik cuma kita aja yg tau dan ngerasain. Tapi andaikan ada orang yang tepat hadir dan bisa buat kita nyaman berbagi perasaan pasti itu lebih baik. Semoga Ren bisa jadi orang itu ya Lan...

    Comment on chapter Chapter 3 - Kita teman?
  • serelan

    Dipaksa buat ngelakuin sesuatu yg gak kita suka tuh bener² jadi beban banget. Kalo aku udh nyerah sepertinya. Apalagi buat seorang introvert tuh waktu me time bener² berharga banget setelah lelah menghadapi banyak org bener² harus ada waktu sendirian buat charge tenaga. Lebih enak ngabisin waktu sendirian d kamar daripada ngadepin banyak org.

    Comment on chapter Chapter 2 - Challenge pertama
  • nazladinaditya

    wkwkwk i feel u, alan. ngerjain sesuatu yang bukan keinginan kita emg senyebelin ituuuu

    Comment on chapter Chapter 2 - Challenge pertama
  • serelan

    Alan ikut audisi karena suruhan Bundanya kah? Santai banget sepertinya, pasrah banget sama hasilnya.. tapi biasanya yang begini malah lolos nih🤭

    Comment on chapter Chapter 1 - Alan versi lebih hidup
Similar Tags
Liontin Semanggi
1611      974     3     
Inspirational
Binar dan Ersa sama-sama cowok most wanted di sekolah. Mereka terkenal selain karena good looking, juga karena persaingan prestasi merebutkan ranking 1 paralel. Binar itu ramah meski hidupnya tidak mudah. Ersa itu dingin, hatinya dipenuhi dengki pada Binar. Sampai Ersa tidak sengaja melihat kalung dengan liontin Semanggi yang dipakai oleh Binar, sama persis dengan miliknya. Sejak saat...
Tumbuh Layu
448      290     4     
Romance
Hidup tak selalu memberi apa yang kita pinta, tapi seringkali memberikan apa yang kita butuhkan untuk tumbuh. Ray telah pergi. Bukan karena cinta yang memudar, tapi karena beban yang harus ia pikul jauh lebih besar dari kebahagiaannya sendiri. Kiran berdiri di ambang kesendirian, namun tidak lagi sebagai gadis yang dulu takut gagal. Ia berdiri sebagai perempuan yang telah mengenal luka, namun ...
A Missing Piece of Harmony
297      233     3     
Inspirational
Namaku Takasaki Ruriko, seorang gadis yang sangat menyukai musik. Seorang piano yang mempunyai mimpi besar ingin menjadi pianis dari grup orkestera Jepang. Namun mimpiku pupus ketika duniaku berubah tiba-tiba kehilangan suara dan tak lagi memiliki warna. Aku... kehilangan hampir semua indraku... Satu sore yang cerah selepas pulang sekolah, aku tak sengaja bertemu seorang gadis yang hampir terbunu...
RUANGKASA
45      41     0     
Romance
Hujan mengantarkan ku padanya, seseorang dengan rambut cepak, mata cekung yang disamarkan oleh bingkai kacamata hitam, hidung mancung dengan rona kemerahan, dingin membuatnya berkali-kali memencet hidung menimbulkan rona kemerahan yang manis. Tahi lalat di atas bibir, dengan senyum tipis yang menambah karismanya semakin tajam. "Bisa tidak jadi anak jangan bandel, kalo hujan neduh bukan- ma...
Diary of Rana
209      180     1     
Fan Fiction
“Broken home isn’t broken kids.” Kalimat itulah yang akhirnya mengubah hidup Nara, seorang remaja SMA yang tumbuh di tengah kehancuran rumah tangga orang tuanya. Tiap malam, ia harus mendengar teriakan dan pecahan benda-benda di dalam rumah yang dulu terasa hangat. Tak ada tempat aman selain sebuah buku diary yang ia jadikan tempat untuk melarikan segala rasa: kecewa, takut, marah. Hidu...
Cinderella And The Bad Prince
1468      996     11     
Romance
Prince merasa hidupnya tidak sebebas dulu sejak kedatangan Sindy ke rumah. Pasalnya, cewek pintar di sekolahnya itu mengemban tugas dari sang mami untuk mengawasi dan memberinya les privat. Dia yang tidak suka belajar pun cari cara agar bisa mengusir Sindy dari rumahnya. Sindy pun sama saja. Dia merasa sial luar biasa karena harus ngemong bocah bertubuh besar yang bangornya nggak ketul...
Di Punggungmu, Aku Tahu Kau Berubah
2041      785     3     
Romance
"Aku hanya sebuah tas hitam di punggung seorang remaja bernama Aditya. Tapi dari sinilah aku melihat segalanya: kesepian yang ia sembunyikan, pencarian jati diri yang tak pernah selesai, dan keberanian kecil yang akhirnya mengubah segalanya." Sebuah cerita remaja tentang tumbuh, bertahan, dan belajar mengenal diri sendiri diceritakan dari sudut pandang paling tak terduga: tas ransel.
Waktu Mati : Bukan tentang kematian, tapi tentang hari-hari yang tak terasa hidup
3077      1168     26     
Romance
Dalam dunia yang menuntut kesempurnaan, tekanan bisa datang dari tempat paling dekat: keluarga, harapan, dan bayang-bayang yang tak kita pilih sendiri. Cerita ini mengangkat isu kesehatan mental secara mendalam, tentang Obsessive Compulsive Disorder (OCD) dan anhedonia, dua kondisi yang sering luput dipahami, apalagi pada remaja. Lewat narasi yang intim dan emosional, kisah ini menyajikan perj...
TANPA KATA
23      20     0     
True Story
"Tidak mudah bukan berarti tidak bisa bukan?" ucapnya saat itu, yang hingga kini masih terngiang di telingaku. Sulit sekali rasanya melupakan senyum terakhir yang kulihat di ujung peron stasiun kala itu ditahun 2018. Perpisahan yang sudah kita sepakati bersama tanpa tapi. Perpisahan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Yang memaksaku kembali menjadi "aku" sebelum mengenalmu.
Kisah Cinta Gadis-Gadis Biasa
1191      565     2     
Inspirational
Raina, si Gadis Lesung Pipi, bertahan dengan pacarnya yang manipulatif karena sang mama. Mama bilang, bersama Bagas, masa depannya akan terjamin. Belum bisa lepas dari 'belenggu' Mama, gadis itu menelan sakit hatinya bulat-bulat. Sofi, si Gadis Rambut Ombak, berparas sangat menawan. Terjerat lingkaran sandwich generation mengharuskannya menerima lamaran Ifan, pemuda kaya yang sejak awal sudah me...