Gema tepuk tangan terdengar memenuhi seluruh penjuru ruang kedap suara sebagai penutup penampilan terakhirnya. Para juri tampak saling berbisik, bahkan satu di antara mereka tak bisa menyembunyikan raut terpana. Meski hanya setengah hati berkompetisi, pemuda itu selalu tampak bersinar setiap minggunya.
Saat sang pembawa acara mengumumkan bahwa final vote sudah mereka terima, penonton kompak bersorak, kontras dengan ketegangan yang mendominasi wajah para peserta. Empat personel band yang sempat disembunyikan identitasnya pun sama khawatirnya, sebab mereka tahu perjuangan masing-masing dari minggu pertama sampai detik menuju puncak.
Mereka yang sampai ke tahap akhir diminta maju dan berdiri bersebelahan, sementara empat personel lain yang siap debut berdiri di tengah, di bawah lampu sorot yang memberi kesan mewah dengan kilau keemasan.
Tepat ketika sang pemenang digaungkan, waktu seakan berhenti untuk sesaat. Tak ada senyum, tidak pula saling berpeluk atau sekadar mengucap selamat. Keduanya kompak bungkam, menelan dalam diam kecewa yang sama. Rasa kecewa karena tidak bisa jadi yang pertama, dan kecewa sebab secara tidak langsung dia jadi alasan seseorang melepas mimpi besarnya.
Entah apa yang harus dia lakukan. Agensi membutuhkan sorotan, seseorang menginginkan perubahan, dan ada banyak orang yang harus dibahagiakan.
"Gue minta maaf. Gue benar-benar minta maaf ...."
Bertahan sampai akhir, Lan... Aku dukung kamu buat maju terus... dua bayi juga berusaha bertahan sampai akhir yaa... saling dukung terus...
Comment on chapter Chapter 6 - Hal baru