Bab 28
Hubungan Toksik
Ternyata, berpacaran dengan Soso tidak bisa menyembuhkan penyakit mental Lala. Namun, Lala harus menjalani ini semua karena ia takut hasil yang ia peroleh dari pekerjaannya sebagai pekerja lepas tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hari ini, Soso mengajak Lala ke mal. Lala kembali muncul di teras dengan gaun kuningnya, sesuai saran Mama. Soso membentaknya, “Ganti! Kamu selalu saja memakai baju itu. Aku bosan melihatnya.”
Lala masuk ke rumah untuk mengganti pakaian. Kali ini, ia mengenakan kaos pink dan celana jeans biru. Ia keluar dan bertanya kepada Soso, “Apakah sekarang sudah lumayan?”
Soso tidak menjawab. Ia naik ke sepeda motor dan menunjuk boncengannya. Lala segera naik ke boncengan itu. Soso pun memacu sepeda motornya ke mal.
Sesampainya di mal, mereka berdua masuk tanpa bergandengan tangan. Semenjak mengetahui bahwa Lala sakit mental, Soso seperti kehilangan gairah kepada Lala. Soso sepertinya tidak mencintai Lala lagi seperti sebelumnya. Soso menjadi dingin kepada Lala.
Lala dan Soso sampai ke bagian benda-benda tajam seperti beraneka ragam pisau. Soso berkata, “Aku mau beli ini.”
“Untuk apa?” tanya Lala.
“Untuk mencincangmu,” jawabnya, santai.
Sakit kepala Lala yang sudah sedikit terasa semenjak ia masuk ke dalam mal, mulai menjadi-jadi. Katanya, “So, aku sudah tidak kuat. Aku mau pulang.”
“Baru kita sampai. Kamu benar-benar tidak asyik,” keluh Soso. Ia segera menuju parkiran seraya mengeluarkan kunci sepeda motor dari balik saku celananya. Lala mengikuti Soso dari belakang sambil tergopoh-gopoh. Soso jalannya cepat sekali.
Sampai di parkiran, Soso segera memacu sepeda motornya ke rumah setelah Lala duduk di boncengan. Lala mencari-cari obat di dalam tas dan menelannya tanpa air begitu saja setelah ketemu, ketika mereka masih dalam perjalanan. Sambil menahan sakit, Lala mencoba menyanyikan lagu-lagu rohani.