Epilog — Surat untukmu.
———
Dari Penulis, Untuk Rika—dan Kamu, yang Masih Bertahan Hari Ini.
Untukmu yang telah bertahan sampai sekarang.
Untukmu yang menyimpan luka.
Untukmu yang masih mencari jati diri.
Kita semua pasti punya luka.
Rika dan teman-temannya pun begitu.
Alter Rika muncul bukan sekadar bagian dari cerita—mereka adalah mekanisme perlindungan dari otaknya.
Dalam istilah psikologi, ini bisa di singkat DID. Tapi lebih dari sekedar istilah, ini adalah cara tubuh dan jiwa melindungi diri.
Namun pada akhirnya, Rika memilih untuk menerima semuanya. Karena selain itu memang bagian dari takdir Tuhan… apa lagi yang bisa dia lakukan? Obat untuk kondisi seperti ini belum ditemukan.
Tapi, yang bisa dia lakukan sekarang adalah berdamai. Bersama dengan Alternatifnya. Bersama dirinya sendiri. Walau terdengar mustahil—dan mungkin sedikit unik?
Dan pada akhirnya, Rika pun sadar— yang tertinggal darinya selama ini... bukan sesuatu untuk ditinggalkan, tapi bagian dari dirinya yang butuh diterima.
---
Hei, kamu…
Dunia memang tidak selalu baik.
Banyak hal terjadi di luar kendali kita.
Beberapa datang seperti badai yang memorakporandakan segalanya, dan yang lainnya hadir seperti cahaya tiba-tiba, membawa kabar baik yang tidak pernah kita bayangkan.
Tapi tahu kan? Bahkan di tengah semua itu, kamu masih di sini. Masih bertahan.
Dan itu sudah luar biasa.
Jika kamu merasa seperti orang yang paling tidak beruntung—coba lihat ulang.
Ingat hal-hal yang pernah membuat Anda tertawa sebelum semua menjadi gelap. Setidaknya, kamu pernah bahagia. Dan kamu masih bisa bahagia.
Masa remaja memang sering kali membingungkan. Terlalu banyak standar. Terlalu banyak ekspektasi.
Kadang-kadang, kita bahkan tidak tahu siapa sebenarnya diri kita. Dan… bahkan setelah jadi dewasa pun, pencarian itu belum tentu selesai.
Karena menemukan jati diri bukanlah garis akhir—bukan sesuatu yang kita temukan sekali, lalu selesai. Itu adalah proses. Panjang. Berliku. Kadang menyakitkan. Dan itu normal.
Sering kali, kita harus kehilangan banyak hal terlebih dahulu. Termasuk bagian dari diri kita sendiri— untuk akhirnya sadar bahwa yang hilang itu mungkin hanya sedang menunggu kita… untuk diterima kembali.
Tapi percaya deh… kamu bukan satu-satunya.
Kita semua sedang mencari, dan menemukan sedikit demi sedikit— diri kita sendiri.
Dan kamu juga.
Kalau kamu merasa ada bagian dari dirimu yang hilang, mungkin itu tidak hilang—mungkin itu hanya sedang menunggu kamu menyapanya lagi. Menerimanya lagi. Memeluknya… seperti Rika yang akhirnya memeluk Alternya.
Terima kasih telah membaca cerita ini. Dan terima kasih telah tetap bertahan, di dunia yang terkadang terasa terlalu bising untuk didengar.
Untuk Rika.
Untuk kamu.
Untuk kita semua yang masih belajar mencintai diri sendiri dan tetap bertahan sampai saat ini. Ingat... Kamu tidak sendiri.
Cerita ini memang sudah usai— mungkin...
tapi yang pasti, perjalananmu belum.
—Salam hangat,
dari penulis: S.
Dan Rika Wijaya.