Loading...
Logo TinLit
Read Story - FAYENA (Menentukan Takdir)
MENU
About Us  

Juanda membuka pintu ruang rawat Fayena. Masih menggunakan pakaian rumah sakit dan tongkat untuk menyangga tubuhnya, Juanda memasuki ruangan itu. Tak ada siapa-siapa di sana. Sosok Fayena yang selama ini mencuri hatinya, tengah terbaring tidak berdaya di atas ranjang rumah sakit. Juanda dengan perasaan yang iba mendekat, ia duduk di samping ranjang Fayena. Kedua tangannya meraih tangan Fayena yang terbebas dari infus, lalu mengganggamnya lemah.

"Faye, maafin saya yang udah ninggalin kamu tanpa izin di sana. Saya nggak ada pilihan lain, Fay. Kalau saya nggak pulang waktu itu, maka saya nggak bakal bisa pulang lagi. Saya kangen sama orang tua saya di sini. Saya juga kangen kehidupan saya di sini. Sekarang harapan saya cuma satu, semoga kamu temuin jalan menuju ke sini juga, Faye. Saya tunggu kamu di sini, Faye. Please, kamu bangun, ya? Kembali, Faye," ucap Juanda mengecup punggung tangan gadis itu.

Ruangan tiba-tiba terbuka, menampilkan sosok Bu Iriyani yang terkejut dengan keberadaan Juanda di sana. Juanda lekas berdiri, lalu memasang wajah ramah.

"Maaf, Bu, saya nggak bilang masuk ke sini. T-tadi pas saya masuk nggak ada orang," ucap Juanda.

"Oh gapapa. Saya cuma kaget tadi tiba-tiba ada orang di sini. Oh ya, keadaan kamu sudah membaik, Juan?"

Juanda lekas mengangguk. "Sudah, Bu. Alhamdulillah saya baik sekarang. Eumm ... kalau boleh tahu perkembangan keadaan Fayena gimana ya, Bu?"

Iriyani tiba-tiba menunjukkan raut wajah sendu sambilme dekati ranjang putrinya. Dari tatapannya pada Fayena, Juanda yakin bahwa wanita itu masih sangat menyayangi Fayena dan menyesal telah pergi meninggalkanya.

"Masih kayak gitu aja, Juan. Sejak ditemukan sebulan yang lalu di atas gunung, dia nggak pernah buka mata. Saya benar-benar menyesal karena udah ninggalin Fayena ke kota sampai dia mengalami hal yang membuat dirinya begitu tertekan di sini. Saya mungkin kelihatan jahat banget sama dia. Tapi kepergian saya ke kota dengan tujuan membuat dia sadar. Ketika nggak ada tempat bersandarnya di sini, saya harap dia mau pergi ke kota dan hidup mandiri. Nyatanya tidak, Fayena tetap Fayena. Dia terlalu terpukul dengan kepergian ayahnya dan berjanji nggak bakal ninggalin desa ini. Padahal desa ini hanya membuat mentalnya semakin buruk," tutur Bu Iriyani menjelaskan.

"Semuanya udah terjadi, Bu. Saya sebagai teman paling dekat Fayena juga nggak bisa berbuat apa-apa. Dia terlalu jatuh pada hinaan dan pandangan buruk orang lain terhadapnya. Jadi mentalnya agak terganggu. Tapi kita berdoa aja, Bu. Semoga Fayena cepat sadar dari komanya. Setelah ini ... ayo kita buat Fayena lebih percaya diri, Bu. Kita dukung sama-sama Fayena untuk melangkah ke kehidupan yang lebih cerah lagi nanti," ujar Juanda tersenyum tulus.

Bu Iriyani tersenyum dan mengangguk setuju. "Saya setuju, Juanda. Nanti kalau dia bangun, saya bakal minta maaf ke dia dan ajak dia sekali lagi buat ke kota. Kalaupun dia menolak, saya siap tinggal di desa ini lagi. Walau Fayena anak angkat saya, tapi saya sudah merawatnya dari kecil. Saya selalu merindukan dia, Juan. Begitu tahu kabarnya yang kesambar petir di atas gunung, saya kaget banget. Saya langsung datang ke rumah sakit tempat dia dilarikan. Tamparan buat saya, Fayena koma. Saya lihat waktu itu ... para warga juga kelihatan khawatir. Kata saudara saya, warga membantu menyelamatkan Fayena waktu itu," tutur Bu Iriyani.

Juanda menarik napas dengan lega. Ia menoleh pada Fayena sambil tersenyum lembut. Gadis itu tak pernah berubah wajahnya. Tetap terlihat cantik, lugu, dan menarik.

"Kalau gitu ... saya kembali ke ruangan saya, ya, Bu? Rencananya saya bakal pulang sore ini. Alhamdulillah. Tapi saya bakal sempatin tiap hari buat jenguk Faye. Siapa tahu dengan kehadiran teman mainnya dulu, Fayena bisa terpanggil dan sadar."

"Terima kasih ya, Juanda. Fayena beruntung mengenal kamu," ucap Bu Iriyani tersenyum bangga pada Juanda.

Sore itu, Juanda pulang ke rumahnya. Ternyata tak ada yang berbeda dengan keadaan desanya. Ia mungkin telah cukup lama berada di kehidupan lain itu, tetapi kenyataannya di sini, Juanda hanya selama seminggu di rumah sakit.

Bu Fatmala dan Pak Hj. Bani memperlakukan Juanda dengan sangat baik ketika ia sampai rumah. Juanda di bimbing menuju kamar yang telah rapi dan harum. Sang ayah membuka jendela kamar Juanda agar udara masuk ke dalam kamar itu.

"Nah, enak kan kalau jendelanya dibuka gitu. Lebih sejuk karena angin alam masuk," ujar Pak Bani. "Juan, mau puding, nggak? Ayah ambilin kalau mau," tawarnya pada Juanda yang sedang dibantu merebahkan diri ke kasur oleh ibunya.

"Boleh, Yah. Puding susu kan, ya," sahut Juanda.

"Iya dong. Ada puding tape juga. Tapi jangan deh kalau tape, kamu baru sembuh dari sakit. Ntar ayah ambilkan dulu," ujar Pak Bani keluar dari kamar itu.

Bu Fatmala selesai dengan kegiatannya. Beliau juga memberikan ponsel Juanda pada sang anak yang sempat ia simpan di laci nakas. "Nih hp kamu. Jangan terlalu banyak main tapi, ya. Habis makan puding yang dibawa ayahmu, langsung istirahat. Nanti mandi sekitar jam setengah enam aja, ya?"

"Iya, Bu. Makasih, ya."

"Kamu tuh dari rumah sakit makasih terus. Ibumu lho ini. Dah, Ibu mau masak dulu buat makan malam kita," ujar Bu Fatmala seraya pergi dari kamar Juanda.

Juanda merenung melihat apa yang terjadi hari ini. Betapa perhatiannya sang Ayah dan betapa peduli sang Ibu. Namun, ia pernah membenci posisi ini dulu. Baru setelah ia mendapatkan takdir barunya yang sangat bertolak belakang membuat Juanda sadar. Betapa bagusnya takdir yang Tuhan berikan untuknya. Melihat fakta ini membuat Juanda ingin sesegera mungkin menemui Fayena. Ia ingin Fayena juga kembali ke takdir yang sekarang ia tempati.

Di lain takdir, Fayena mengajak Regina ke rumah Bude Arumi. Tak bersama Ananda karena asistennya itu ada urusan mendadak. Lagipula, Fayena juga kurang nyaman dengan pria itu. Walau terlihat seumuran dengan Juanda, tetap saja Fayena rasanya canggung sekali.

"Aku mau mancing dong. Gapapa deh mancing sendiri. Kalo mancing sama Regina mah yang ada ikannya pada kabur karena berisik," ujar Fayena.

Bude Arum tertawa sambil terus melipat pakaiannya di depan pintu. "Ada kok alat pancingnya di belakang. Tadi pagi Bude abis pakek. Jadi bisa langsung digunakan."

"Yakin nggak mau gue temenin, Fay?" tanya Regina yang rebahan di sofa bersiap ingin tidur. Bertanya hanya untuk basa-basi saja, ia tak ada minta dalam hal pancing memancing ikan.

"Nggak makasih!"

Fayena duduk di belakang rumah seorang diri. Sengaja tak memasang umpan, sebab ia tak berniat menangkap ikan. Niatnya yang sebenarnya adalah ingin melamun memikirkan Juanda tetapi tak ingin dipandang aneh oleh Regina.

"Juanda ... lo kok tega ninggalin gue? Ini bukan lo banget, Wan. Lo pasti izin dulu biasanya sama gue," lirihnya menatap hampa kail yang tak sepenuhnya tenggelam.

"Kalau emang gue kayak elo, yang tiba di sini karena takdir baru, kenapa gue nggak ingat sama sekali? Sedangkan lo inget kalau lo punya kehidupan yang lain. Kalau gitu kan ... gue punya keyakinan kayak lo juga dan bisa nyamperin lo ke sana, Juan. Kalau gini gimana?"

Fayena teringat momen dirinya memancing bersama Juanda di sini. Mereka sangat menikmati momen itu sambil berbagi cerita. Fayena merindukan momen itu. Moment manis yang tercipta antara Juanda dengan dirinya. Namun kini ia hanya sendiri, Juanda sudah tak ada di sampingnya.

Fayena menaruh alat pancing di samping tubuhnya dengan tatapan antusias begitu menemukan sebuah ide.

"Oh iya, desa Grawang Telu. Itu kan desa tempat tinggal Fayena dan Juanda. Kalau emang Juanda udah kembali ke takdir dia yang dulu, berarti dia sekarang berada di sana dong? Secara si Ananda Mahari yang menggantikan dia di desa itu, udah ada bersama gue," ucap Fayena yakin. Ia mengangguk senang mendapatkan ide itu.

Fayena langsung berlari ke dalam rumah. Ia menjumpai Regina yang tengah enak terlelap di atas sofa. Fayena dengan tega membangunkannya.

"Regina! Re! Bangun, Re. Regina bangun dong bantuin gue," rengek Fayena.

Regina pun terbangun sambil memicingkan matanya menatap wajah panik Fayena. Mendadak Regina juga panik melihat raut wajah sahabatnya itu.

"Ada apa sih? Lo kenapa, Fay?"

"Temenin gue ke desa Grawang Telu," ucap Fayena.

"Ngapain ke sana? Emang itu desa apaan?"

"Itu lho Juanda pernah bawa gue ke sana pas gue kabur waktu insiden Alfino gampar Gabriel," sahut Fayena.

"Juanda lagi Juanda lagi. Siapa sih tuh Juanda? Eh Fay, asisten lo itu namanya Ananda bukan Juanda. Aneh deh lo. Udahlah gue mau tidur. Lagian, ini tuh udah mau sore. Itu desa pasti jauh, kan? Belum lagi besok  pagi-pagi lo kudu syuting. Jangan macem-macem, nurut apa kata gue," ujar Regina panjang lebar sebelum kembali memejamkan matanya dengan damai.

"Ish! Nyebelin deh lama-lama jadi artis. Sibuk mulu gue," decak Fayena sebal seraya berjalan ke arah luar.

Fayena duduk di kursi dengan raut wajah serius. Benar juga apa kata Regina, ini sudah hampir sore. Akses menuju desa itu juga tak mudah dan memakan waktu yang lumayan. Belum lagi ia tak ada tempat tujuan. Ya belum tentu juga di sana ada Juanda sesuai dengan perkiraannya.

"Ck, gimana ya ... kalau diam aja gue nggak bakal bisa pastiin Juanda ada di sana atau enggak. Tapi bagaimana pun caranya gue harus pergi ke Grawang Telu walau tanpa dampingan siapapun. Gue harus bisa ke desa itu untuk buktiin sendiri apa yang terjadi di sana. Ya, gue harus pastiin semuanya," ujar Fayena mengangguk yakin.

Fayena membuka jadwal syutingnya yang terbaru. Kebetulan ada hari libur tempat pada hari Minggu. "Pas banget hari Minggu nanti gue libur syuting. Gue harus ke sana tanpa sepengetahuan siapapun termasuk Regina," ujar Fayena bertekad.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Mimpi & Co.
867      602     2     
Fantasy
Ini kisah tentang mimpi yang menjelma nyata. Mimpi-mimpi yang datang ke kenyataan membantunya menemukan keberanian. Akankah keberaniannya menetap saat mimpinya berakhir?
Kamu Tidak Harus Kuat Setiap Hari
1849      1143     0     
Inspirational
Judul ini bukan hanya sekadar kalimat, tapi pelukan hangat yang kamu butuhkan di hari-hari paling berat. "Kamu Tidak Harus Kuat Setiap Hari" adalah pengingat lembut bahwa menjadi manusia tidak berarti harus selalu tersenyum, selalu tegar, atau selalu punya jawaban atas segalanya. Ada hari-hari ketika kamu ingin diam saja di sudut kamar, menangis sebentar, atau sekadar mengeluh karena semua teras...
BestfriEND
33      29     1     
True Story
Di tengah hedonisme kampus yang terasa asing, Iara Deanara memilih teguh pada kesederhanaannya. Berbekal mental kuat sejak sekolah. Dia tak gentar menghadapi perundungan dari teman kampusnya, Frada. Iara yakin, tanpa polesan makeup dan penampilan mewah. Dia akan menemukan orang tulus yang menerima hatinya. Keyakinannya bersemi saat bersahabat dengan Dea dan menjalin kasih dengan Emil, cowok b...
Premium
Whispers in the Dark
3384      555     7     
Fantasy
A whisper calls your name from an empty room. A knock at your door—when you weren’t expecting company. This collection of bite-sized nightmares drags you into the the unsettling, and the unseen.
Kalopsia
725      533     2     
Romance
Based of true story Kim Taehyung x Sandra Sandra seharusnya memberikan sayang dan cinta jauh lebih banyak untuk dirinya sendiri dari pada memberikannya pada orang lain. Karna itu adalah bentuk pertahanan diri Agar tidak takut merasa kehilangan, agar tidak tenggelam dalam harapan,  agar bisa merelakan dia bahagia dengan orang lain yang ternyata bukan kita.  Dan Sandra ternyata lupa karna meng...
The War Galaxy
12885      2621     4     
Fan Fiction
Kisah sebuah Planet yang dikuasai oleh kerajaan Mozarky dengan penguasa yang bernama Czar Hedeon Karoleky. Penguasa kerajaan ini sungguh kejam, bahkan ia akan merencanakan untuk menguasai seluruh Galaxy tak terkecuali Bumi. Hanya para keturunan raja Lev dan klan Ksatrialah yang mampu menghentikannya, dari 12 Ksatria 3 diantaranya berkhianat dan 9 Ksatria telah mati bersama raja Lev. Siapakah y...
JUST RIGHT
103      88     0     
Romance
"Eh, itu mamah bapak ada di rumah, ada gue di sini, Rano juga nggak kemana-mana. Coba lo... jelasin ke gue satu alasan aja, kenapa lo nggak pernah mau cerita ke seenggaknya salah satu dari kita? Nggak, nggak, bukan tentang mbak di KRL yang nyanggul rambutnya pakai sumpit, atau anak kecil yang lututnya diplester gambar Labubu... tapi cerita tentang lo." Raden bilang gue itu kayak kupu-kupu, p...
Mars
1163      632     2     
Romance
Semenjak mendapatkan donor jantung, hidup Agatha merasa diteror oleh cowok bermata tajam hitam legam, tubuhnya tinggi, suaranya teramat halus; entah hanya cewek ini yang merasakan, atau memang semua merasakannya. Dia membawa sensasi yang berbeda di setiap perjumpaannya, membuat Agatha kerap kali bergidik ngeri, dan jantungnya nyaris meledak. Agatha tidak tahu, hubungan apa yang dimiliki ole...
Konstelasi
895      468     1     
Fantasy
Aku takut hanya pada dua hal. Kehidupan dan Kematian.
The Red String of Fate
644      445     1     
Short Story
The story about human\'s arrogance, greed, foolishness, and the punishment they receives.