Loading...
Logo TinLit
Read Story - FAYENA (Menentukan Takdir)
MENU
About Us  

Sampailah mereka ke pantai Borlia yang dikenal dengan pantai yang masih tergolong sangat baru dan awam orang-orang mau mengunjunginya karena akses menuju tempat itu terbilang cukup sulit. Selain harus melewati jalanan yang hancur dan sempit, juga katanya harus melewati kuburan tua yang memiliki energi yang kuat. Jadi jika orang yang lemah melewati tempat itu, bisa saja demam tiba-tiba. Namun, mereka bertiga sama-sama tak mengkhawatirkan soal itu. Tak ada yang sungguh penakut di antara mereka.

"Waaaaah! Keren banget pantainya!" teriak Fayena merentangkan tangannya.

"Pantas aja beberapa orang bela-belain ke sini kalau pantainya sebagus ini. Tuh, ada beberapa orang juga kayaknya yang camping di sini," tunjuk Juanda ke arah dua kemah.

"Gue bilang juga apa. Ini pantai keren walau akses menuju ke sini ya ampun ... parah sih. Perut gue rasanya mual banget gegara lewat jalan yang berlubang sepanjang jalan," ujar Regina.

"Ih mau foto deh. Kita foto dulu, yuk!" Fayena mengeluarkan ponselnya, lalu mengajak mereka berselfi bersama.

"Gue sama Juan dong. Re, fotoin, yak!" Fayena menarik tangan Juanda lebih mendekati pantai. Mereka berdiri berdekatan dengan sangat akrab.

"Oke! Senyum yak! Best sih ini cocok banget kalian berdua," seru Regina mengambil foto mereka berdua yang berganti beberapa pose.

Juanda mengurai dirinya dari Fayena. "Gue mau bangun tenda dulu, ya. Kalian nikmatin aja pantainya."

"Oke. Kami foto-foto berdua dulu deh," sahut Fayena mendekati Regina.

"Tenda kami sekalian ya, Juan!" seru Regina pada Juanda yang telah menjauh. Pemuda itu hanya mengangkat jempolnya ke atas tanda ia menyetujui permintaan Regina.

Juanda mulai membangun tenda miliknya terlebih dahulu. Agak ke ujung biar tak berdekatan dengan tenda orang. Setelah tendanya selesai, Juanda membangun tenda milik Regina dan Fayena. Sesekali ia menoleh pada Fayena dan Regina yang asyik mengambil foto di bibir pantai. Perempuan kalau sudah ketemu dengan spot bagus, tak akan puas hanya mengambil foto puluhan kali. Harus ratusan kali yang mereka tangkap.

Juanda mengambil alat-alat untuk bakaran. Ia mulai menatanya agar langsung bisa digunakan oleh Fayena dan Regina. Tempat setelah selesai, dua perempuan itu menghampiri Juanda dengan tampang puasnya setelah berfoto bersama.

"Giliran kalian yang masak, ya. Gue mau istirahat bentar di dalam tenda," ujar Juanda.

"Siap, Juan. Lo tidur aja dulu. Ntar kami bangunin kalau makanan udah siap," sahut Regina.

Juanda memasuki tendanya. Tubuhnya sangat lelah dan pegal. Bagaimana tidak, ia menyetir menggantikan Regina selama dua jam, lalu membangun dua tenda, lanjut menyiapkan yang lainnya. Tak ada hal yang paling tepat selain tidur.

Lelapnya baru lima belas menit, tetapi alam mimpi telah menyeretnya pergi. Dalam mimpi itu, Juanda berada di dalam ruangan serba putih tempat dulu ia temui ketika memilih takdir. Juanda tercengang melihat ada dua figura yang muncul di hadapannya. Figura satu berisi potret kehidupannya yang dulu dan figura dua berisi potret kehidupannya yang sekarang.

"Pilihlah takdirmu sekarang, Juanda. Kau akan mendapatkan takdirmu yang dulu jika memilih firgura nomor satu."

Juanda terkejut mendengar suara itu. Ia menatap figura satu, itulah takdir yang sangat ia inginkan.  Namun, ia mengingat Fayena yang tak ada bersamanya. Bukankah ia ingin pergi bersama Fayena menuju takdir sebelumnya? Ya, ia tak bisa meninggalkan Fayena begitu saja.

"Tidak. Aku akan kembali bersama Fayena. Aku tak akan kembali sekarang walau aku sangat menginginkan kembali pada takdir lamaku," sahut Juanda.

"Hanya ada satu kesempatan untuk kembali ke tempat ini. Jika kau tak memilih sekarang, maka kau tak akan bisa kembali pada takdirmu yang lama. Begitu pula dengan Fayena, hanya sekali ia dapat kembali ke sini. Jadi, jangan sia-siakan kesempatanmu ini."

Juanda sangat dilema. Pilihan apa yang akan ia ambil? Di sisi lain, ia ingin membawa kembali Fayena bersamanya dan di sisi lainnya, ia juga tak ingin membiarkan kesempatan terakhir untuk kembali pada takdir sebelumnya lenyap seketika. Juanda sedang dilanda kebingungan yang membuat dirinya merasa sangat serba salah. Hingga akhirnya ia mengingat sosok ayah dan ibunya yang begitu menyayanginya lebih dari apapun.

"Fayena mungkin udah ngisi hati gue sejak kami beranjak remaja hingga dewasa. Tapi orang tua gue udah mencurahkan kasih sayang dan cinta mereka dari gue belum dilahirkan. Sudah sepantasnya gue pilih orang tua gue daripada gadis yang gue cintai," monolog Juadna menyakinkan dirinya sendiri.

"Baiklah. Aku akan memilih takdirku yang sekarang," ujar Juanda.

Juanda mengangkat tangannya, lalu mengarahkan pada figura pertama. Begitu telapak tangannya bersentuhan dengan permukaan firgura itu, dirinya langsung diterba cahaya putih yang begitu menyilaukan hingga dirinya tak sadarkan diri.

Menghilang dari takdir yang ia pilih, Juanda perlahan membuka matanya di sebuah tempat dengan langit-langit berwarna putih. Kedua matanya bergulir memperlihatkan sekeliling yang ternyata ruangan rawat di rumah sakit.

"Juan! Ya Allah terima kasih. Akhirnya anakku bangun Ya Allah," ucap  Bu ... yang baru saja membuka pintu. Beliau langsung mendekati Juanda dan duduk di samping ranjang putranya.

"I-ibu ..." ucap Juanda.

"Iya, Sayang. Ini Ibumu. Gimana perasaanmu? Masih ada yang sakit, Nak?"

Juanda menggeleng. "Nggak, Bu. Cuma aku lupa gimana kejadiannya. Ini kok aku bisa di sini ya, Bu?"

"Kamu ditemukan oleh warga di tebing gunung. Astagfirullah ngapain kamu ke sana, Nak? Kalau emang kamu nggak mau kuliah di luar negeri, ya gapapa. Ibu sama Ayah bisa kuliahkan kamu di dalam negeri aja. Tapi jangan sampai kamu nekat kayak gini, Juan. Dosa tahu nggak kamu? Kalau sampai kamu bunuh diri dan mati, gimana? Kamu bukan hanya membuat diri kamu menderita, tetapi juga melukai Ibu dan ayahmu. Jangan diulangi lagi ya, Sayang?"

Juanda mengangguk. Ia baru ingat kejadian yang telah ia lalui sebelum ada di rumah sakit ini. Ya, Juanda meluapkan amarahnya di atas gunung itu dan akhirnya terpeleset. Lalu setelah itu, Juanda tiba-tiba berada di ruangan putih tempat ia memilih takdir tersebut.

"Fayena," gumam Juanda mengingat sosok Fayena.

"Fayena? Kamu baru bangun malah mikirin dia. Dia juga ada di rumah sakit ini. Tapi koma karena kesambar petir. Lagian kok kalian kayak  janjian gitu. Tiga hari setelah Fayena masuk rumah sakit karena kesambar petir, malah kamu pula yang ke gunung itu. Makanya Ibu marah kamu deket sama Fayena. Dia itu bawa pengaruh buruk. Buktinya kamu malah ikutin jejak dia ke gunung itu," omel ibunya Juanda merasa kesal.

Juanda meneteskan air matanya tiba-tiba. "Fayena ... dia begitu menderita, Bu. Dia kehilangan orang yang paling ia sayangi dan orang yang paling menyayanginya yaitu ayahnya. Semenjak hari itu orang-orang mengucilkannya dan memberikan gelar si Pembawa Sial. Manusia mana yang tahan dengan takdir seperti itu? Dia begitu frustrasi dengan keadaanya. Nggak ada sosok Ibu yang benar-benar mendukungnya. Hingga dia akhir hilang arah. Coba Ibu bayangkan bagaimana jika menjadi Fayena. Dia sedih dan terluka setiap harinya, Bu. Kini aku udah sadar. Dukungan orang tua dan orang sekitar sangat penting. Hidup di tengah orang-orang yang tak menyukai keberaaan kita memang semenyakitkan itu. Jadi aku mohon, Bu. Jangan benci Fayena," tutur Juanda di sela isak tangisnya yang memilukan.

Bu Fatmala termenung mendengar penuturan dari putranya. Setiap fakta tentang Fayena yang Juanda sebutkan seolah-olah mengiris hatinya. Begitu sedihkah seorang Fayena? Mengapa ia tak pernah memikirkan ke sana?

"Ibu sebenarnya tak pernah benar-benar membenci Fayena. Hanya saja karena omongan tetangga yang nggak mengenakan tentang dia, bikin Ibu lama-lama was-was. Bagaimana jikalau benar dia membawa sial di kehidupan kamu? Kamu adalah putra satu-satunya yang Ibu dan Ayahmu punya. Jadi wajarkan kalau kami ingin kamu mendapatkan yang terbaik. Tapi meski begitu, Ibu sungguh nggak benci Fayena. Nggak pernah, Juanda," ungkap Bu Fatmala.

Juanda baru tahu hal itu. Ia pikir ibunya sangat anti dengan Fayena. Ternyata harapannya bersama Fayena itu ada. Tinggal bagaimana Fayena saja yang mau merubah dirinya sehingga anggapan buruk orang terhadapnya akan berubah pula.

"Makasih ya, Bu. Udah nggak benci sama Fayena. Aku yakin suatu saat Fayena bakal berubah. Tinggal kasih dukungan aja. Oh iya, Ayah mana, Bu?"

"Ayahmu lagi pulang ke rumah. Oh ya, Ibu panggil dokter dulu ya buat periksa kamu. Sebentar," ucap Fatmala seraya bangkit dari duduknya meninggalkan ruangan itu.

Juanda kembali termenung menatap langit-langit kamar. Ia kembali terpikir tentang Fayena di kehidupan yang lain. Beruntungnya Juanda tak memutuskan untuk menghapus semua memorinya waktu itu. Sehingga ia mengingat apa saja yang telah terjadi di dua takdir ini.

"Seinget gue ... kami lagi piknik ke pantai. Terus abis bangun tenda gue izin tidur ke mereka. Nah, abis itu gue langsung berada di ruangan takdir itu. Ck, mana gue nggak sempat pamit ke Fayena lagi," monolog Juanda menyesali apa yang telah ia lewatkan.

"Kira-kira apa yang terjadi di sana, ya? Apa gue masih ada di sana atau hilang? Atau malah digantikan sama orang lain?"

Tak lama pintu terbuka, menampilkan sosok dokter yang akan memeriksanya. Juanda terkejut melihat dokter yang akan menanganinya. Dia adalah ayahnya di kehidupan yang lain, yakni ayahnya Alfino.

"Saya periksa dulu ya, Juanda," ucap pria itu dengan ramah.

"Iya, Dok," sahut Juanda.

Juanda menatap lekat sosok di hadapannya. Ia yakin sekali dokter ini adalah ayahnya Alfino. Ternyata di takdir ini ayahnya Alfino adalah seorang dokter. Bahkan nama yang tertera pada name tag dokter tersebut pun sama persis seperti nama ayahnya Alfino. Dokter Zakiansyah.

"Maaf, Dok. Anak Dokter namanya Alfino, ya? Bener, nggak?"

Dokter Zaki terlihat kaget. "Lho, kok kamu tahu? Kamu teman dekat anak saya, ya? Wah, nggak nyangka Fino punya temen di sini. Padahal dia orangnya nggak mudah bergaul, lho," ungkapnya.

"Pendiam, ya?"

"Iya. Pendiam. Dia anak saya satu-satunya. Dia juga seumuran dengan kamu. Kenal Fino di mana, Juan?"

"O-oh itu ... di kafe. Ya pernah sekali ketemu dia kafe," sahut Juanda asal. Dirinya kembali berpikir tentang keanehan ini. Jadi jika ia tak berada pada takdir itu, maka Alfino adalah anak semata matang Zaki.
 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Reality Record
3000      1038     0     
Fantasy
Surga dan neraka hanyalah kebohongan yang diciptakan manusia terdahulu. Mereka tahu betul bahwa setelah manusia meninggal, jiwanya tidak akan pergi kemana-mana. Hanya menetap di dunia ini selamanya. Namun, kebohongan tersebut membuat manusia berharap dan memiliki sebuah tujuan hidup yang baik maupun buruk. Erno bukanlah salah satu dari mereka. Erno mengetahui kebenaran mengenai tujuan akhir ma...
The genius hunter S class
78      68     1     
Fantasy
Dunia telah berubah, sudah tak asing lagi dengan lingkaran hitam yang tersebar di berbagai belahan dunia. Semenjak 10 tahun yang lalu, yang dikenal sebagai mimpi buruk muncul sebuah lingkaran hitam, awalnya tidak terjadi apa pun namun seiring berjalannya waktu, sesuatu keluar dari lingkaran hitam tersebut yang menyebabkan begitu banyak kematian. Tepat pada saat itu kebangkitan manusia dimulai han...
Manusia Air Mata
939      579     4     
Romance
Jika air mata berbentuk manusia, maka dia adalah Mawar Dwi Atmaja. Dan jika bahagia memang menjadi mimpinya, maka Arjun Febryan selalu berusaha mengupayakan untuknya. Pertemuan Mawar dan Arjun jauh dari kata romantis. Mawar sebagai mahasiswa semester tua yang sedang bimbingan skripsi dimarahi habis-habisan oleh Arjun selaku komisi disiplin karena salah mengira Mawar sebagai maba yang telat. ...
Garuda Evolution
2379      1108     0     
Fantasy
Sinetra seorang pemuda culun. Bertemu sosok lainnya bernama Eka, diri lain darinya. Mereka dipertemukan dengan Mirna Kemala, seorang Pahlawan Garuda. Dia menawarkan mereka untuk bergabung di Aliansi Garuda. Akhirnya mereka bergabung, dan berteman dengan dua teman mereka sesama Pahlawan Garuda. Tugas dari seorang Pahlawan Garuda adalah mencari lima kartu yang tersimpan daya sihir, membawa mereka k...
I Found Myself
41      37     0     
Romance
Kate Diana Elizabeth memiliki seorang kekasih bernama George Hanry Phoenix. Kate harus terus mengerti apapun kondisi Hanry, harus memahami setiap kekurangan milik Hanry, dengan segala sikap Egois Hanry. Bahkan, Kate merasa Hanry tidak benar-benar mencintai Kate. Apa Kate akan terus mempertahankan Hanry?
Kacamata Monita
801      368     4     
Romance
Dapat kado dari Dirga bikin Monita besar kepala. Soalnya, Dirga itu cowok paling populer di sekolah, dan rival karibnya terlihat cemburu total! Namun, semua mendadak runyam karena kado itu tiba-tiba menghilang, bahkan Monita belum sempat membukanya. Karena telanjur pamer dan termakan gengsi, Monita berlagak bijaksana di depan teman dan rivalnya. Katanya, pemberian dari Dirga terlalu istimewa u...
Lebih dari Cinta Rahwana kepada Sinta
3146      1591     0     
Romance
Pernahkan mendengarkan kisah Ramayana? Jika pernah mendengarnya, cerita ini hampir memiliki kisah yang sama dengan romansa dua sejoli ini. Namun, bukan cerita Rama dan Sinta yang akan diceritakan. Namun keagungan cinta Rahwana kepada Sinta yang akan diulas dalam cerita ini. Betapa agung dan hormatnya Rahwana, raksasa yang merajai Alengka dengan segala kemewahan dan kekuasaannya yang luas. Raksas...
Hello, Me (30)
19235      930     6     
Inspirational
Di usia tiga puluh tahun, Nara berhenti sejenak. Bukan karena lelah berjalan, tapi karena tak lagi tahu ke mana arah pulang. Mimpinya pernah besar, tapi dunia memeluknya dengan sunyi: gagal ini, tertunda itu, diam-diam lupa bagaimana rasanya menjadi diri sendiri, dan kehilangan arah di jalan yang katanya "dewasa". Hingga sebuah jurnal lama membuka kembali pintu kecil dalam dirinya yang pern...
Happy Death Day
559      307     81     
Inspirational
"When your birthday becomes a curse you can't blow away" Meski menjadi musisi adalah impian terbesar Sebastian, bergabung dalam The Lost Seventeen, sebuah band yang pada puncak popularitasnya tiba-tiba diterpa kasus perundungan, tidak pernah ada dalam kamus hidupnya. Namun, takdir tetap membawa Sebastian ke mikrofon yang sama, panggung yang sama, dan ulang tahun yang sama ... dengan perayaan h...
Renjana
509      376     2     
Romance
Paramitha Nareswari yakin hubungan yang telah ia bangun selama bertahun-tahun dengan penuh kepercayaan akan berakhir indah. Selayaknya yang telah ia korbankan, ia berharap agar semesta membalasnya serupa pula. Namun bagaimana jika takdir tidak berkata demikian? "Jika bukan masaku bersamamu, aku harap masanya adalah milikmu."