Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mimpi & Co.
MENU
About Us  

Tanpa sepengetahuan ayahnya, Ami diam-diam keluar dari rumah setelah mengambil jaket. Dia buru-buru menuju Mimpi & Co. untuk mencari jawaban atas kebingungannya malam ini. Setibanya di Mimpi & Co., dia mendapati Pak Guska tengah duduk di lantai menghadap pecahan vas bunga beserta dua tangkai bunga mawar yang berserak di lantai–itu bunga pemberian Axel yang Ami jadikan sebagai alat pembayaran Mimpi & Co.

Pak Guska menoleh dan bertanya, “Bisa kamu ceritakan soal bunga ini?”

Ami menjawab jujur, “Bunganya dari Kak Axel.”

“Bunga ini … hadiah dari mimpi?”

Ami mengangguk.

“Kamu menggunakan ini untuk membayar Mimpi & Co.?”

Ami mengangguk lagi.

“Ah, ini bukan miskomunikasi, tapi sepertinya memang tidak disampaikan padamu. Membayar dengan hadiah dari mimpi itu tidak diizinkan–karena itu bukan barang yang nyata. Mungkin karena inilah Mimpi & Co. menghukum.”

“Menghukum?” tanya Ami. “Siapa yang dihukum? Saya? Gara-gara bayar pakai bunga dari Kak Axel? Saya disalahin karena saya nggak tahu? Kalau memang sakti, harusnya Mimpi & Co. tahu! Kalau nggak boleh jadi alat pembayaran, kenapa diterima?”

Pak Guska bangkit dan mencoba menenangkan Ami yang tampak kesal. “Yang Mimpi & Co. timbang kemarin bukan dari mana asal barangnya, tapi seberapa dalam perasaan kamu terhadap barang itu. Yang begini jarang terjadi, tapi karena sudah terjadi, nanti saya akan mencari cara.”

“Terus nasib saya gimana? Mereka semua sudah ingat saya lagi, tapi sekarang mereka saling kenal. Kalau udah begini, harusnya Mimpi & Co. yang tanggung jawab, kan? Toko magis macam apa yang bisa ngelakuin kesalahan kayak gini? Saya nggak bisa bohong kalau sekarang saya kesal! Mimpi & Co. sialan!”

Lantai bergetar. Barang-barang tiba-tiba berjatuhan. Gempa bumi. Pak Guska buru-buru menyeret Ami bersembunyi ke bawah meja. Saat melihat keluar lewat kaca pintu Mimpi & Co., di luar sana ternyata tidak ada gempa.

Setelah getaran berhenti, Ami berkata kepada Pak Guska yang duduk di sampingnya, “Kayaknya yang gempa cuma di sini deh, Pak. Di luar baik-baik aja tuh?”

Pak Guska menjelaskan, “Begini, saat kamu disebut ‘perempuan sialan’, kamu pasti akan marah, kan? Mimpi & Co. juga begitu.”

“Hah? Mimpi & Co. nggak terima?” tanya Ami. Dia menatap sekeliling ruang itu lalu berseru, “Saya ini customer! Harusnya Mimpi & Co. yang minta maaf ke saya! Saya yang harusnya minta ganti rugi! Saya yang harusnya nuntut Mimpi & Co.! Katanya toko sihir, tapi gitu aja masa bisa salah? Hei, Mimpi & Co.! Apa kamu bodoh?”

Lantai bergetar lagi. Ami dan Pak Guska kembali panik.

Pak Guska menegur, “Saya mengerti kalau kamu marah, tapi bisakah kamu berhenti membuat Mimpi & Co. jadi tantrum?”

 “Mimpi & Co. bodoh! Bodoh! Bodoh!”

Ruang Mimpi & Co. kembali bergetar semakin kuat sampai langit-langit pecah dan reruntuhannya mengotori lantai. Ami berteriak terkejut saat ada lampu gantung yang jatuh dan pecah di samping meja tempatnya bersembunyi. Setelah getaran berhenti, Ami mengulangi perkataannya sekali lagi.

“Mimpi & Co. bodoh!”

Gempa Mimpi & Co. pun kembali terjadi. Semakin kencang sampai salah satu kursi ambruk.

Seraya memegangi kaki meja agar tidak bergeser, Pak Guska berteriak, “Ami, saya minta tolong. Nyawa saya bisa dipertaruhkan dalam hal ini.”

Ami menoleh padanya dan berkata, “Maaf. Cuma mau mastiin aja kok, Pak–gempanya beneran gara-gara saya katain atau nggak? Lagian Mimpi & Co. sensi banget. Dikatain gitu aja tantrum. Ini mimpi saya udah diobrak-obrik pokoknya saya mau minta tanggung jawab!”

Pak Guska menarik napas dalam-dalam. “Oke. Oke! Kita bicarain itu setelah kita keluar dari bawah meja ini. Di sini sempit, tahu?”

Setelah gempa berakhir, Pak Guska meminta tolong kepada Ami agar tidak mengatai Mimpi & Co. lagi. Setelah Ami berjanji, mereka pun keluar dari bawah meja dan duduk berhadapan di kursi pengunjung. Dari gestur Ami, Pak Guska menebak bahwa gadis itu pasti akan tetap meminta pertanggungjawaban atas mimpi dari Mimpi & Co. yang tiba-tiba kembali dan menjadi berantakan. Pak Guska meminta Ami untuk menyampaikan keluhannya.

“Semuanya ingat saya!” tegas Ami. “Barusan ada tiga yang nyamperin saya ke rumah. Semuanya minta penjelasan!”

Pak Guska mengangguk-angguk seolah-olah dia mengerti. “Saya tinjau dulu, ya?”

Pak Guska beranjak dari kursi dan berjalan melewati reruntuhan menuju counter. Ami segera mengikuti karena dia butuh jawaban segera. Pak Guska mengeluarkan sebuah bola kristal dari dalam laci lalu ia letakkan di atas meja di antara dirinya dan Ami. Pak Guska meminta Ami menyentuh bola kristal itu dengan tangannya lalu di dalam bola kristal itu muncul petir-petir kecil bercahaya yang berganti-ganti warna. Lewat warna-warna yang muncul, Pak Guska tampaknya dapat membaca situasi mimpi Ami saat ini.

Pak Guska bicara dengan serius, “Memori mimpi-mimpi kamu memang kembali.”

“Ya saya memang nggak bohong, Pak,” kata Ami yang satu tangannya masih ditahan agar tetap menyentuh bola kristal.

Pak Guska melanjutkan, “Tapi yang sekarang bukan mimpi.”

Ami tertegun. “Maksudnya, Pak?”

“Kalau mimpi kamu yang kemarin adalah mimpi yang menyelubungi dunia nyata, maka yang kali ini beda. Yang terjadi kali ini adalah: mimpi yang menyusup ke dunia nyata dan ingin menetap di sana.”

Ami semakin bingung sekaligus khawatir sampai tangannya yang menyentuh bola kristal gemetar.

“Kok sekarang jadi tangan kamu yang gempa?” tanya Pak Guska.

“Pak, tujuh orang lho, Pak! Gimana saya nggak takut? Itu tujuh orang kalau nyamperin ke rumah saya semua udah kayak orang demo. Salah satunya udah jadi pacar saya terus yang enam sisanya itu temennya semua.”

“Gimana kalau … putusin aja biar fair?”

“Mana bisa gitu!” ketus Ami. “Kak Ai itu tulus suka sama saya. Dia bukan mimpi. Tapi karena dia terlibat di mimpi saya, memorinya jadi ikut hilang.”

“Terus mau kamu gimana? Macarin semuanya?”

Ami melepas tangannya dari bola kristal lalu menggebrak meja. BRAK! Pak Guska nyaris terperanjat karena terkejut.

Ami bicara seraya menggertakkan gigi karena kesal, “Saya minta tanggung jawab! Kalau Mimpi & Co. nyalahin saya, saya juga bisa nyalahin balik–soalnya sumber kesalahan saya itu dari Mimpi & Co.! Saya nggak mau tahu! Cariin jalan keluar atau saya kata-katain nih toko sihir sialan! Sok-sokan mau ngehukum padahal dianya sendiri yang mistreatment ke customer-nya. Mimpi & Co. playing victim banget deh heran. Saya kasih bintang satu nanti biar tahu rasa–”

“Ssstt … !” Pak Guska memberi isyarat Ami agar segera diam seraya melihat sekeliling ruang karena Ami sudah terlanjur mengatai Mimpi & Co. lagi.

Mereka sama-sama diam sekadar untuk menantikan apakah akan ada gempa susulan atau tidak. Karena tidak ada yang terjadi, Pak Guska kembali bicara mengusir sunyi.

“Sebagai pegawai tetap Mimpi & Co., saya terima keluhan kamu. Tapi karena saya juga pusing–kita sama-sama pusing–tolong beri saya waktu untuk mencari jalan keluar. Saya butuh ketenangan untuk memikirkan solusi. Kamu silakan pulang dulu,” Pak Guska menunjuk pintu lalu tiba-tiba terdiam setelah melihat seseorang yang berdiri depan pintu Mimpi & Co. “Itu siapa? Kok bisa ngelihat Mimpi & Co.?” tanyanya.

Ami menoleh lalu terkejut melihat Pasha telah berdiri di depan pintu dan melambaikan tangan padanya. Kepada Pak Guska, dia memberitahu, “Itu Kak Pasha. Presma di kampus saya. Dia salah satu mimpi saya. Apakah mimpi memang bisa datang ke Mimpi & Co.?”

Pak Guska menggeleng. “Harusnya sih cuma customer yang bisa. Kalau sudah begini, itu artinya mereka bukan lagi sekadar mimpi.”

“Terus?”

“Mereka adalah mimpi yang sebentar lagi akan beralih menjadi customer.

“Katanya Mimpi & Co. cuma nerima satu customer?”

“Namanya juga lagi error. Sana temui dia, tapi tolong jangan sampai masuk kesini, ya? Saya belum bisa melayani karena harus mengurus masalah kamu.”

[]

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The First 6, 810 Day
595      429     2     
Fantasy
Sejak kecelakaan tragis yang merenggut pendengarannya, dunia Tiara seakan runtuh dalam sekejap. Musik—yang dulu menjadi napas hidupnya—tiba-tiba menjelma menjadi kenangan yang menyakitkan. Mimpi besarnya untuk menjadi seorang pianis hancur, menyisakan kehampaan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Dalam upaya untuk menyembuhkan luka yang belum sempat pulih, Tiara justru harus menghadapi ke...
Dream Space
679      419     2     
Fantasy
Takdir, selalu menyatukan yang terpisah. Ataupun memisahkan yang dekat. Tak ada yang pernah tahu. Begitu juga takdir yang dialami oleh mereka. Mempersatukan kejadian demi kejadian menjadi sebuah rangakaian perjalanan hidup yang tidak akan dialami oleh yang membaca ataupun yang menuliskan. Welcome to DREAM SPACE. Cause You was born to be winner!
Petualang yang bukan petualang
2043      921     2     
Fantasy
Bercerita tentang seorang pemuda malas bernama Ryuunosuke kotaro yang hanya mau melakukan kegiatan sesuka kehendak nya sendiri, tetapi semua itu berubah ketika ada kejadian yang mencekam didesa nya dan mengharuskan dia menjadi seorang petualang walupun dia tak pernah bermimpi atau bercita cita menjadi seorang petualang. Dia tidaklah sendirian, dia memiliki sebuah party yang berisi petualang pemul...
Langkah Pulang
374      274     7     
Inspirational
Karina terbiasa menyenangkan semua orangkecuali dirinya sendiri. Terkurung dalam ambisi keluarga dan bayang-bayang masa lalu, ia terjatuh dalam cinta yang salah dan kehilangan arah. Saat semuanya runtuh, ia memilih pergi bukan untuk lari, tapi untuk mencari. Di kota yang asing, dengan hati yang rapuh, Karina menemukan cahaya. Bukan dari orang lain, tapi dari dalam dirinya sendiri. Dan dari Tuh...
Mengejarmu lewat mimpi
2148      860     2     
Fantasy
Saat aku jatuh cinta padamu di mimpiku. Ya,hanya di mimpiku.
Orange Haze
503      352     0     
Mystery
Raksa begitu membenci Senja. Namun, sebuah perjanjian tak tertulis menghubungkan keduanya. Semua bermula di hutan pinus saat menjelang petang. Saat itu hujan. Terdengar gelakan tawa saat riak air berhasil membasahi jas hujan keduanya. Raksa menutup mata, berharap bahwa itu hanyalah sebuah mimpi. "Mata itu, bukan milik kamu."
Di Bawah Langit Bumi
2360      915     87     
Romance
Awal 2000-an. Era pre-medsos. Nama buruk menyebar bukan lewat unggahan tapi lewat mulut ke mulut, dan Bumi tahu betul rasanya jadi legenda yang tak diinginkan. Saat masuk SMA, ia hanya punya satu misi: jangan bikin masalah. Satu janji pada ibunya dan satu-satunya cara agar ia tak dipindahkan lagi, seperti saat SMP dulu, ketika sebuah insiden membuatnya dicap berbahaya. Tapi sekolah barunya...
Rania: Melebur Trauma, Menyambut Bahagia
166      137     0     
Inspirational
Rania tumbuh dalam bayang-bayang seorang ayah yang otoriter, yang membatasi langkahnya hingga ia tak pernah benar-benar mengenal apa itu cinta. Trauma masa kecil membuatnya menjadi pribadi yang cemas, takut mengambil keputusan, dan merasa tidak layak untuk dicintai. Baginya, pernikahan hanyalah sebuah mimpi yang terlalu mewah untuk diraih. Hingga suatu hari, takdir mempertemukannya dengan Raihan...
Diary Ingin Cerita
3398      1605     558     
Fantasy
Nilam mengalami amnesia saat menjalani diklat pencinta alam. Begitu kondisi fisiknya pulih, memorinya pun kembali membaik. Namun, saat menemukan buku harian, Nilam menyadari masih ada sebagian ingatannya yang belum kembali. Tentang seorang lelaki spesial yang dia tidak ketahui siapa. Nilam pun mulai menelusuri petunjuk dari dalam buku harian, dan bertanya pada teman-teman terdekat untuk mendap...
The Killing Pendant
2924      1189     2     
Mystery
Di Grove Ridge University yang bereputasi tinggi dan terkenal ke seluruh penjuru kota Cresthill, tidak ada yang bisa membayangkan bahwa kriminalitas sesepele penyebaran kunci jawaban ujian akan terjadi di kelas angkatan seorang gadis dengan tingkat keingintahuan luar biasa terhadap segala sesuatu di sekitarnya, Ophelia Wood. Ia pun ditugaskan untuk mencari tahu siapa pelaku di balik semua itu, ke...