# Email 001 – 15 Oktober 2022
To: in_ara@email.com
Subject: Mungkin aku akan menghilang. Tapi sebelum itu…
Hai, Inara.
Aku gak tahu kamu akan baca ini kapan. Mungkin 3 tahun lagi. Mungkin gak pernah. Tapi aku baca tadi siang di artikel kampus, katanya menulis ke diri sendiri di masa depan bisa bantu menyembuhkan. Alasannya agar kita terkoneksi dengan diri kita sendiri karena kadang, saat berada dalam kesulitan, sulit melihat bahwa diri kita terus berkembang. Dengan membaca kembali surat dari masa lalu, kita bisa menyadari sejauh mana kita telah berjalan. Gak tahu juga siapa yang pertama kali nyaranin ide aneh itu, tapi kalau dipikir lagi menarik dan masuk akal juga. Itu sebabnya hari ini aku mencoba untuk menghubungkan diriku saat ini dengan dirimu — diriku saat nanti.
Kau tahu? ini hari ketiga sejak Papa meninggal, dan kepalaku… kosong. Hati juga.
Aneh ya? Orang-orang bilang kalau orang tua meninggal itu sedihnya luar biasa. Tapi aku enggak nangis. Enggak bisa. Bahkan saat lihat tubuhnya ditutup kain putih, aku cuma duduk. Diam.
Mungkin karena aku gak pernah merasa benar-benar punya papa. Dan ketika sekarang setelah dia gak ada… aku juga gak ngerasa kehilangan. Aku juga gak ngerasa lega. Aku cuma ngerasa: “Oh. Ya udah.”
Apa aku jahat? Apa aku rusak?
Kadang aku pengen minta maaf ke semuanya, tapi lebih sering aku pengen minta maaf ke diriku sendiri. Karena aku tahu aku capek, dan udah lama banget aku berusaha jadi kuat padahal nyatanya… aku gak kuat. Aku pernah punya harapan papa bakal berubah. Tapi ternyata harapan itu cuma bikin aku makin luka.
Jadi malam ini, aku kirim email ke kamu — versi aku yang mungkin udah sembuh, atau minimal gak segalau sekarang. Aku pengen kamu tahu bahwa hari ini aku gak nangis. Tapi juga gak bahagia. Aku cuma... numb. Dan mungkin ini pertama kalinya aku jujur soal itu.
Kalau kamu masih ada di dunia ini, dan entah gimana masih bisa buka email ini nanti… tolong yakinkan aku bahwa kita bisa baik-baik saja.
Salam
Inara yang mati rasa.