Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sweet Seventeen
MENU
About Us  

Sudah hampir dua tahun aku berteman dengan Ghania, tapi bisa dihitung dengan jari berapa kali aku hanya berdua saja dengannya. Berbeda dengan Arisha, berdua bareng Ghania membuatku kurang nyaman. Namun, siang ini aku terpaksa menghabiskan waktu di salon bareng Ghania.

Harusnya ada Arisha, tapi dia terpaksa tinggal lebih lama di sekolah karena ada jadwal konsultasi dengan Miss Julia. Karena Arisha enggak ikut, aku pengin ngebatalin niat nyalon, tapi urung karena Mama akan marah. Lagipula, aku sudah ada kontrak endorse dengan salon ini, sehingga akan ada masalah kalau tiba-tiba batal.

Jadi, aku terpaksa tetap datang ke salon bareng Ghania.

Sejak tadi, Ghania enggak menutupi rasa girangnya. Siapa pun pasti akan bersikap seperti Ghania kalau dapat kesempatan nyalon gratis kayak gini.

Aku sadar ada niat lain di balik pertemanan yang ditawarkan Ghania. Aku berusaha buat cuek, enggak mau ambil pusing, selama Ghania enggak merugikanku. Tapi, aku juga jengah dengan sikapnya yang terang-terangan. Kayak siang ini, dia terus menerus update di Instagram Story soal betapa dekatnya kami dan memujiku sebagai sahabat terbaik di dunia.

Dia pasti akan menarik semua pujian itu kalau aku enggak memberikan keuntungan lagi.

Sekali lagi, aku berusaha untuk enggak mempedulikan Ghania. Terserah dia mau bersikap gimana, enggak ada urusannya denganku.

Jadi, aku memejamkan mata dan menikmati pijatan di kepalaku. Kapan lagi bisa santai kayak gini?

Plus, aku sudah menuntaskan kewajiban update sebanyak yang tertulis di kontrak, jadi aku bisa menikmati creambath dengan tenang.

“Key,” panggil Ghania, yang kujawab dengan dengungan malas. Apa dia enggak lihat kalau aku enggak mau diganggu?

Namun, Ghania enggak peduli. Dia terus memanggilku sehingga terpaksa menoleh ke arahnya.

“Dafa ngajak jalan abis ini,” serunya.

Pacar yang seharusnya pasti akan meradang. Kenapa Dafa mengajak Ghania, bukan aku, yang notabene adalah pacarnya?

Aku mengecek handphone dan enggak mendapati satu pun pesan dari Dafa.

“Dia balas story gue,” seru Ghania, seakan menyadari kebingunganku.

“Oh.” Cuma itu tanggapanku.

“Kok oh doang?”

“Terus?” Aku balas bertanya.

“Ya, kita jalan bareng,” desaknya.

Aku memusatkan perhatian pada Ghania. Wajahnya berseri-seri, dengan semburat merah di pipinya. Aku enggak tahu mana yang lebih membuatnya girang, nyalon gratis atau ajakan Dafa? Atau gabungan keduanya?

“Dia cuma ngajak lo doang kali,” balasku.

Ghana menatapku dengan ekspresi datar. “Kok lo biasa aja sih kalau ngomongin Dafa? Come on, this is Dafa. Your boyfriend.”

“Terus lo maunya gimana? Heboh sampai teriak-teriak gitu?” tanyaku.

“Ya enggak gitu juga. At least lo excited dikit kek.” Ghania mendecakkan lidah. “Lo lebih semangat kalau menyangkut Ansel ketimbang Dafa, sampai gue bingung pacar lo siapa sih? Dafa atau Ansel? Atau jangan-jangan….”

“Lo mau nuduh gue selingkuh sama Ansel?” potongku.

Ghania enggak menjawab, tapi ekspresi wajahnya sudah cukup sebagai jawaban.

Ghania meletakkan handphone di atas tumpukan majalah di meja. “Lo beneran suka sama Dafa enggak, sih?”

Jujur saja, aku malas terlibat obrolan soal Dafa. Enggak ada gunanya membahas Dafa dengan Ghania. Namun, aku juga enggak bisa mengelak. Ghania terlalu mendesak, dan kalau sudah mendesak, dia akan terus menyecar. Enggak peduli orang yang dicecar sudah marah sekalipun.

“Kenapa?” tanyaku malas.

“Kirain lo sukanya sama Ansel.” Ghania menyahut enteng. “Ya iya, sih, kalian temenan sejak kecil. Tapi, gue ngerasa vibe lo dan Ansel beda aja. Kalian lebih cocok pacaran ketimbang sahabat. Nah, kalau vibe lo dan Dafa gimana ya? Enggak ada tanda-tanda pacaran.”

“Followers gue dan Dafa enggak setuju sama lo. Bagi mereka kita itu relationship goals,” balasku.

Ghania memutar bola matanya. “Ya kalau dilihat di foto, sih, gitu. Tapi serius lo suka sama Dafa? Bukan sama Ansel?”

“Gue dan Ansel cuma sahabatan.” Setiap kali mengungkapkan fakta ini, selalu ada rasa enggak rela di hatiku.

“Sahabat juga bisa jadi suka,” tukas Ghania.

“Ansel, kan, udah punya pacar. Nashila. Dia baik, cocok sama Ansel.” Sekali lagi, hatiku mencelus saat kalimat itu meluncur dari bibirku.

“Terus, lo ngerasa cocok sama Dafa?” serbu Ghania.

Aku enggak langsung menjawab. Alih-alih, aku meneliti Ghania. Bukan kali ini Ghania bicara soal Dafa, dan setiap kali menyinggung soal Dafa, ada ekspresi berbeda di wajahnya.

Ekspresi yang sama seperti yang kurasakan setiap kali bicara soal Ansel.

Aku tercekat, sekarang semuanya makin jelas. Ghania yang selalu semangat setiap kali menyangkut soal Dafa. Ghania yang selalu enggan melihatku dengan Dafa.

Aku juga teringat scrunchie yang kutemukan di mobil Dafa dan kuyakini sebagai milik Ghania. Aku memang enggak cemburu, sekalipun kecurigaanku kalau Dafa abis jalan bareng Ghania terbukti benar. Namun, tetap saja aku enggak rela kalau mereka berdua benar-benar jalan di belakangku, karena mereka begitu gencar dengan tuduhan aku selingkuh yang sangat menggelikan itu.

“Lo abis jalan bareng Dafa, ya? Gue ketemu scrunchie mirip punya lo di mobil Dafa.”

“Ketinggalan di mobilnya? Gue cariin ke mana-mana padahal. Oops!”

Aku memutar bola mata. Ucapan Ghania jelas enggak sesuai dengan ekspresinya. Dia memang sempat salah tingkah, tapi sekarang Ghania malah mengulum senyum. Aku jadi curiga, jangan-jangan dia memang sengaja ninggalin scrunchie itu, biar aku menemukannya.

“Kalian abis jalan bareng?” tanyaku lagi.

Ghania melirikku. Dia memasang ekspresi bersalah, tapi aku tahu itu hanya pura-pura. “Enggak juga, sih. Ketemu Dafa di opening Blow Up terus dia nawarin buat nganterin pulang. Ya masa gue tolak.”

“Oh, jadi cuma pulang bareng,” buruku.

“Lo mikirnya apa?”

Aku mengangkat bahu sambil mengambil tas. Dari dalam laci tas, aku mengeluarkan scrunchie dan menyodorkannya kepada Ghania.

“Enggak mikir apa-apa. Nih, scunchie lo. Gue balikin.”

Ghania menerima scrunchie itu dan menimbangnya. “Sorry ya, Key.”

Meskipun meminta maaf, ekspresi wajahnya sama sekali enggak menunjukkan penyesalan.

“Kenapa minta maaf?”

Ghania menghela napas panjang. Dia menatapku dengan ekspresi bersalah yang terlalu dibuat-buat, sehingga terlihat menggelikan. Jika ini akting, Ghania pasti sudah diomelin karena aktingnya sangat jelek. Enggak bakal ada yang percaya dia merasa bersalah dengan ekspresi begitu.

“Sebenarnya…” Sekali lagi, Ghania menghela napas panjang. Kini dia bahkan berkata lirih, untuk mendukung ekspresinya, tapi jatuhnya semakin memperjelas kalau dia cuma pura-pura. “Sebenarnya Dafa cium gue.”

“Oh.”

Pacar yang seharusnya pasti akan marah. Bukan hanya dikhianati oleh Dafa, tapi juga Ghania. Siapa juga yang mau dikhianati oleh dua orang terdekatnya dalam waktu bersamaan?

Tapi, perasaanku biasa saja. Malah aku merasa geli ketika mendengarnya.

“Tadinya dia cuma curhat, katanya enggak suka lihat lo sama Ansel. Dia masih sakit hati karena kejadian di Bali. Gue enggak bermaksud buat curi kesempatan. Gila apa, gue tahu Dafa itu pacar lo dan lo sahabat gue. Ya kali gue cium pacar sahabat gue.” Ghania memaksakan diri tertawa.

“Tapi, lo cium dia.” Aku bergumam.

“Kebawa suasana, jadi no big deal. It’s just a kiss. No big deal.”

“Kiss is still a kiss. Enggak pantas,” serbuku.

Ghania menatapku dengan dahi berkerut. “Oh ya? Tapi, kenapa lo setenang ini? Kalau jadi lo, gue udah ngamuk karena pacar gue ciuman sama teman gue. Lo enggak kelihatan cemburu.”

Aku mengangkat bahu, enggak peduli kalau tindakanku bisa menimbulkan pertanyaan bagi Ghania.

“Mungkin memang gue enggak cemburu.” Aku berkata pelan.

Kenyataannya memang begitu. Aku lebih cemburu saat melihat Ansel tertawa bareng Nashila, ketimbang mengetahui fakta kalau Dafa, pacarku, yang menurut banyak orang adalah pacar terbaik di dunia, mencium temanku sendiri.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Reandra
2807      1391     67     
Inspirational
Rendra Rangga Wirabhumi Terbuang. Tertolak. Terluka. Reandra tak pernah merasa benar-benar dimiliki oleh siapa pun. Tidak oleh sang Ayah, tidak juga oleh ibunya. Ketika keluarga mereka terpecah Cakka dan Cikka dibagi, namun Reandra dibiarkan seolah keberadaanya hanya membawa repot. Dipaksa dewasa terlalu cepat, Reandra menjalani hidup yang keras. Dari memikul beras demi biaya sekolah, hi...
UNTAIAN ANGAN-ANGAN
423      341     0     
Romance
“Mimpi ya lo, mau jadian sama cowok ganteng yang dipuja-puja seluruh sekolah gitu?!” Alvi memandangi lantai lapangan. Tangannya gemetaran. Dalam diamnya dia berpikir… “Iya ya… coba aja badan gue kurus kayak dia…” “Coba aja senyum gue manis kayak dia… pasti…” “Kalo muka gue cantik gue mungkin bisa…” Suara pantulan bola basket berbunyi keras di belakangnya. ...
Only One
1500      897     13     
Romance
Hidup di dunia ini tidaklah mudah. Pasti banyak luka yang harus dirasakan. Karena, setiap jalan berliku saat dilewati. Rasa sakit, kecewa, dan duka dialami Auretta. Ia sadar, hidup itu memang tidaklah mudah. Terlebih, ia harus berusaha kuat. Karena, hanya itu yang bisa dilakukan untuk menutupi segala hal yang ada dalam dirinya. Terkadang, ia merasa seperti memakai topeng. Namun, mungkin itu s...
May I be Happy?
1060      538     0     
Inspirational
Mencari arti kebahagian dalam kehidupan yang serba tidak pasti, itulah kehidupan yang dijalani oleh Maya. Maya merupakan seseorang yang pemalu, selalu berada didalam zona nyamannya, takut untuk mengambil keputusan, karena dia merasa keluarganya sendiri tidak menaruh kepercayaan kepada dirinya sejak kecil. Hal itu membuat Maya tumbuh menjadi seperti itu, dia tersiksa memiliki sifat itu sedangka...
Dolphins
647      408     0     
Romance
Tentang empat manusia yang bersembunyi di balik kata persahabatan. Mereka, seperti aku yang suka kamu. Kamu yang suka dia. Dia suka sama itu. Itu suka sama aku. Mereka ... Rega Nicholando yang teramat mencintai sahabatnya, Ida Berliana. Namun, Ida justru menanti cinta Kaisal Lucero. Padahal, sudah sangat jelas bahwa Kaisal mengharapkan Nadyla Fionica untuk berbalik dan membalas cintanya. Sayan...
When You Reach Me
7816      2033     3     
Romance
"is it possible to be in love with someone you've never met?" alternatively; in which a boy and a girl connect through a series of letters. [] Dengan sifatnya yang kelewat pemarah dan emosional, Giana tidak pernah memiliki banyak teman seumur hidupnya--dengan segelintir anak laki-laki di sekolahnya sebagai pengecualian, Giana selalu dikucilkan dan ditakuti oleh teman-teman seba...
Unexpectedly Survived
167      146     0     
Inspirational
Namaku Echa, kependekan dari Namira Eccanthya. Kurang lebih 14 tahun lalu, aku divonis mengidap mental illness, tapi masih samar, karena dulu usiaku masih terlalu kecil untuk menerima itu semua, baru saja dinyatakan lulus SD dan sedang semangat-semangatnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP. Karenanya, psikiater pun ngga menyarankan ortu untuk ngasih tau semuanya ke aku secara gamblang. ...
Katamu
3099      1180     40     
Romance
Cerita bermula dari seorang cewek Jakarta bernama Fulangi Janya yang begitu ceroboh sehingga sering kali melukai dirinya sendiri tanpa sengaja, sering menumpahkan minuman, sering terjatuh, sering terluka karena kecerobohannya sendiri. Saat itu, tahun 2016 Fulangi Janya secara tidak sengaja menubruk seorang cowok jangkung ketika berada di sebuah restoran di Jakarta sebelum dirinya mengambil beasis...
Sendiri diantara kita
2251      959     3     
Inspirational
Sendiri di Antara Kita Arien tak pernah benar-benar pergi. Tapi suatu hari, ia bangun dan tak lagi mengingat siapa yang pernah memanggilnya sahabat. Sebelum itu, mereka berlima adalah lingkaran kecil yang sempurna atau setidaknya terlihat begitu dari luar. Di antara canda, luka kecil disimpan. Di balik tawa, ada satu yang mulai merasa sendiri. Lalu satu kejadian mengubah segalanya. Seke...
Ikhlas Berbuah Cinta
1801      1006     0     
Inspirational
Nadhira As-Syifah, dengan segala kekurangan membuatnya diberlakukan berbeda di keluarganya sendiri, ayah dan ibunya yang tidak pernah ada di pihaknya, sering 'dipaksa' mengalah demi adiknya Mawar Rainy dalam hal apa saja, hal itu membuat Mawar seolah punya jalan pintas untuk merebut semuanya dari Nadhira. Nadhira sudah senantiasa bersabar, positif thinking dan selalu yakin akan ada hikmah dibal...