Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sweet Seventeen
MENU
About Us  

Ini hari terakhirku di Bali, dan sepanjang hari aku uring-uringan. Padahal, jadwal syuting hari ini padat banget. Aku sampai dimarahi sutradara karena kesulitan menangkap arahannya.

“Lagi,” teriak Mas Sapta, setelah aku berbuat kesalahan untuk kesekian kalinya, dan terpaksa melakukan take ulang.

“Lo kenapa, sih? Adegan gampang gini doang malah salah-salah mulu. Lo emang enggak mutu, ya,” omel Kenny, sambil meninggalkanku dengan menghentakkan kaki agar semua orang di lokasi syuting tahu kalau dia kesal.

Meski kata-kata terakhir Kenny terdengar menusuk, aku enggak bisa marah. Kenny punya hak untuk kesal kepadaku karena dia benar. Adegan ini enggak sulit, tapi aku malah bikin kacau.

“Break sepuluh menit, ya. Key. Konsentrasi, abis ini enggak ada salah-salah lagi,” ujar Mas Sapta.

Aku menggumamkan permintaan maaf. Aku jadi enggak enak hati dengan kru yang sudah bekerja keras sejak pagi, dan terpaksa bekerja lebih keras lagi karena aku enggak becus.

Kejadian semalam jadi pemicu kenapa hari ini aku susah berkonsentrasi. Dafa masih melanjutkan dramanya dengan tuduhan aku selingkuh. Tuduhan yang sangat menggelikan. Rasanya mau ketawa, tapi enggak bisa karena tuduhan itu juga membuat Ansel menghindariku.

Oke, itu cuma perasaanku saja. Aku enggak melihat Ansel sejak pagi. Dia juga enggak mengangkat telepon, apalagi membalas chat yang aku kirim. Aku enggak tahu dia di mana, karena waktu menelepon ke kamarnya di hotel, Theo bilang Ansel udah berangkat pagi-pagi banget. Katanya mau hunting foto, tapi Theo enggak tahu dia hunting foto di mana.

“Ma, Ansel nelepon aku enggak?” tanyaku pada Mama, yang menunggu di tenda tempatku istirahat.

Selama take, aku enggak bawa handphone dan menitipkannya ke Mama. Aku sudah mengirim pesan kepada Ansel buat mengabariku, dan berharap dia meneleponku. Bagaimanapun, aku merasa bersalah karena sudah menyeret Ansel ke dalam drama yang ditimbulkan Dafa.

Mama mendelik saat mendengar pertanyaan itu.

“Ngapain mikirin Ansel? Dari tadi kamu bikin kesalahan terus.” Mama membalas galak. “Kamu berantem lagi sama Dafa karena Ansel, kan?”

Dafa tentu saja enggak akan meninggalkan Mama dalam dramanya. Dia sengaja mengadu, lengkap dengan gayanya yang lebay dan melebih-lebihkan cerita, kepada Mama tadi pagi saat sarapan. Aku bahkan enggak punya waktu untuk menanggapi karena dia enggak berhenti ngomong. Untung saja aku sudah harus berangkat ke lokasi syuting, jadi enggak perlu dengerin laporan Dafa.

Masalahnya, di sepanjang perjalanan menuju lokasi syuting, Mama malah ikut-ikutan memojokkanku. Mama semakin meradang ketika aku bilang memang bareng Ansel semalam, dan jadi termakan aduannya Dafa.

“Udahlah, enggak usah urusin Ansel. Kalau syutingnya udah kelar, kamu temuin Dafa terus minta maaf.”

Hampir saja aku menyemburkan minuman saat mendengar ucapan Mama. “Enggak salah, Ma?”

Mama menatapku dengan mata menyipit, ekspresinya terlihat tegas dan enggak mau dibantah.

“Dia yang udah kelewatan. Enak aja dia pegang-pegang aku kayak gitu. Terus dia yang drama, nuduh enggak jelas, masa aku yang minta maaf?”

Kini Mama berusaha memasang ekspresi yang sedikit lebih lembut.

“Aku mau putus.”

“Mama udah bilang, jangan sekarang. Nanti, kalau kamu udah dapat peran itu…”

“Aku enggak peduli. Enggak dapet peran apa pun juga aku enggak masalah.” Aku memotong perkataan Mama.

“Anna…”

“Key, siap-siap, ya,” Mbak Uli, asisten Mas Sapta, menjadi penyelamatku dari perdebatan dengan Mama.

Aku meninggalkan Mama, dalam hati bertekad untuk enggak akan terpengaruh dengan drama apa pun lagi bersama Dafa.

Kenny menyambutku dengan wajah datar, sepertinya dia masih memendam kesal.

“Lo udah bisa kerja sama, kan? Atau masih mikirin selingkuhan lo itu?”

Aku menggertakkan gigi mendengar ledekan Kenny.

“Ken, Key, stand by, ya!”

Aku menghela napas dan memasang ekspresi sedih, sesuai dengan peranku di series ini, cewek yang tersakiti oleh pacarnya.

**

 

Sampai malam, ketika aku sedang nongkrong bareng Arisha, Ghania, dan Theo, Ansel masih belum ada kabarnya. Aku sampai capek menghubunginya karena enggak ada balasan satu pun. Bahkan, Theo aja sampai menyerah karena enggak henti-hentinya aku tanyai.

“Key, nih Ansel bilang dia on the way balik dari Pasar Sukawati. Udah ya, jangan tanyain gue lagi.” Theo memperlihatkan layar handphone berisi chat dari Ansel kepadaku.

Tanpa sadar, aku menarik napas lega. Meski lewat Theo, setidaknya aku tahu kabar Ansel.

“Kalau gue jadi lo, gue lebih mikirin gimana caranya baikin Dafa setelah ketahuan selingkuh.”

Aku berjengit saat mendengar ucapan Ghania.

“Selingkuh? Siapa yang selingkuh?” tanya Arisha.

Ghania menunjukku dengan dagunya. “Semalam Dafa mergokin Key sama Ansel.”

Arisha dan aku saling berpandangan, sebelum dia tertawa geli. Berbeda dengan Ghania, Arisha enggak ikut termakan tuduhan Dafa yang enggak penting itu.

“Gue enggak selingkuh sama Ansel. Dia sahabat gue.”

“Sahabat, my ass.” Ghania mendengus.

“Dia udah punya pacar. Nashila, kalian juga kenal. Dia datang ke pesta ulang tahun gue,” balasku.

“Memangnya kalau udah punya pacar, enggak boleh lirik cewek lain?” Ghania menantangku.

“Ya enggaklah.”

“What’s the deal? Kayak udah berkomitmen serius aja.” Ghania berkata cuek. “Kalau prinsip lo kayak gitu, harusnya lo enggak akrab lagi sama Ansel karena lo udah pacaran sama Dafa.”

Aku menahan diri untuk enggak tertawa saat mendengarkan ucapan Ghania. “Konsep kayak apaan begitu? Udah punya pacar, terus enggak boleh temenan sama cowok lain? Gue baru tahu kalau lo dan Dafa kolot juga.”

Ghania mendecakkan lidah. “Itu namanya menghargai pacar.”

Menghargai. Satu kata itu membuatku tertawa. Bagaimana bisa aku menghargai Dafa sementara dia sendiri sama sekali enggak menghargaiku. Hubunganku dengannya memang sebatas setting-an, enggak 100% real, tapi seharusnya dia tetap menghargaiku.

Aku bangkit berdiri, lebih baik kembali ke kamar daripada di sini dan mendengarkan ocehan Ghania yang hanya membuatku makin uring-uringan.

“Gue duluan, ya.”

Tanpa menunggu balasan, aku beranjak meninggalkan restoran hotel untuk kembali ke kamar. Saat berada di lobi, aku melihat Ansel tengah menuju lift. Dengan setengah berlari, aku menghampirinya.

“An, lo ke mana aja?”

Ansel menoleh dan tersenyum saat melihatku. Dia kelihatan lusuh dan capek. Ke manapun dia seharian ini, sambil membawa ransel berisi kamera yang berat banget itu, jadi wajar kalau dia secapek ini.

“Hunting foto. Tadi ke Karangasam terus terakhir ke Pasar Sukawati.” Ansel menjawab santai.

“Naik apa?”

“Sewa motor,” sahutnya, dengan cengiran lebar di wajahnya. “Sorry ya enggak ngabarin. Lo pasti sibuk banget hari ini, terus gue juga overwhelmed banget sama spot foto yang gue dapet.”

Aku meneliti Ansel sambil melihat apa ada yang disembunyikannya. Namun, dia tetap bersikap seperti biasa. Apa aku aja yang lebay dan terlalu khawatir, makanya jadi uring-uringan terus sepanjang hari ini? Sementara Ansel malah biasa-biasa aja.

“Lo enggak marah terus ngehindarin gue, kan?”

Ansel tergelak. Dia mempersilakanku masuk ke lift terlebih dahulu.

“Ngapain gue marah? Karena tuduhan Dafa? Dia aja yang lebay.”

Aku menarik napas lega karena Ansel enggak marah, tapi masih ada perasaan bersalah di hatiku.

“Sorry, ya, An.”

“Enggak perlu minta maaf sama gue. Dia yang harusnya minta maaf sama lo,” timpal Ansel. “Soal ucapan gue semalam, gue serius.”

“Yang mana?”

Ansel berbalik hingga menatapku. “Mending lo putusin dia karena enggak guna juga pacaran sama cowok berengsek kayak dia.”

“Mama enggak ngizinin.”

Ansel menatapku dengan dahi berkerut. Dia enggak akan melepaskanku begitu saja, jadi aku menceritakan soal kemungkinan peran yang sedang diincar Mama, dan itu jadi alasan kuat kenapa aku enggak boleh putus sama Dafa. Aku bisa terima kalau Ansel menertawakanku, tapi sampai ceritaku selesai, dia enggak tertawa sama sekali. Malah, dia menatapku dengan ekspresi kasihan di wajahnya.

“Lo pacaran demi apa, sih?”

Aku juga enggak tahu sebenarnya apa tujuanku pacaran dengan Dafa. Sejak awal aku enggak pernah memikirkannya. Tiba-tiba saja dia dekat denganku, meski awalnya sebatas konten, dan dia menembakku. Aku merasa mendapat tekanan yang mengharuskanku untuk menerimanya sebagai pacarku saat itu juga, dan aku menyerah pada tekanan. Tahu-tahu, aku sudah pacaran dengan Dafa meski sebenarnya aku enggan.

“Menurut gue, mending lo pikirin lagi, deh.” Ansel menahan pintu lift saat terbuka di lantai tempat kamarnya berada. “Kalau lo enggak suka sama dia, mau nyokap atau semua followers lo mendukung, buat apa? Kecuali kalau dia ada baik-baiknya, ya, jadi nggak apa-apa deh dipertahanin. Tapi dia aja enggak menghargai lo kayak gitu, jadi buat apa?”

Ansel yang aku tahu itu irit omongan. Sekalinya dia ngomong panjang lebar, itu artinya dia sudah sangat kesal. Malam ini, Ansel ngomong jauh lebih banyak dibanding aku, jadi itu artinya dia sudah sangat teramat kesal.

“Lo harusnya lebih megang kendali dalam hidup lo, bukannya ngebiarin orang lain terus mendikte, sekalipun itu nyokap lo. Gue enggak tahu sejak kapan lo jadi kayak gini, karena setahu gue, dulu lo enggak pasrahan kayak gini. Night, An.”

Ansel meninggalkanku yang terpaku di dalam lift, dengan kata-katanya yang terasa begitu menusuk.

Dia benar, sejak kapan aku membiarkan hidupku didikte oleh orang lain?

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
WALK AMONG THE DARK
820      455     8     
Short Story
Lidya mungkin terlihat seperti gadis remaja biasa. Berangkat ke sekolah dan pulang ketika senja adalah kegiatannya sehari-hari. Namun ternyata, sebuah pekerjaan kelam menantinya ketika malam tiba. Ialah salah satu pelaku dari kasus menghilangnya para anak yatim di kota X. Sembari menahan rasa sakit dan perasaan berdosa, ia mulai tenggelam ke dalam kegelapan, menunggu sebuah cahaya datang untuk me...
Aku Sakit
5690      1545     30     
Romance
Siapa sangka, Bella Natalia, cewek remaja introvert dan tidak memiliki banyak teman di sekolah mendadak populer setelah mengikuti audisi menyanyi di sekolahnya. Bahkah, seorang Dani Christian, cowok terpopuler di Bernadette tertarik pada Bella. Namun, bagaimana dengan Vanessa, sahabat terbaik Bella yang lebih dulu naksir cowok itu? Bella tidak ingin kehilangan sahabat terbaik, tapi dia sendiri...
Taruhan
79      76     0     
Humor
Sasha tahu dia malas. Tapi siapa sangka, sebuah taruhan konyol membuatnya ingin menembus PTN impian—sesuatu yang bahkan tak pernah masuk daftar mimpinya. Riko terbiasa hidup dalam kekacauan. Label “bad boy madesu” melekat padanya. Tapi saat cewek malas penuh tekad itu menantangnya, Riko justru tergoda untuk berubah—bukan demi siapa-siapa, tapi demi membuktikan bahwa hidupnya belum tama...
Finding the Star
1653      1148     9     
Inspirational
"Kamu sangat berharga. Kamu istimewa. Hanya saja, mungkin kamu belum menyadarinya." --- Nilam tak pernah bisa menolak permintaan orang lain, apalagi yang butuh bantuan. Ia percaya kalau hidupnya akan tenang jika menuruti semua orang dan tak membuat orang lain marah. Namun, untuk pertama kali, ia ingin menolak ajakan Naura, sahabatnya, untuk ikut OSIS. Ia terlalu malu dan tak bisa bergaul ...
The Call(er)
2612      1461     11     
Fantasy
Ketika cinta bukan sekadar perasaan, tapi menjadi sumber kekuatan yang bisa menyelamatkan atau bahkan menghancurkan segalanya. Freya Amethys, seorang Match Breaker, hidup untuk menghancurkan ikatan yang dianggap salah. Raka Aditama, seorang siswa SMA, yang selama ini merahasiakan kekuatan sebagai Match Maker, diciptakan untuk menyatukan pasangan yang ditakdirkan. Mereka seharusnya saling bert...
One Step Closer
2419      1012     4     
Romance
Allenia Mesriana, seorang playgirl yang baru saja ditimpa musibah saat masuk kelas XI. Bagaimana tidak? Allen harus sekelas dengan ketiga mantannya, dan yang lebih parahnya lagi, ketiga mantan itu selalu menghalangi setiap langkah Allen untuk lebih dekat dengan Nirgi---target barunya, sekelas juga. Apakah Allen bisa mendapatkan Nirgi? Apakah Allen bisa melewati keusilan para mantannya?
High Quality Jomblo
45777      6363     53     
Romance
"Karena jomblo adalah cara gue untuk mencintai Lo." --- Masih tentang Ayunda yang mengagumi Laut. Gadis SMK yang diam-diam jatuh cinta pada guru killernya sendiri. Diam, namun dituliskan dalam ceritanya? Apakah itu masih bisa disebut cinta dalam diam? Nyatanya Ayunda terang-terangan menyatakan pada dunia. Bahwa dia menyukai Laut. "Hallo, Pak Laut. Aku tahu, mungki...
PENTAS
1267      736     0     
Romance
Genang baru saja divonis kanker lalu bertemu Alia, anak dokter spesialis kanker. Genang ketua ekskul seni peran dan Alia sangat ingin mengenal dunia seni peran. Mereka bertemu persis seperti yang Aliando katakan, "Yang ada diantara pertemuan perempuan dan laki-laki adalah rencana Tuhan".
A Missing Piece of Harmony
396      293     3     
Inspirational
Namaku Takasaki Ruriko, seorang gadis yang sangat menyukai musik. Seorang piano yang mempunyai mimpi besar ingin menjadi pianis dari grup orkestera Jepang. Namun mimpiku pupus ketika duniaku berubah tiba-tiba kehilangan suara dan tak lagi memiliki warna. Aku... kehilangan hampir semua indraku... Satu sore yang cerah selepas pulang sekolah, aku tak sengaja bertemu seorang gadis yang hampir terbunu...
Wabi Sabi
261      187     2     
Fantasy
Seorang Asisten Dewi, shinigami, siluman rubah, dan kucing luar biasa—mereka terjebak dalam wabi sabi; batas dunia orang hidup dan mati. Sebuah batas yang mengajarkan jika keindahan tidak butuh kesempurnaan untuk tumbuh.