Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sweet Seventeen
MENU
About Us  

“Coba, deh, kamu update lebih rajin kayak Ghania. Dia baru semalam sampai di Bali, tapi udah aktif banget.”

Ucapan Mama terdengar seperti angin lalu di telingaku. Sedikitpun enggak ada ucapan Mama yang masuk ke benakku.

Tubuhku boleh saja ada di sini, menunggu jadwal take di GWK, tapi pikiranku berkelana ke rooftop pool semalam. Aku enggak bisa tidur karena terus terbayang Dafa. Seringainya yang mengerikan, juga ciumannya yang kasar. Dia membuatku ketakutan semalaman, meskipun aku sudah berada di dalam kamarku yang aman.

Namun, selama masih ada Dafa di dekatku, aku enggak akan merasa aman.

“Anna, kamu dengerin Mama enggak, sih?”

Aku mengangguk pelan.

“Hari ini kamu belum update apa-apa.”

Kadang aku bertanya, seberapa penting kehidupanku sampai-sampai aku harus update setiap saat? Kalau aku enggak update sehari, followers-ku pasti akan baik-baik saja. Namun bagi Mama justru sebaliknya. Di benak Mama, followers-ku akan merasa ada yang kurang kalau aku enggak update soal kehidupan pribadiku.

Bagaimana kalau aku update soal tindakan Dafa semalam? Apa mereka masih akan memuja Dafa?

Aku tersenyum miris. Mungkin saja, tapi ada kemungkinan lain yang malah merugikanku. Aku bisa mendapat komentar negatif. Padahal yang salah Dafa, tapi malah aku yang punya risiko besar dinyinyiri.

“Ma,” gumamku pelan. Mama menatapku lekat-lekat, menungguku menyelesaikan ucapanku. “Aku mau putus sama Dafa.”

“No,” serbu Mama secepat kilat.

Mama terlihat panik, seolah-olah aku baru saja mengabarkan berita yang sangat besar. Padahal aku cuma mau putus, kenapa Mama jadi sepanik ini?

“Jangan ngaco, Anna.”

“Aku enggak suka sama Dafa,” ujarku.

“Terus?”

“Ya ngapain pacaran kalau aku enggak suka sama dia? Aku juga enggak yakin dia suka sama aku,” beberku.

“Apa, sih, kurangnya Dafa?”

“Manner,” sahutku singkat.

Mama mendecakkan lidah. “Mama lagi negosiasi sama produser yang mau masangin kalian berdua. Ini kesempatan besar kamu untuk dapetin peran utama. Kamu mau terus-terusan jadi supporting kayak gini?”

Aku menggeleng. Aku juga mau dapat peran utama di proyek yang lebih besar, tapi bukan berarti aku rela mengorbankan diriku.

“Kamu butuh Dafa, dan dia juga butuh kamu. Win win solution.”

“Tapi, Ma…”

Mama mengangkat tangannya, membungkam apa pun yang akan kuucapkan.

“Kalau mau putus, nanti aja setelah proyek ini goal.”

“Apa hubungannya sama Dafa? Kan, aku bisa ikut casting.”

Mama menatapku dengan ekspresi malas, eskpresi yang selalu muncul jika beliau sudah capek memberitahu sesuatu tapi enggak ada yang bisa mengerti apa yang dia inginkan.

“Memang, tapi dengan gimmick kayak gini, kesempatan kamu lebih gede.”

“Bagi Mama gimmick lebih penting ya dibanding aku?”

“Kamu kenapa, sih?”

Aku menarik napas dalam-dalam, berusaha menimbang untuk memberitahu Mama soal tindakan Dafa semalam. Aku enggak tahu reaksi Mama akan kayak gimana, jadi ragu untuk bicara jujur atau tidak.

Namun, bagaimanapun, ini Mama. Ibuku sendiri. Aku yakin Mama akan membelaku, anaknya.

Jadi, cerita itu akhirnya meluncur dari bibirku. Mama mendengarkanku dengan saksama, tanpa sepatah kata bantahan keluar dari mulutnya. Saat mengakhiri cerita, aku menatap Mama dengan penuh harap. Mama pasti akan memberi perhitungan dengan Dafa.

“Ya sudah, nanti Mama suruh dia minta maaf.”

“Ma…” teriakku protes.

“Kamu bisa jaga diri lebih baik lagi harusnya.”

Aku menjambak rambut untuk melampiaskan frustrasi. Kalau enggak ingat sebentar lagi harus take, dan sudah full makeup, aku pasti akan meraung-raung di sini. Bodo amat kalau semua orang tahu.

“Mama benar-benar enggak mikirin aku, ya?”

“Iya, nanti Mama ngomong sama Dafa biar dia enggak kelewatan lagi.”

Aku menggeleng pasrah. Harapan tipis yang tadi kumiliki, sekarang hilang seutuhnya. Detik ini aku sadar, di mata Mama aku hanyalah objek yang fungsinya cuma mendatangkan keuntungan untuknya.

“Nanti Mama paksa kalau perlu, biar dia minta maaf.”

Tentu saja, minta maaf di kamus Mama dan Dafa pasti terkait dengan konten.

**

 

“Hai, capek banget, ya?”

Arisha merangkul pundakku, tepat ketika aku tiba di tenda yang dialihfungsikan sebagai ruang tunggu setelah selesai take. Siang ini panas banget, apalagi di GWK, membuat kepalaku sampai pusing karena enggak pakai topi.

“Panas banget.” Aku menyahut pelan. “Kalian udah jalan-jalan, ya? Ghania mana?”

Dengan ujung dagu, Arisha menunjuk ke tenda lain. Aku mengikuti, dan mendapati Ghania di tenda yang ditempati Kenny.

“Sejak kapan dia akrab sama Kenny?”

Arisha mencibir. “Kayak enggak tahu dia aja. Cowok lo ngapain juga ikutan nongkrong di sana?”

Aku melihat Dafa juga ada di sana, tengah tertawa bersama Kenny dan Ghania. Melihat Dafa langsung menyulut emosiku. Sudahlah panas, aku jadi makin emosi ketika melihat dia terlihat santai dan enggak ada tanda-tanda bersalah sedikit pun.

Tadi pagi aku berpapasan dengannya saat sarapan. Aku melengos, tapi Dafa malah sengaja menghalangi langkahku. Dia menunjuk pipinya yang semalam kutampar. Enggak ada sisa tamparan di sana, tapi Dafa berlagak aku sudah melukainya.

Dasar drama.

“An, are you okay?”

Aku tersentak saat mendengar suara Ansel. Aku mengalihkan perhatian dari Dafa dan menghadap Ansel. Dia sudah berhenti memotret, dan kini menatapku lekat-lekat.

“Enggak apa. Capek aja, sama panas,” timpalku.

Bukan Ansel namanya kalau langsung percaya. Dia menatapku dengan mata menyipit. “Lo tahu, kan, kapan pun lo butuh, lo bisa cerita sama gue?”

Aku memaksakan diri untuk tertawa, tapi hanya tawa kering yang keluar dari mulutku. “An, I’m fine.”

“Alright, if you said so.” Ansel memutuskan untuk mengalah.

Sejujurnya, aku jauh dari kata baik-baik saja. Ansel menyadarinya, karena itulah dia bertanya. Mungkin dia sudah mengamati sikapku selama beberapa menit ini, sehingga dia curiga ada yang kusembunyikan. Ansel terlalu mengenalku, sehingga sulit untuk menyimpan rahasia, apalagi berbohong di depannya.

Bahkan, setelah dia mengalah pun, Ansel masih saja belum melepaskanku. Dia sudah kembali fokus memotret, sesekali bercanda dengan Theo. Namun aku juga sering menangkap sudut matanya yang mengawasiku.

The truth is, I want to tell him. Namun, aku enggak mau Ansel terlibat masalah dengan Dafa karena ceritaku.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
To The Girl I Love Next
403      283     0     
Romance
Cinta pertamamu mungkin luar biasa dan tidak akan terlupakan, tetapi orang selanjutnya yang membuatmu jatuh cinta jauh lebih hebat dan perlu kamu beri tepuk tangan. Karena ia bisa membuatmu percaya lagi pada yang namanya cinta, dan menghapus semua luka yang kamu pikir tidak akan pulih selamanya.
Langit Tak Selalu Biru
67      57     4     
Inspirational
Biru dan Senja adalah kembar identik yang tidak bisa dibedakan, hanya keluarga yang tahu kalau Biru memiliki tanda lahir seperti awan berwarna kecoklatan di pipi kanannya, sedangkan Senja hanya memiliki tahi lalat kecil di pipi dekat hidung. Suatu ketika Senja meminta Biru untuk menutupi tanda lahirnya dan bertukar posisi menjadi dirinya. Biru tidak tahu kalau permintaan Senja adalah permintaan...
The Call(er)
1194      702     10     
Fantasy
Ketika cinta bukan sekadar perasaan, tapi menjadi sumber kekuatan yang bisa menyelamatkan atau bahkan menghancurkan segalanya. Freya Amethys, seorang Match Breaker, hidup untuk menghancurkan ikatan yang dianggap salah. Raka Aditama, seorang siswa SMA, yang selama ini merahasiakan kekuatan sebagai Match Maker, diciptakan untuk menyatukan pasangan yang ditakdirkan. Mereka seharusnya saling bert...
TANPA KATA
18      17     0     
True Story
"Tidak mudah bukan berarti tidak bisa bukan?" ucapnya saat itu, yang hingga kini masih terngiang di telingaku. Sulit sekali rasanya melupakan senyum terakhir yang kulihat di ujung peron stasiun kala itu ditahun 2018. Perpisahan yang sudah kita sepakati bersama tanpa tapi. Perpisahan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Yang memaksaku kembali menjadi "aku" sebelum mengenalmu.
Tumbuh Layu
354      234     4     
Romance
Hidup tak selalu memberi apa yang kita pinta, tapi seringkali memberikan apa yang kita butuhkan untuk tumbuh. Ray telah pergi. Bukan karena cinta yang memudar, tapi karena beban yang harus ia pikul jauh lebih besar dari kebahagiaannya sendiri. Kiran berdiri di ambang kesendirian, namun tidak lagi sebagai gadis yang dulu takut gagal. Ia berdiri sebagai perempuan yang telah mengenal luka, namun ...
FAMILY? Apakah ini yang dimaksud keluarga, eyang?
175      154     2     
Inspirational
Kehidupan bahagia Fira di kota runtuh akibat kebangkrutan, membawanya ke rumah kuno Eyang di desa. Berpisah dari orang tua yang merantau dan menghadapi lingkungan baru yang asing, Fira mencari jawaban tentang arti "family" yang dulu terasa pasti. Dalam kehangatan Eyang dan persahabatan tulus dari Anas, Fira menemukan secercah harapan. Namun, kerinduan dan ketidakpastian terus menghantuinya, mendo...
KUROTAKE [SEGERA TERBIT]
5895      2092     3     
Romance
Jadi pacar ketua ekskul tapi hanya purapura Hal itu dialami oleh Chihaya Hamada Ia terpaksa jadi pacar Mamoru Azai setelah foto mereka berdua muncul di akun gosip SMA Sakura dan menimbulkan kehebohan Mamoru adalah cowok populer yang menjadi ketua klub Kurotake klub khusus bagi para otaku di SMA Sakura Setelah pertemuan kembali dengan Chihaya menjadi kacau ia membuat kesepakatan dengan Chih...
Denganmu Berbeda
10741      2777     1     
Romance
Harapan Varen saat ini dan selamanya adalah mendapatkan Lana—gadis dingin berperingai unik nan amat spesial baginya. Hanya saja, mendapatkan Lana tak semudah mengatakan cinta; terlebih gadis itu memiliki ‘pendamping setia’ yang tak lain tak bukan merupakan Candra. Namun meski harus menciptakan tiga ratus ribu candi, ataupun membuat perahu dan sepuluh telaga dengan jaminan akan mendapat hati...
House with No Mirror
459      347     0     
Fantasy
Rumah baru keluarga Spiegelman ternyata menyimpan harta karun. Anak kembar mereka, Margo dan Magdalena terlibat dalam petualangan panjang bersama William Jacobs untuk menemukan lebih banyak harta karun. Berhasilkah mereka menguak misteri Cornwall yang selama ini tersembunyi?
Deep Sequence
537      447     1     
Fantasy
Nurani, biasa dipanggil Nura, seorang editor buku yang iseng memulai debut tulisannya di salah satu laman kepenulisan daring. Berkat bantuan para penulis yang pernah bekerja sama dengannya, karya perdana Nura cepat mengisi deretan novel terpopuler di sana. Bisa jadi karena terlalu penat menghadapi kehidupan nyata, bisa juga lelah atas tetek bengek tuntutan target di usia hampir kepala tiga. N...