πππ
Aku lebih baik melihatmu seperti biasanya. Selalu memandang kesal maupun benci. Daripada, melihatmu hanya diam dengan mengosongkan. Itu justru membuatku takut, akan terjadi sesuatu yang buruk di kemudian hari. Karena, semua ini cukup menimbulkan dejavu dengan kejadian yang sudah terjadi.
πππ
Semesta menarik Auretta pergi menjauh dari aula sekolah. Sepertinya, Auretta sudah cukup terpengaruh dengan situasi yang ada. Terutama, setelah melihat video dimana Javian sedang berlandaskan cukup intens bersama Caramel. Karena, sekarang gadis itu hanya diam pasrah tidak memberontak saat Semesta membawanya pergi. Jika dalam situasi biasa, pasti Auretta dengan kesadaran penuh menolak serta menyingkirkan Semesta.
Semesta membawa Auretta ke taman belakang sekolah. Tahu, di sana cukup untuk menenangkan hati. Ia rasa, akan lebih baik jika Auretta berada di taman itu.
"Luapin aja semua perasaan lo di sini biar lebih lega. Gue tahu, kalo lo tetap di sana, malah bikin lo ketrigger." Semesta masih memperhatikan raut wajah Auretta yang memunculkan kosong.
Auretta tetap diam, membuat Semesta menghela napas. Sedikit bingung harus menekankan seperti apa kepada gadis itu. Ia takut, kondisi Auretta semakin tidak baik.
Bagi Semesta, lebih baik menghadapi sikap Auretta seperti biasanya ramai serta ceria selalu menunjukkan sikap kesal padanya. Daripada sekarang, hanya diam dengan mengosongkan.
"Hei! Ayo ngomong, dong! Jangan diam aja, Auretta." Semesta sedikit meninggikan suara, berharap Auretta mau merespons seperti biasanya. Ia sambil memegang pundak Auretta serta mengguncangnya. Namun, gadis itu tetap diam. Hanya air mata yang keluar, membuat Semesta semakin khawatir dengan kondisi Auretta. Ia teringat dengan awal mula apa yang dialami Mamanya saat akan mengalami kondisi seperti sekarang ini.
Secara perlahan, mungkin Auretta mulai lelah. Kini, gadis itu mulai terduduk sambil meneteskan air mata yang cukup deras. Pasti banyak pemikiran buruk pada kulitnya.
Semesta pikir, gadis itu membutuhkan air minum. Agar, tidak mengalami dehidrasi. Ia tidak peduli bila nanti akan dimarahi Januar maupun Javian karena telah membawa pergi Auretta tanpa izin seperti sekarang ini. Namun, ia harus melakukannya demi kondisi psikologis Auretta. Jika tidak, maka bisa terjadi hal buruk di depan umum. Itu akan membuat Auretta dipandang tidak baik oleh siswa maupun siswi lain. Belum lagi, orang-orang akan mengetahui gangguan kecemasan yang dialami Auretta. Semesta tak ingin Auretta sampai dikata-katai yang tidak baik. Lantaran, itu bisa memperbaiki keadaan. Meskipun, mungkin dalam video itu tidak ada sosok Auretta. Hanya saja, ada Javian yang merupakan kekasih Auretta serta Caramel dalam percakapan itu menyebut nama Auretta.
Semesta tak menyangka, bila akan kecolongan seperti itu. Ada orang yang bisa membuat kehebohan dengan menyebarkan video percakapan pribadi di sekolah. Pantas saja, ia mendapatkan kode pada ponselnya. Hanya saja, tidak mengetahui apa yang akan terjadi. Ternyata, ada yang bisa membobol sistem sekolah. Sepertinya, sistem di sana memang tidaklah kuat. Bahkan, Semesta saja bisa mengakses diam-diam tanpa butuh perjuangan ekstra.
Semesta berniat pergi membeli minum untuk Auretta. Lengannya ditahan Auretta tanpa diduga. Seakan, gadis itu tak ingin ditinggalkan. Meski, tidak mengatakan apapun pada Semesta. Namun, terlihat dari tatapan Auretta.
"Gue cuma pergi bentar, Retta." Semesta mencoba berbicara lagi pada Auretta. Namun, dibalas gelengan gadis itu.
Sehingga, sepertinya ia akan mengurungkan niatnya dulu. Akan tetapi, ia tak tega melihat keadaan Auretta yang terlihat sangat lemah. Kemudian, ia teringat membawa air minum dari rumahnya.
Perlahan, mulai mengambil botol air minum lalu memberikannya pada Auretta. Berharap, gadis itu mau menerimanya. Guna, sedikit meredakan kondisi Auretta. Akan tetapi, Auretta kembali menggelengkan kepalanya.
"Kalo gitu tenangkan diri lo dulu." Semesta tak ingin memaksa Auretta untuk terlihat baik-baik saja. Karena tahu, bila kondisi gadis itu memang tidak baik-baik saja.
Auretta beralih menatap Semesta. Ia tak menyangka bila cowok itu lah yang ada di sampingnya sekarang. Seperti tahu akan kondisinya.
Kenapa justru dia yang ada di sini seakan berusaha nenangin gue?
Semesta mengerti bila Auretta memang membutuhkan ketenangan. "Kalo mau teriak, ya teriak aja. Di sini masih sepi kalo jam segini. Atau, mungkin mau mukul gue juga nggak apa-apa. Gue siap jadi samsak lo."
Auretta terdiam, sembari masih menatap serta memperhatikan Semesta. Benar-benar tak menyangka bila cowok itu bisa cukup bijak menghadapinya. Entah kenapa, ia sedang tak ingin berbicara. Meskipun, dalam kepalanya seperti berisik ingin meluapkan segala hal. Apalagi, melihat video yang diputar pada aulia sangat menyakiti hatinya. Ia pikir, Javian tulus mencintainya. Namun, nyatanya cowok itu hanya kasihan padanya. Serta, justru sudah mencintai gadis lain sejak dulu. Seakan menjadikannya hanya pelampiasan.
Sehingga, kini Auretta seperti tak mampu berbicara. Padahal, banyak hal memenuhi kepalanya. Membuatnya, pusing serta tak nyaman. Ia teringat, mungkin yang dimaksud oleh Galang bila mulai cukup parah saat mengalami gangguan kecemasan. Ternyata, ia sekarang merasakannya. Dada terasa sesak, rasanya ingin mengeluarkan serta meledakan isi di kepalanya. Sampai, pada akhirnya justru hanya bisa diam tidak bisa meluapkan apapun.
"Mau marah-marah sama gue juga nggak masalah." Semesta memilih hal itu, lebih suka melihat Auretta kesal padanya daripada seperti sekarang. Karena, ia takut bila Auretta akan sama halnya Mamanya.
Auretta masih diam, seperti tak mampu berbicara. Teringat dengan segala hal yang benar-benar menyakiti hatinya. Sepertinya, harus melepaskan sosok yang sudah jelas tidak memiliki perasaan khusus padanya.
Semesta semakin bingung melihat kondisi Auretta yang terus diam tidak mau berbicara. Sesakit itukah perasaan gadis itu saat melihat serta percakapan Javian dengan Caramel. Meskipun, pantas saja Auretta merasa seperti itu. Karena, Javian masih memiliki perasaan pada Caramel. Sahabat.
Seharusnya, Javian tidak terlalu jujur berbicara pada Caramel. Meskipun, cowok itu memang pernah sangat mencintai Caramel. Namun, kini Javian sudah memiliki kekasih. Itu pasti sangat melukai perasaan Auretta. Terlebih, Auretta memiliki gangguan kecemasan.
Semesta mendekat ke arah Auretta, lalu memegang kedua tangan gadis itu. Kemudian, memperagakan memukul dirinya dengan tangan Auretta. Berharap, Auretta mau meresponnya. Namun, lagi-lagi tidak ada respon dari Auretta.
Perlahan, Semesta melepaskan tangan Auretta. Karena, Auretta sama sekali tidak bereaksi sama sekali. Hanya diam terus diam tanpa sepatah katapun.
Semesta pikir, tidak ada gunanya mereka berdua ada di sana maupun area sekolah. Akan lebih baik, jika memilih pergi dari sekolah.
"Ayo pergi. Nggak ada gunanya kalo kita tetap di sini." Semesta kembali menarik tangan Auretta lalu pergi meninggalkan taman menuju tempat parkir sekolahnya.
Sesampai di parkiran, Semesta langsung mengeluarkan kunci mobilnya. Ia tak tahu, kenapa tadi pagi memilih membawa kendaraan itu. Padahal, biasanya ia selalu menggunakan sepeda motor. Kemudian, menyuruh Auretta masuk ke dalam mobil. Setelah itu, Semesta menyalakan mesin lalu pergi dari sekolah. Sebelumnya, ia sudah memberitahu Haikal untuk mengizinkan dirinya tidak mengikuti pelajaran hari ini. Kemudian, mengirim pesan pada wali kelas Auretta. Karena, ia memang mempunyai kontak guru-guru di sekolah itu.
Semesta harap, semua guru paham apa yang sudah terjadi. Apalagi, mereka ia yakin pasti tahu tentang gangguan kecemasan Auretta.
Semesta terus melajukan mobil, sembari sesekali memperhatikan Auretta. Raut wajah Auretta masih sama. Selalu diam, dengan tatapan kosong semakin membuat Semesta khawatir dengan kondisi Auretta. Rasanya ingin membawa gadis itu ke rumah sakit. Akan tetapi, lebih baik ia membawa ke tempat yang lebih bisa membuat Auretta tenang.
Auretta diam, masih dengan berbagai pikiran yang tidak mau berhenti memenuhi isi kepalanya. Rasanya ingin meledak, tapi ia tak bisa mengeluarkannya. Kini, tanpa sadar tangannya bergetar lalu dirinya mulai mengeluarkan keringat dingin. Kepalanya pusing karena terlalu banyak hal yang tidak bisa dikeluarkan.
Semesta menoleh, melihat apa yang sedang dirasakan oleh Auretta. Ia mulai panik, tapi juga bingung harus melakukan apa. Ingin membawanya ke rumah sakit. Namun, bisa aja itu membuat Auretta tak nyaman. Detik berikutnya, Semesta menemukan ide kemana ia harus membawa Auretta.
Semesta diam-diam, menyerahkan tasnya pada Auretta. "Lo harus minum dulu biar lebih tenang. Di tas gue itu ada air di dalam botol. Kali ini, gue maksa lo buat mau minum. Soalnya, keadaan lo makin buruk gue liat-liat."
Auretta beralih menatap tas milik Semesta. Awalnya, dia ragu untuk menuruti kata kakak kelasnya. Namun, sepertinya dia harus minum untuk menenangkan dirinya. Setidaknya, sedikit melegakan perasaannya.
Perlahan, Auretta mulai membuka tas Semesta. Kemudian, ambil botol minum cowok itu lalu meminumnya secara perlahan. Meskipun demikian, dengan tangan bergetar.
Semesta merasa lega, melihat Auretta mau menuruti permintaannya. Ia masih terus mengemudikan mobil menuju ke suatu tempat. Ia harap nanti, Auretta bisa lebih tenang saat sampai di tempat itu.
Beberapa menit kemudian. Semesta sampai di tempat tujuan. Diam-diam, Auretta melihat keindahan tempat itu. Tak menyangka, bila kakak kelasnya akan membawa ke sana.
πππ
Javian tak membayangkan bila pertemuan sekaligus percakapannya bersama Caramel ada yang mengetahui serta menyatukannya. Padahal, ia rasa tidak ada orang di sekitarnya. Kemudian, ia berpikir mungkinkah Caramel sengaja menarik dirinya. Namun, Javian tak yakin Caramel melakukan itu. Akan tetapi, hanya dirinya serta Caramel yang mengetahui pertemuan itu.
Siswi-siswi mulai berbisik-bisik, membuat Javian tak nyaman. Tanpa sadar, ia sedari tadi terlalu fokus pada video itu. Tidak tahu, bila Auretta sudah tidak berada di persaudaraan.
Javian menoleh ke kanan dan kirinya, berusaha mencari sosok Auretta. Namun, tidak menemukan keberadaan kekasihnya. Apalagi, ia yakin pasti Auretta tidak akan baik-baik saja saat melihat video yang diputar.
"Video apaan tadi, Jav? Jadi, selama ini lo nggak benar-benar suka sama adik gue! Apa lo nggak mikirin perasaan dia setelah lihat video itu. Terus, sekarang ada di mana?" Januar berbicara dengan nada dingin serta tinggi. Kecewa pada Javian yang ternyata tidak memiliki perasaan khusus pada Auretta. Apalagi Javian hanya merasa kasihan pada adiknya. Sekaligus, menjadikan Auretta sebagai pepelampiasan cintanya.
Javian terdiam, bingung dengan situasi yang ada. Ingin mengelak, tapi dia yakin Januar tidak akan mempercayainya lagi.
"Kenapa diam aja, hah? Kalo cuma kasihan atau mungkin pelampiasan jangan Auretta. Soalnya, lo harusnya sadar itu bisa berakibat fatal buat kesehatan Auretta, Jav. Gue benar-benar kecewa sama lo. Mulai sekarang, mending lo jauhi Auretta, jangan deketin dia lagi." Januar tidak bisa menahan emosinya sambil merasa nyaman dengan Javian. Kekecewaannya sangat besar pada adik kelasnya itu. Karena, sudah menyakiti Auretta. Adiknya.
Sontak kejadian itu, menjadi pusat perhatian disana. Namun, Januar tidak peduli karena merasa tak terima Javian terluka serta menjadikan adiknya sebagai pelampiasan cinta.
- Akan Dilanjutkan -