Loading...
Logo TinLit
Read Story - Only One
MENU
About Us  

๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•

Tidak ada salahnya, mempersiapkan diri untuk kondisi terburuk. Karena, kita tidak ada yang tahu hal buruk kapan terjadi pada kita. Meskipun sebenarnya tidak ingin mengalaminya. Namun, jika sudah menjadi takdir tidak bisa menghindar.

 

๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•

 

Semesta merasa ada yang aneh pada Javian. Hanya saja, ia tak mau mencampuri urusan pria itu. Kemudian, memutuskan kembali melangkah menuju ke kelasnya.

 

Javian juga melakukan hal yang sama seperti Semesta kembali ke kelas. Sebab, jam istirahat sudah hampir habis. Oleh karena itu, ia harus bisa fokus dengan pelajaran selanjutnya.

 

Seperti biasa, suasana kelas Javian maupun Semesta selalu kondusif saat menerima materi sekaligus penjelasan pelajaran dari guru.

 

Semesta masih melihat Javian terlihat diam, seperti sedang memiliki banyak pikiran. Tidak bermaksud memperhatikan teman sekelasnya itu. Hanya saja, memang sedikit menonjol sosok Javian diam seperti tidak terlalu fokus memperhatikan pelajaran.

 

Pun, Semesta pikir pasti ada yang tidak beres sudah terjadi. Ingin berburuk sangka, tapi tak memiliki bukti. Semesta menenangkan kepalanya, tidak mau terlalu memikirkan urusan orang lain. Apalagi, itu berkaitan dengan Javian.

 

Menatap Semesta kini beralih menatap ke arah Caramel. Terlihat, gadis itu seperti sedang bahagia. Karena, sedari tadi terus menyunggingkan senyuman. Seperti ada sesuatu yang aneh telah terjadi.

 

Kayaknya, gue terlalu mikirin urusan orang lain. Harusnya, dari tadi nggak ngeliatin mereka berdua. Mana, kalo udah begini biasanya bikin kepikiran. Soalnya, aneh aja tiba-tiba Javian terlihat tidak fokus. Caramel tersenyum terus menerus.

 

Tak mau terlalu menyelesaikan urusan orang lain. Kini, Semesta mulai kembali fokus pada pelajaran yang ada sampai jam belajar selesai. Oleh karena itu, tugas memang untuk mencari ilmu bukan penasaran dengan masalah orang lain. Meskipun demikian, ia memang tidak sengaja mengetahui masalahnya.

 

๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•

 

Pulang sekolah, Auretta tidak langsung minta diantarkan sampai rumah Januar. Karena itu, ia harus pergi ke sebuah rumah sakit. Ada janji bertemu dengan Om-nya. Ingin memeriksakan kondisi mentalnya.

 

“Beneran nggak mau langsung aku antar pulang ke rumah Kak Januar?” Javian memastikan dengan apa yang sudah sempat disampaikan Auretta. Kekasihnya.

 

Auretta tersenyum, lalu menenangkan kepalanya. Ia memang tidak bisa langsung pulang. "Aku harus ketemu Om Galang dulu di rumah sakit. Soalnya, mau periksa kesehatanku dulu. Biar, tahu kondisiku sekarang udah membaik atau belum."

 

Javian mengangguk, menuruti permintaan kekasihnya itu. Tahu, bila Auretta memang cukup rutin memeriksakan diri kepada saudara Papa Auretta yang berprofesi seorang dokter.

 

"Aku temenin boleh kan? Soalnya,--"

 

Auretta terdiam sejenak, lalu menganggukkan kepalanya. Berpikir, tidak ada salahnya bila kekasihnya mengetahui kondisi terkini. "Boleh. Tapi, nanti aku tanyain ke Om Galang dulu, ya. Soalnya, kadang ada beberapa hal memang nggak boleh diketahui orang yang bukan merupakan keluarga pasien."

 

Javian menyunggingkan senyum. Tahu, bila kondisi Auretta memang tidak seharusnya diketahui orang luar. Meskipun, ia sudah menjadi kekasih Auretta. Tetap saja, ia tidak boleh terlalu mengetahui kondisi mental Auretta. Kesehatan Auretta bukan untuk dikonsumsi publik. Ditambah, keluarga Auretta cukup terpandang.

 

"Kalo gitu, nanti aku tunggu di luar aja nggak apa-apa pas kamu lagi diperiksa Om Galang." Javian cukup sadar diri, bila tidak boleh terlalu masuk dalam urusan pribadi Auretta. Terlebih, itu tentang kesehatan kekasihnya.

 

Auretta merasa tak enak hati pada Javian. Tahu, bila memang tidak diperbolehkan untuk memberi izin Javian mengetahui pemeriksaannya. "Maaf... Ya. Soalnya, Om Galang cukup sensitif sama orang lain. Walaupun, beliau tau kamu pacar aku. Tapi, beliau harus tetap menjaga privasiku."

 

Javian sebenarnya sudah cukup tahu apa yang dialami Auretta. Itu juga karena Januar yang mengatakan padanya. Sekedar tahu, bila Auretta mempunyai gangguan kecemasan. Tidak boleh dalam situasi tertekan.

 

"Nggak apa-apa, kok. Yang terpenting, kesehatan kamu nomor satu. Kalo ada sesuatu, bilang aja sama aku." Javian tersenyum, sembari mengelus kepala Auretta dengan lembut.

 

Perjalanan tidak membutuh waktu lama. Kini, Auretta sudah berada di ruang tunggu. Tepatnya, ada pada kursi depan ruang kerja Om Galang.

 

Auretta harap, kondisi kesehatan mentalnya sudah mulai membaik. Meskipun, ia kadang masih harus menjaga emosinya. Agar, gangguan kecemasannya tidak sering kambuh maupun dirasakan. Karena, bila sering dalam tekanan atau situasi tidak kondusif penyakitnya itu bisa kambuh tanpa diduga.

 

Sekitar lima menit menunggu giliran pemeriksaan. Kini, Auretta sudah memasuki ruangan Dokter Galang. Om-nya.

 

Galang menyunggingkan senyum pada Auretta. Senang bila keponakannya masih ingat untuk memeriksakan kesehatan ke rumah sakit. Karena, itu memang harus dilakukan untuk mengetahui kondisi terbaru kesehatan Auretta.

 

"Gimana kabar kamu, Nak?" Galang sudah mengizinkan Auretta duduk di depannya. Lelaki itu sedikit memperhatikan kondisi Auretta melalui raut wajah gadis itu.

 

Auretta tersenyum, sembari menatap ke arah Galang. Ia memang merasa lebih baik saat sudah tinggal bersama keluarga Januar. Karena, tidak tertekan di dalam kondisi yang mungkin sengaja menekannya. Sehingga, ia memilih untuk pergi dari rumahnya. "Kabarku baik, Om. Tapi, kadang masih kambuh sih gemetar sama pusingnya di saat tertentu."

 

Galang mengangguk, paham bila kondisi Auretta memang terlihat mulai membaik. Hanya saja, keponakannya itu butuh banyak ketenangan. "Hindari hal yang bisa memicu penyakitmu kambuh. Kayak misal, ada pertengkaran sampai teriak-teriak, keramaian berlebihan, sama jauh dari orang yang membuatmu tidak nyaman."

 

Auretta mengangguk, ia memang sudah mulai melaksanakan apa yang selalu diberitahu Omnya itu. Hanya saja, terkadang sulit menghindar dari situasi itu. Karena, ia sudah terlanjur akan terpengaruh keadaan. Untung saja, ada orang yang menariknya pergi dari situasi itu. Sehingga, gangguan kecemasannya kambuh tapi tidak terlalu parah.

 

Kemudian, Galang mulai memeriksa kondisi Auretta dengan menggunakan beberapa alat. Memang sudah sedikit mengalami perubahan. Namun, harus tetap benar-benar dijaga. Jangan sampai ada hal besar yang bisa sangat mempengaruhi pikiran Auretta. Itu bisa mengakibat kondisi Auretta sedikit fatal.

 

"Om... Tapi kondisiku benar-benar mengalami banyak perubahan baik, kan?" Auretta penasaran dengan hasil pemeriksaan yang baru saja di lakukan. Karena, ia merasa kondisi sudah mulai membaik.

 

Galang tersenyum, lalu menatap Auretta dengan lembut. Berharap, tidak ada masalah yang akan membuat keponakannya mengalami gangguan kecemasan lebih dari biasanya. "Pokoknya, kalo ada keributan kamu harus menjauh. Kalo emang sulit pergi dari sana, kamu tutup telinga kamu. Biar, kamu nggak ketrigger. Jangan terlalu mikirin hal terlalu berlebihan. Apalagi, sampai kamu stres. Itu bisa kembali membuat kondisimu lebih parah. Om harap, kamu bisa terhindar dari masalah sekaligus situasi buruk."

 

Auretta tersenyum, akan menuruti semua perkataan serta peringatan dari Galang. Karena, itu demi kebaikan sekaligus kesehatannya. Ia harap, tidak kembali terjebak dalam situasi keributan seperti di kantin beberapa hari lalu. Ia merasa cukup beruntung ada sosok Semesta yang membawanya pergi dari situasi itu. Meskipun, sekarang Semesta suka mengganggunya. Namun, ia rasa cowok itu melakukan hal itu ingin bercanda.

 

"Doain ya, Om. Pokoknya, aku bakalan turutin semua hal yang Om katakan. Hm... Biasanya, kondisi gangguan kecemasan paling parah tuh gimana, Om?" Auretta merasa penasaran dengan kemungkinan terburuk mengenai penyakitnya.

 

Galang terdiam sejenak, Auretta selama ini memang belum pernah mengalami gangguan kecemasan parah. Meskipun, sudah sering mengalami kondisi gemetar serta pusing cukup hebat. Namun, ada beberapa kondisi lebih dari itu. "Setahu Om selama ini paling parah dialami pasien yang punya gangguan kecemasan itu teriak-teriak tidak terkendali. Atau, mungkin justru diam saja karena sudah benar-benar muak dengan situasi yang ada."

 

Auretta sedikit membayangkan betapa parah dalam kondisi seperti itu. Mungkin saja, bisa pingsan setelah mengalami hal itu. Pasti, bukan hal mudah bisa terlepas dari rasa tidak nyaman. Ia harap, tidak pernah mengalami gangguan kecemasan sampai separah itu.

 

"Jangan sampai ada sesuatu yang membuatmu terlalu kecewa maupun sakit hati. Karena, itu akan sangat berpengaruh pada kondisi mental kamu." Galang kembali memperingatkan kondisi-kondisi yang bisa menyebabkan gangguan kecemasan kambuh. Terlebih lagi, ia tahu Auretta masih terlalu muda memiliki penyakit itu. Tentu saja, bila kondisi tidak bisa stabil. Akan bisa meledak-ledak saat mendapatkan masalah berat.

 

"Aku bakalan berusaha yang terbaik. Biar, kondisiku nggak makin parah. Soalnya, aku pengin sembuh dari penyakit itu. Nggak nyaman banget harus sering mengonsumsi obat penenang. Bosen banget minumnya, Om." Auretta sudah cukup lama mengonsumsi obat itu. Agar, bila akan mengalami kecemasan bisa dicegah.

 

Galang mengangguk, paham dengan apa yang dirasakan keponakannya itu. Terlebih lagi, Auretta pernah mengalami kondisi buruk saat masih tinggal bersama orang tuanya. Papa Auretta sudah kembali menikah tidak lama setelah kepergian istri yang merupakan Mama Auretta. Kakak perempuan Galang.

Auretta cukup sering mengalami penyiksaan dari Mama tirinya. Sehingga, gadis itu memutuskan untuk pergi dari rumahnya. Ingin memulai kehidupan baru, karena tak mau semakin merasakan sakit. Ditambah lagi, Papa Auretta tidak terlalu peduli dengan kondisi anaknya. Padahal, lelaki itu tahu anaknya tidak dalam kondisi baik. Papa Auretta seperti sudah dibutakan cinta istri barunya.

Daripada terus tersiksa berada dalam kondisi tidak baik serta tertekan. Auretta memilih pergi dari rumah. Kemudian, tinggal bersama keluar Januar. Papa Januar, adalah kakak dari Papa Auretta. Beruntung, keluar Januar mau menerima Auretta dengan baik. Apalagi menganggap Auretta seperti anak kandungnya.

Hal itu cukup membuat Galang lega, ia sempat ingin membawa Auretta tinggal bersama serta istrinya. Hanya saja, sepertinya Auretta akan lebih nyaman tinggal di rumah Januar. Karena, memiliki saudara umurnya tidak terlalu jauh jaraknya.

"Kalau ada apa-apa, langsung hubungi, Om. Pokoknya, Om bakalan standby buat kamu, Auretta. Jangan sungkan buat telepon atau datangi Om di sini. Atau, mungkin mau mampir sekaligus nginep di rumah Om. Biar, istri Om juga ada temannya." Galang akan selalu ada sekaligus siap bila suatu saat Auretta dalam kondisi tidak baik. Karena, kadang kondisi buruk bisa datang tanpa diduga.

Auretta mengangguk, ia harap tidak akan bertambah parah. Agar, tidak merepotkan siapa pun lagi. Tidak hanya itu, ia ingin bisa sembuh dari penyakit yang dialaminya. Meskipun demikian, mungkin itu tidaklah mudah. Lantaran, itu muncul dari diri sendiri jika tidak dalam kondisi baik. Oleh karena itu, ia harus bisa menjaga kondisi dirinya dalam situasi stabil. "Oke, siap. Makasih, Om. Kapan-kapan aku main ke rumah Om, kok."

 

- Akan Dilanjutkan -



 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kesempatan
21463      3778     5     
Romance
Bagi Emilia, Alvaro adalah segalanya. Kekasih yang sangat memahaminya, yang ingin ia buat bahagia. Bagi Alvaro, Emilia adalah pasangan terbaiknya. Cewek itu hangat dan tak pernah menghakiminya. Lantas, bagaimana jika kehadiran orang baru dan berbagai peristiwa merenggangkan hubungan mereka? Masih adakah kesempatan bagi keduanya untuk tetap bersama?
Nuraga Kika
53      49     0     
Inspirational
Seorang idola sekolah menembak fangirlnya. Tazkia awalnya tidak ingin melibatkan diri dengan kasus semacam itu. Namun, karena fangirl kali ini adalah Trikaโ€”sahabatnya, dan si idola adalah Harsaโ€”orang dari masa lalunya, Tazkia merasa harus menyelamatkan Trika. Dalam usaha penyelamatan itu, Tazkia menemukan fakta tentang luka-luka yang ditelan Harsa, yang salah satunya adalah karena dia. Taz...
A & O
1748      852     2     
Romance
Kehilangan seseorang secara tiba-tiba, tak terduga, atau perlahan terkikis hingga tidak ada bagian yang tersisa itu sangat menyakitkan. Namun, hari esok tetap menjadi hari yang baru. Dunia belum berakhir. Bumi masih akan terus berputar pada porosnya dan matahari akan terus bersinar. Tidak apa-apa untuk merasakan sakit hati sebanyak apa pun, karena rasa sakit itu membuat manusia menjadi lebih ma...
Jalan Yang Kau Pilih
1716      748     3     
Romance
Berkisah tentang seorang ayah tunggal yang mengurus anaknya seorang diri. Ayah yang sebelumnya seorang militer kini beralih profesi menjadi seorang pemilik kafe. Dia bertemu dengan wanita yang adalah wali kelas anaknya. Terlebih lagi, mereka adalah tetangga dan anaknya menyukai wali kelasnya itu.
MAMPU
9005      2870     0     
Romance
Cerita ini didedikasikan untuk kalian yang pernah punya teman di masa kecil dan tinggalnya bertetanggaan. Itulah yang dialami oleh Andira, dia punya teman masa kecil yang bernama Anandra. Suatu hari mereka berpisah, tapi kemudian bertemu lagi setelah bertahun-tahun terlewat begitu saja. Mereka bisa saling mengungkapkan rasa rindu, tapi sayang. Anandra salah paham dan menganggap kalau Andira punya...
My Private Driver Is My Ex
1052      709     10     
Romance
Neyra Amelia Dirgantara adalah seorang gadis cantik dengan mata Belo dan rambut pendek sebahu, serta paras cantiknya bak boneka jepang. Neyra adalah siswi pintar di kelas 12 IPA 1 dengan julukan si wanita bermulut pedas. Wanita yang seperti singa betina itu dulunya adalah mantan Bagas yaitu ketua geng motor God riders, berandal-berandal yang paling sadis pada geng lawannya. Setelahnya neyra di...
Bloody Autumn: Genocide in Thames
10081      2438     54     
Mystery
London, sebuah kota yang indah dan dikagumi banyak orang. Tempat persembunyian para pembunuh yang suci. Pertemuan seorang pemuda asal Korea dengan Pelindung Big Ben seakan takdir yang menyeret keduanya pada pertempuran. Nyawa jutaan pendosa terancam dan tragedi yang mengerikan akan terjadi.
Teman
1549      732     2     
Romance
Cinta itu tidak bisa ditebak kepada siapa dia akan datang, kapan dan dimana. Lalu mungkinkah cinta itu juga bisa datang dalam sebuah pertemanan?? Lalu apa yang akan terjadi jika teman berubah menjadi cinta?
Fidelia
2721      1328     0     
Fantasy
Bukan meditasi, bukan pula puasa tujuh hari tujuh malam. Diperlukan sesuatu yang sederhana tapi langka untuk bisa melihat mereka, yaitu: sebentuk kecil kejujuran. Mereka bertiga adalah seorang bocah botak tanpa mata, sesosok peri yang memegang buku bersampul bulu di tangannya, dan seorang pria dengan terompet. Awalnya Ashira tak tahu mengapa dia harus bertemu dengan mereka. Banyak kesialan menimp...
Rela dan Rindu
9185      2439     3     
Romance
Saat kau berada di persimpangan dan dipaksa memilih antara merelakan atau tetap merindukan.