Loading...
Logo TinLit
Read Story - Only One
MENU
About Us  

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

Saya harap, tidak akan ada kesalahpahaman dalam hubungan kita. Karena, aku akan selalu berusaha tidak tertarik dengan orang lain. Pun, akan kupastikan di hati ini hanya ada tempat spesial untuk.

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

 

Sesampai di kelasnya, Semesta tersenyum mengingat wajah Auretta. Sadar, bila gadis itu terlihat sangat sebal padanya. Namun entah mengapa, justru semakin membuat dirinya selalu mengganggu Auretta. Seperti ada magnet yang menariknya untuk melakukan hal itu pada adik kelasnya.

 

Pun, berpikir mungkin hanya rasa tertarik ingin terus menjahili Auretta bukan lebih dari. Tak mau bila menambah kesalahpahaman lagi dengan beberapa pihak. Karena, sampai sekarang pun belum bisa diperbaiki.

 

"Woi! Senyum-senyum mulu, takut lo kesurupan, Ta." Hansean menampar bahu Semesta saat ia melewati bangku sahabatnya itu. Heran melihat ekspresi yang ditunjukan Semesta. Terlebih lagi, tidak ada yang lucu. Akan tetapi, Semesta tersenyum seperti tanpa sebab.

 

Semesta mulai tersadar dari lamunannya, lalu menoleh serta menatap Hansean. "Gue baik-baik aja. Tenang, gue nggak kesurupan karena mungkin setannya juga bakalan takut nggak berani masuk tubuh gue."

 

Hansean pusing, sudah tak habis pikir dengan segala pemikiran Semesta. Sahabatnya. Kelakuan cowok itu selalu di luar nalar. Oleh karena itu, ia harus menyiapkan hati sekaligus mental ketika berbicara dengan Semesta. Saat ini, bisa-bisanya Semesta mengatakan hal tak terduga. "Jangan ngelamun lagi Ta. Mungkin setan takut sama lo. Tapi, takutnya tuh makhluk halus nyasar ke orang lain. Nanti bakalan lebih berbahaya. Soalnya, di sini kan banyak orang."

 

Semesta beralih ke sekelilingnya. Benar juga, yang dikatakan Hansean. Kondisi kelasnya sudah mulai ramai. Siswa maupun siswi kelas itu sudah datang karena bel masuk akan berbunyi sebentar lagi. Bahaya bila apa yang dikatakan Hansean terkabul. Apalagi, murid-murid kelas itu terkadang terlalu fokus dengan buku.

 

“Santai aja, semua bakalan aman terkendali. Hari gini, nggak usah percaya hal kayak gitulah.” Semesta tersenyum, menyakinkan Hansean bila tidak akan terjadi hal buruk di sana. Terlebih lagi, di zaman modern seperti sekarang ini.

 

Hansean mengangguk, sepertinya benar yang dikatakan Semesta. Kemudian, ia duduk di bangkunya sebelum bel berbunyi.

 

Beberapa menit kemudian.

 

Bel masuk berbunyi, siswa maupun siswi kelas XI IPA 1 seperti biasa fokus belajar. Memperhatikan materi yang disampaikan guru. Kini, Semesta sedikit malas mendengarkan penjelasan guru. Akan tetapi, ternyata kelakuannya ketahuan oleh Pak Beni.

 

"Semesta, sekarang kamu maju ke depan ke depan. Kerjakan soal di papan tulis." Pak Budi menatap tajam ke arah Semesta.

 

Menyadari hal itu, Semesta menghela nafas sejenak. Kemudian, dengan malas sekaligus pasrah maju ke depan untuk mengerjakan soal Matematika.

 

Perlahan, Semesta mulai menulis jawaban dari soal yang diberikan oleh Pak Beni. Tidak terlalu sulit untuk mengerjakannya. Karena, memang ia hanya sedang malas memperhatikan penjelasan bukan karena malas mengikuti pelajaran itu.

 

"Jawabannya benar. Sana kembali ke kursi kamu. Lain kali, jangan malas-malasan pada jam pelajaran saya. Atau, saya akan berterima kasih atas hukuman berat." Pak Beni mengingatkan Semesta akan bisa berkonsentrasi pada saat jam pelajaran Matematika.

 

Semesta mengangguk, sambil menyenggingkan senyum mengacungkan jari jempolnya.

 

"Baik pak. Siap laksanakan, sekali lagi saya minta maaf tadi tidak bisa maupun serius konsentrasi sama apa yang disampaikan oleh Bapak." Semesta cukup merasa bersalah, lalu mengucapkan kata maaf pada Pak Beni.

 

Sepertinya, Pak Beni cukup memahami murid-muridnya. Terlebih lagi, murid kelas XI IPA 1 memang jarang melakukan hal buruk. Hanya saja, mungkin tidak sengaja seperti Semesta tidak memperhatikan materi yang dijelaskan guru. Akan tetapi, jika diberi soal tetap bisa bekerja dengan baik. Celana saja, kelas itu dijuluki kelas unggulan.

 

Siswa maupun siswi lain hanya diam memperhatikan apa yang terjadi. Seperti sebuah drama pendek bersifat absurd. Karena, apa yang diharapkan dari Semesta. Cowok itu, tingkahnya yang terkenal sedikit tengil sekaligus petantang petenteng. Namun, tanpa diduga merupakan murid berprestasi serta unggulan. Mungkin, pembawaannya saja yang terkadang berbeda dengan siswa lain. Terlebih lagi, penuh kejutan dalam segala situasi.

 

"Lain kali, jangan diulangi. Soalnya, saya paling tidak suka bila ada murid yang tidak serius saat jam pelajaran yang sedang dijelaskan." Pak Beni kembali memberi nasihat serta peringatan pada siswa maupun siswi kelas XI IPA 1.

 

"Siap, Pak." Dengan kompak, itulah jawaban dari semua murid kelas itu.

 

Pak Beni merasa lega, muridnya sudah kembali berkonsentrasi belajar. Sekaligus akan menuruti serta mengikuti pelajaran dengan baik.

 

Sesampai di bangkunya, Semesta duduk dengan santai. Lalu, beralih memperhatikan materi yang dijelaskan Pak Beni. Karena itu, ia tak mau mendapatkan banyak nasihat dari gurunya. Apalagi, dia tahu tidak akan cepat selesai jika berbicara dengan Pak Beni. Sehingga, akan lebih baik ia menghindari hal itu. Beberapa siswa maupun siswi juga memberikan perhatian yang cukup tajam. Merasa tak suka dengan kelakuannya. Mungkin bagi mereka, apa yang telah terjadi merugikan sekaligus membuang-buang waktu.

 

Santai aja kali liat gue.

 

Semesta sadar, sepertinya sudah merugikan waktu murid teladan di kelas itu. Padahal, ia juga tidak membuang-buang waktu. Namun, itu bukan yang lain.

 

"Ada aja kelakuan lo, Ta. Untung aja, lo bisa ngerjain soal di papan tulis." Haikal sedikit berbisik saat berbicara dengan Semesta.

 

Semesta tersenyum. Sebenarnya, tak masalah harus mengerjakan soal itu. Karena, ia memang sudah tahu cara mengerjakannya. Meskipun, ia sempat tak memperhatikan penjelasan materi dari Pak Beni. "Mata Pak Beni emang tajam. Sampai-sampai gue ketahuan nggak merhatiin dia. Jadi, mending sekarang lo jangan ajak gue ngobrol, Kal. Takutnya, Pak Beni liat terus lo disuruh ngerjain tugas atau kena hukuman."

 

Haikal mengangguk, lalu kembali memperhatikan apa yang sedang disampaikan guru Matematika itu. Agar, cowok itu tidak kena hukuman maupun masalah lain seperti yang dialami Semesta.

 

Pun, sebenarnya Semesta hanya menakut-nakuti Haikal. Karena, menurutnya tidak masalah bila tidak selalu memperhatikan guru. Karena, bisa mempelajari ulang di rumah atau tempat lain. Hanya saja, Pak Beni memang dikenal cukup galak. Sehingga, sering ditakuti murid-murid sekolah itu. Padahal, sekali-sekali berbeda dengan yang lain cukup mengasikan. Itulah apa yang ada di kepala Semesta.

 

Semesta memang terkadang tidak takut hukuman. Terlebih, ia memang menyukai sebuah tantangan. Sehingga, apapun akan dilakukan dengan caranya sendiri. Seperti yang dilakukan saat mengerjakan tugas penting sekaligus rahasia dari Aksa. Om-nya. Padahal, jelas-jelas berbahaya sampai membuat orang terdekatnya khawatir. Namun, Semesta terlihat santai seperti tidak akan terjadi apa-apa.


Beberapa jam kemudian. Kini, Semesta memutuskan untuk tidak ke kantin. Karena, ingin mengunjungi perpustakaan saat jam istirahat. Ia rasa, sepertinya tempat itu cukup baik menikmati waktu luangnya.

Semesta mengambil satu buku pada rak, lalu melangkah ke arah pojokan perpustakaan. Kemudian, mulai duduk sembari membuka sekaligus membaca buku yang sudah diambil. Hal itu, memang sepertinya hanya untuk kamuflase saja. Lantaran, ia sebenarnya ingin memejamkan mata sejenak. Lagipula, buku di tangannya memang tidak terlalu menarik.

Perlahan, Semesta menggunakan buku itu untuk menutup wajahnya. Lalu, memejamkan mata selagi suasana perpustakaan masih cukup sepi. Setahunya, di sana memang tidak terlalu ramai dikunjungi. Hanya ada beberapa murid pintar serta teladan datang. Sudah sangat bisa ditebak sekaligus lihat.

Meskipun sudah berada di tempat sepi. Akan tetapi, Semesta tidak bisa memejamkan mata sepenuhnya. Lalu, ia membuka ponsel miliknya melihat-lihat postingan pada akun media sosialnya. Tidak banyak yang menarik perhatiannya.

Semesta teringat mengenai informasi data milik Auretta. Ia paham, bila memang tidak mudah bisa terlihat baik-baik saja disaat kondisinya memiliki gangguan kecemasan. Karena, bisa kambuh kapan saja. Akan tetapi, yang membuatnya bingung kenapa informasinya tidak terlalu detail. Sepertinya, ia butuh mencari tahu secara mandiri data lengkap Auretta. Walaupun, itu sebenarnya terlalu bersifat pribadi. Namun, ia merasa Auretta seperti membutuhkan pertolongan sekaligus perlindungan. Sehingga, data dirinya juga ikut dijaga serta rahasiakan.

Pun, ia berniat kembali mencari data lengkap Auretta sepulang sekolah. Tidak mungkin, ia melakukannya di sekolah. Karena, itu sangat berisiko.

Semesta melihat ke arah jam tangannya. Waktu itu istirahat akan segera habis. Sepertinya, ia harus kembali ke kelas. Namun, sebelumnya ia harus mengembalikan buku yang sempat dipinjam.

Setelahnya, saat hendak pergi meninggalkan perpustakaan tiba-tiba melihat sosok yang dikenalinya. Semesta tersenyum, sepertinya tidak masalah bila menghampiri orang itu terlebih dahulu.

"Kan, apa gue bilang kalo kita bakalan ketemu lagi." Semesta sudah berada di samping Auretta yang akan keluar dari perpustakaan.

Auretta menoleh, lalu menghela napas saat sadar bertemu dengan Semesta. Tak mau, bila merasa tidak nyaman. Sehingga, bisa mengakibat hal buruk terjadi.

"Kenapa sih, gue harus ketemu lo lagi, Kak. Dunia ini terlalu sempit kah? Atau, mungkin lo sengaja ngikutin gue? Kata gue, mending lo nggak usah ganggu gue, deh." Dengan nada kesal, Auretta mulai berbicara hal itu pada Semesta. Meskipun, ia yakin cowok itu tidak mungkin mendengarkan perkataannya.

"Kayaknya udah takdir buat kita selalu ketemu. Lagipula, kita satu sekolah jadi wajar kalo sering ketemu." Semesta sembari menyunggingkan senyum. Sadar, Auretta tidak suka dengan kehadirannya. Akan tetapi, Semesta cukup tertarik dengan Auretta. Entah apa alasannya. Pun, ia belum paham apa penyebab yang membuat dirinya tertarik dengan Auretta.

Perkataan Semesta tidak sepenuhnya benar maupun salah. Karena, mereka memang satu sekolah. Sehingga, itu menyebabkan kemungkinan lebih mudah bertemu baik sengaja maupun tidak. Akan tetapi, ia selalu cukup kesal bila harus terus bertemu dengan Semesta. Entah kenapa, ia merasakan hal itu.

"Mending lo minggir, gue harus ke kelas. Bel masuk udah mau bunyi." Auretta kembali memperingatkan Semesta. Agar, tidak menghalangi serta menganggu dirinya.

Tak mau terlalu lama berurusan dengan Semesta. Auretta memutuskan untuk meninggalkan cowok itu. Namun, baru saja ingin melangkah pergi tanpa diduga Semesta menahan tangan Auretta.

"Tunggu..." Seperti akan dibicarakan Semesta pada Auretta. Sehingga, cowok itu mencegah kepergian Auretta.

Auretta menoleh, bingung dengan tindakan yang dilakukan oleh Semesta. kakak kelasnya. "Ada apa lagi, sih, Kak? Gue malas berurusan sama lo. Lagipula, nggak penting banget gue harus ketemu sama orang kayak lo."

"Retta, ternyata kamu ada di sini? Dari tadi, aku cariin kamu. Takut kalo--"

Sontak Auretta serta Semesta menoleh ke arah suara orang itu. Tak hanya itu, Auretta merasa kaget sekaligus cukup takut bila nanti akan terjadi kesalahpahaman.

"Hm... Aku tadi ke perpustakaan bentar, Kak. Terus lupa bilang ke kamu sama Kak Januar. Maaf... Ya." Auretta mulai berbicara, menatap sedikit takut pada Javian. Karena, di sana ia sedang bersama dengan Semesta.

Perlahan, Semesta mulai melepaskan tangan Auretta. Tentu saja, bila Javian akan salah paham dengan apa yang sudah dilihat. Meskipun demikian, dia sama sekali tidak bermaksud buruk di sana.

Javian mengangguk, lalu menyyunggingkan senyum pada Auretta. Kekasihnya. Kemudian perlahan mengelus kepala gadisnya dengan lembut. "Lain kali, jangan lupa kabarin aku atau Kak Januar ya. Soalnya, kita dari tadi tuh khawatir cariin kamu nggak ketemu-ketemu."

"Sekali lagi, aku minta maaf, Kak." Auretta benar-benar merasa puas tak menghubungi kedua orang terdekatnya saat akan pergi ke perpustakaan.

Javian beralih menatap sedikit tajam ke arah Semesta. Sedikit seperti mengintimidasi teman sekelasnya.

Semesta sadar hal itu, tapi ia akan menjelaskan bila tidak ada apapun diantara dirinya dengan Auretta. "Gue--"

 

 

 

 


 

- Akan Dilanjutkan -

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Rumah Tanpa Dede
265      192     1     
Inspirational
Kata teteh, Bapak dan Mama bertengkar karena Dede, padahal Dede cuman bilang: "Kata Bapak, kalau Bi Hesti jadi Mama kedua, biaya pengobatan Dede ditanggung Bi Hesti sampai sembuh, Mah." Esya---penyintas penyakit langka Spina Bifida hanya ingin bisa berjalan tanpa bantuan kruk, tapi ekonomi yang miskin membuat mimpi itu terasa mustahil. Saat harapan berwujud 'Bi Hesti' datang, justru ban...
Luka Adia
912      572     0     
Romance
Cewek mungil manis yang polos, belum mengetahui apa itu cinta. Apa itu luka. Yang ia rasakan hanyalah rasa sakit yang begitu menyayat hati dan raganya. Bermula dari kenal dengan laki-laki yang terlihat lugu dan manis, ternyata lebih bangsat didalam. Luka yang ia dapat bertahun-tahun hingga ia mencoba menghapusnya. Namun tak bisa. Ia terlalu bodoh dalam percintaan. Hingga akhirnya, ia terperosok ...
Kyna X Faye
4582      1404     2     
Romance
Keiko Kyna adalah seorang gadis muda pemilik toko bunga. Masa lalu yang kelam telah membuat gadis itu menjauhi dunia keramaian dan segala pergaulan. Namun siapa sangka, gadis pendiam itu ternyata adalah seorang penulis novel terkenal dengan nama pena Faye. Faye sama sekali tak pernah mau dipublikasikan apa pun tentang dirinya, termasuk foto dan data pribadinya Namun ketika Kenzie Alcander, seo...
Mawar Milik Siska
565      315     2     
Short Story
Bulan masih Januari saat ada pesan masuk di sosial media Siska. Happy valentine's day, Siska! Siska pikir mungkin orang aneh, atau temannya yang iseng, sebelum serangkaian teror datang menghantui Siska. Sebuah teror yang berasal dari masa lalu.
Dark Shadow
375      247     5     
Horror
Tentang Jeon yang tidak tahu bahwa dirinya telah kehilangan Kim, dan tentang Kim yang tidak pernah benar-benar meninggalkan Jeon....
TRAUMA
138      123     0     
Romance
"Menurut arti namaku, aku adalah seorang pemenang..akan ku dapatkan hatimu meskipun harus menunggu bertahun lamanya" -Bardy "Pergilah! Jangan buang waktumu pada tanaman Yang sudah layu" -Bellova
Unexpected You
553      394     0     
Romance
Pindah ke Indonesia dari Korea, Abimanyu hanya bertekad untuk belajar, tanpa memedulikan apapun. tapi kehidupan tidak selalu berjalan seperti yang diinginkannya. kehidupan SMA terlalu membosankan jika hanya dihabiskan untuk belajar saja. sedangkan Renata, belajar rasanya hanya menjadi nomor dua setelah kegemarannya menulis. entah apa yang ia inginkan, menulis adalah pelariannya dari kondisi ke...
Ibu Mengajariku Tersenyum
4170      1904     1     
Inspirational
Jaya Amanah Putra adalah seorang psikolog berbakat yang bekerja di RSIA Purnama. Dia direkomendasikan oleh Bayu, dokter spesialis genetika medis sekaligus sahabatnya sejak SMA. Lingkungan kerjanya pun sangat ramah, termasuk Pak Atma sang petugas lab yang begitu perhatian. Sesungguhnya, Jaya mempelajari psikologi untuk mendapatkan kembali suara ibunya, Puspa, yang senantiasa diam sejak hamil Jay...
Hey, I Love You!
1250      560     7     
Romance
Daru kalau ketemu Sunny itu amit-amit. Tapi Sunny kalau ketemu Daru itu senang banget. Sunny menyukai Daru. Sedangkan Daru ogah banget dekat-dekat sama Sunny. Masalahnya Sunny itu cewek yang nggak tahu malu. Hobinya bilang 'I Love You' tanpa tahu tempat. Belum lagi gayanya nyentrik banget dengan aksesoris berwarna kuning. Terus Sunny juga nggak ada kapok-kapoknya dekatin Daru walaupun sudah d...
TITANICNYA CINTA KITA
0      0     0     
Romance
Ketika kapal membawa harapan dan cinta mereka karam di tengah lautan, apakah cinta itu juga akan tenggelam? Arka dan Nara, sepasang kekasih yang telah menjalani tiga tahun penuh warna bersama, akhirnya siap melangkah ke jenjang yang lebih serius. Namun, jarak memisahkan mereka saat Arka harus merantau membawa impian dan uang panai demi masa depan mereka. Perjalanan yang seharusnya menjadi a...