Loading...
Logo TinLit
Read Story - Only One
MENU
About Us  

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

Dalam hidup, memang tidak ada yang mudah. Akan tetapi, jika semua hal dijalani dengan sepenuh hati. Maka itu bisa lebih bermakna. Karena, ada sebuah proses untuk bisa mencapai segala hal yang kita inginkan.

 

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

 

"Hm... Gue tadi habis dari toilet dulu baru masuk kelas, Mobil." Semesta terpaksa terletak di depan Caramel. Sahabatnya. Tak mau, bila gadis itu curiga atau penasaran dengan apa yang baru saja terjadi.

Caramel mengangguk, percaya dengan apa yang disampaikan oleh Semesta. Meskipun demikian, merasa ada sesuatu yang janggal. Seperti ada yang tertutup-tutupi Semesta darinya. Padahal, selama ini cowok itu hampir semua sudah dibicarakan tentang Caramel. Kecuali, pekerjaan Semesta yang memang harus dirahasiakan. Oleh karena itu, tidak mungkin semua orang mengetahuinya. Karena itu bisa membahayakan Semesta dan yang lain.

“Kok, tadi gue liat dari arah berbeda bukan dari toilet ya?” Raya tiba-tiba ikut bergabung dengan Caramel serta Semesta.

Caramel menatap penuh curiga pada Semesta, saat mendengar penuturan dari Raya. Akan tetapi, ia rasa tidak mungkin Semesta membohongi dirinya sendiri.

Semesta beralih menatap Raya. Ingin rasanya menyumpal mulut gadis itu. Meskipun demikian, mungkin Raya tidak benar-benar mengetahui apa yang terjadi. Namun, itu cukup membahayakan dirinya. Ia berusaha tenang agar tidak kembali kepikiran. "Toilet kan nggak cuma satu, Raya. Emang kebetulan aja gue ke toilet sebelah sana dekat tangga. Selain itu, gue juga udah keburu kebelet buang air kecil. Otomatis langsung lari kesana."

Raya tersenyum kecil, seraya masih tidak percaya dengan kata dari mulut Semesta. "Gue rasa, terlalu jauh nggak sih toilet itu dari pintu masuk sekolah menuju kelas ini."

Semesta benar-benar harus bersabar menghadapi gadis yang sering menjadi tukang gosip. Sepertinya, dia harus pintar mencari alasannya. Agar, gadis itu terkecoh disana. "Gue keliling dulu kali, Ray. Tau sendiri, gue nggak suka langsung masuk kelas. Jadi, pas banget dekat toilet itu makanya buang air kecil di sana."

Karamel tak mau memperpanjang perbincangan itu, takut bila malah terjadi. "Udah nggak apa-apa. Gue cuma nanya aja. Soalnya, pas sampai sekolah liat motor Seta udah terparkir tapi orangnya nggak ada."

Semesta, tersenyum lega sekaligus senang melihat Caramel percaya dengan apa yang dikatakan. Kemudian, beralih menatap Raya yang masih ingin menginterogasi dirinya. Padahal, hal itu tidak seharusnya terjadi. Mungkin, akan berakhir dan terjadi tiada akhir. "Ngapain lo kayak kepo sama gue sih? Padahal, semua murid juga tau gue suka keliling dulu sebelum masuk. Apalagi gue salah satu anggota OSIS. Wajar aja ngecek keadaan sekolah pas pagi."

“Terserah lo aja deh, Ta.” Sebenarnya Raya masih curiga dengan tingkah Semesta. Karena, ia yakin tidak melihat Semesta dari toilet melainkan dari tempat lain. Namun, ia mungkin terus mengulik secara langsung pada Semesta. Lantaran, itu akan terkesan menginterogasi teman sekelasnya itu. Terlebih lagi, Caramel juga percaya saja ucapan Semesta. Padahal, ia bisa melihat Semesta banyak penyimpan rahasia.

Semesta kembali fokus dengan kegiatannya. Bersiap-siap mengikuti mata pelajaran yang akan didapat hari ini. Namun, dia bisa merasakan Raya cukup berbahaya. Karena, seperti curiga dengan apa yang dilakukan. Tak hanya itu, kataya sering cukup akurat. Ia tahu, kelasnya diisi oleh siswa maupun siswi unggulan. Namun, mereka memang patut diwaspadai. Tentu saja, bila ada yang mengetahui pekerjaan bersifat rahasia Semesta.

Caramel dan Raya sudah duduk di bangku masing-masing. Karena sebentar lagi pelajaran akan segera dimulai. Sehingga, mereka harus fokus menerima materi pelajaran dari semua guru. Agar, nilai mereka tidak mengalami penurunan. Apalagi kalau bisa mengalami kenaikan terus menerus.

Beberapa menit kemudian.

Bel masuk berbunyi, lalu pelajaran dimulai. Hampir semua siswa maupun siswi fokus belajar. Memahami berbagai materi yang disampaikan. Jika belum merasa paham dengan penjelasan guru bisa meminta bantuan pada yang lain.

Sejujurnya, Semesta tanpa sadar masih memikirkan tentang Auretta. Hanya saja, ia tidak mau larut dalam pikirannya. Terlebih lagi, gadis itu memang seperti banyak menyimpan rahasia. Ia pikir, ingin mencari informasi lebih lanjut tentang Auretta. Sebab, ia juga merasa Auretta butuh bantuan meski tanpa diminta. Dan, entah kenapa dia seperti sudah mengenal sosok Auretta sebelumnya.

Memahami semua pelajaran memang tidaklah sulit bagi Semesta. Akan tetapi, terkadang butuh konsentrasi agar bisa lebih mudah masuk ke dalam kepalanya. Juga, banyak hal yang harus dipikirkan. Adakalanya, fokusnya meliputi hal itu tidak menghasilkan hal yang maksimal.

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

 

Jam istirahat pertama dimulai. Seperti biasa, Auretta berniat menemui Javian lebih dulu daripada Januar. Kakaknya. Akan tetapi, tanpa diduga baru saja bertemu Januar lebih awal.

 

"Gue mau ngomong sama lo, Dek. Buruan... Ikut gue." Januar memberi perintah pada Auretta. Seperti tidak bisa dibantah. Mutlak adanya.

 

Karena terpaksa, Auretta mengikuti langkah Januar. Sejujurnya, dia tahu kemungkinan apa yang akan dibicarakan kakaknya. Namun, lebih baik menurutinya saja tanpa banyak berbicara.

 

Kini, Januar serta Auretta duduk di depan salah satu kelas. Januar langsung menatap cukup tajam ke arah adiknya.

 

“Tadi pagi kenapa nggak berangkat bareng gue, Dek?” Januari to the point. Mengingat adiknya memang lebih dulu berangkat tanpa berbicara maupun izin kepadanya. 

 

Auretta diam-diam menghela nafas, sedikit merasa bersalah pada Januar. "Gue pengin berangkat lebih awal aja, Kak. Soalnya, mau belajar mandiri biar gak ngerepotin kakak."

 

Januar paham, Auretta memang terkadang kerasa kepala ingin melakukan segala hal sendiri. Namun, ia merasa adiknya masih membutuhkan bimbingan serta penjagaan darinya. Meskipun demikian, gadis itu bukanlah anak kecil lagi. Melainkan, sekarang sudah beranjak remaja. Mungkin, ingin merasakan melakukan hal sendiri tanpa merepotkan orang lain. "Lain kali, nggak perlu gitu. Kan, kita satu sekolah. Gue sama sekali nggak keberatan berangkat maupun pulang bareng lo. Malah, gue senang jadi ada teman. Pokoknya, cuma sekali lo kayak gini. Besok-besok harus berangkat bareng gue. Nggak ada penolakan maupun protes."

 

Dengan terpaksa, Auretta menganggukkan kepala. Tahu, jika ia melakukan tindakan itu bisa saja membuat keluarganya kecewa. "Oke. Maafin gue ya. Soalnya, tadi pagi beneran pengin berangkat. Tapi, semua aman kok gak ada kendala apapun."

 

"Oke. Kali ini, gue maafin lo. Lain kali, belum tentu. Nanti bokap nyokap bakalan marah. Apalagi, lo tuh baru pindah ke sini. Belum terlalu mengenal jalanan daerah ini. Itu bakalan bikin mereka khawatir. Jangan diulangi lagi, ya. Gue masalah harus bareng lo bolak-balik. Itu emang udah kewajiban gue." Januar menjelaskan tugas apa yang dijalankan. Terlebih lagi, ia memang tidak mau sampai terjadi hal buruk pada Auretta.

 

"Siap, Kak. Sekali lagi, gue minta maaf ya." Auretta benar merasa bersalah telah pergi ke sekolah tanpa sosok Januar. Oleh karena itu, hal itu mungkin akan menimbulkan atau terkena masalah di jalan. Juga, bisa membahayakan dirinya yang belum terlalu mengetahui jalanan di sana.

 

Januar tak mau melihat Auretta semakin merasa bersalah sekaligus sedih. Ia mengajak adiknya untuk pergi ke kantin. Itu akan lebih baik, guna melupakan pembicaraan serta kejadian yang sudah terjadi. Di sana, mereka bertemu dengan sosok Javian. Kekasih Auretta.

 

Pun, Auretta langsung menghampiri Javian dengan penuh keceriaan. Itu hal biasa yang dilakukan Auretta saat bertemu Javian. Kemudian, disambut senyuman manis Javian.

 

Auretta duduk di bangku sebelah Javian. Ia tahu, banyak pasang mata yang memperhatikan dirinya serta Javian. Sepertinya, Javian memang cukup disukai banyak siswi di sana. Terbukti, ia bisa melihat keajaiban para siswi pada kekasihnya itu. Namun, ia merasa beruntung Javian tidak terlalu menanggapi segala godaan dari gadis lain. Meskipun demikian, pasti ada beberapa yang memang cukup dekat dengan Javian. Namun, cowok terlihat tidak berlebihan saat merespons segala hal dari siswi lain.

 

"Kamu udah pesan atau belum? Kalau belum, biar nanti aku pesenin." Javian tersenyum sambil menatap Auretta yang ada di depannya.

 

"Tadi udah pesan bareng Kak Januar. Jadi, kamu nggak perlu pesenin aku. Tinggal nunggu makanan sama minumannya datang." Senyuman Auretta tak pernah menghilang. Bahkan, mungkin diam-diam banyak yang terpikat dengan senyuman Auretta.

 

Javian mengangguk, lalu beralih memperhatikan area sekitar. Ternyata benar dugaannya, banyak yang memperhatikan dirinya dengan Auretta. Entah kenapa, cukup membuatnya tak nyaman. Pastinya, itu juga dirasakan Auretta. Hanya saja, mungkin gadis itu tidak terlalu mempedulikannya.

 

"Kamu sudah daftar ekskul belum? Soalnya, murid di sini minimal masuk satu ekskul." Javian kembali mulai mengajak Auretta berbicara. Agar, kekasihnya tidak terganggu dengan segala sesuatu yang terjadi pada banyak orang.

 

Auretta terdiam sejenak, "Aku belum nentuin mau masuk ekskul apa, sih. Cuma, ada beberapa yang cukup menarik perhatianku, Kak. Jadi, mau milih pikir sambil-pikir dulu. Biar, nanti nggak salah pilih. Takut, kalau ikut kebanyakan ekskul malah bikin pusing."

Javian mengelus kepala Auretta dengan lembut, seraya memberi dukungan pada kekasihnya itu. Agar, jangan terlalu berpikir berlebihan. "Mikirin aja dulu sampai kamu yakin mau ikut yang mana. Kalo udah mantep, tinggal daftar aja. Aku yakin, kamu sebenarnya punya bakat di semua ekskul. Cuma, emang mungkin nggak bisa ikut semua. Jadi, pilih yang paling menarik perhatianmu, ya."

Auretta mengangguk sambil tersenyum. Ia merasa sangat beruntung memiliki orang terdekat yang selalu memberi dukungan secara penuh. Tidak hanya dukungan, tapi juga kasih sayang yang membuat dirinya lebih bermakna. "Sekali lagi, makasih udah selalu dukung aku dengan segala hal yang kadang butuh proses dan waktu nggak sebentar. Soalnya, aku nggak bisa langsung bisa nentuin. Banyak pertimbangan harus dipikirin. Dan, kamu pasti tau alasannya, kan. Jadi, makasih atas segalanya yang kamu berikan ke aku."

Rasanya Auretta kini ingin memeluk erat kekasihnya. Hanya saja, ia tidak mungkin melakukan itu di depan umum. Oleh karena itu, dia harus bisa menahannya. Terlebih lagi, itu tidak baik dilihat banyak orang. Bisa saja menimbulkan pemikiran buruk berakhir masalah.

Sepertinya, murid yang berada di kantin. Harus sabar melihat kemesraan yang mungkin akan setiap hari ditunjukan oleh Javian serta Auretta. Untung saja, interaksi sepasang kekasih itu masih di batas wajar. Oleh karena itu, tidak terlalu harus dipermasalahkan.

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

Seusai dari kantin, tanpa sengaja Auretta melihat kepadatan siswa serta siswi di depan papan pengumuman. Sepertinya, ada hal penting yang tertera di sana. Itu cukup membuat Auretta penasaran. Sehingga, gadis itu perlahan berjalan mendekati ke arah keramaian itu. Akan tetapi, saat sudah berada disana. Ia sama sekali tidak bisa melihat apa yang menjadi pusat perhatian.

"Permisi... Permisi... Permisi..." Auretta mencoba masuk ke dalam kepadatan tapi tidak bisa menembusnya.

Auretta mempunyai ide yang menurutnya cemerlang. Kini, ia berusaha melompat-lompat untuk bisa melihat papan pengumuman. Namun, tetap tidak menghasilkan hasil. Lantaran, tingginya tak sebanding dengan yang lain. Sehingga, tetap sulit menjangkau informasi yang ada pada papan pengumuman.

Susah banget, sih. Gue sadar, tubuh gue pendek tapi harusnya mereka minggir sekaligus ngalah. Mereka malah kayak nggak mau gantian sama yang lainnya.

Itulah isi hati Auretta, sambil menghentak-hentakkan kaki tidak bisa mengetahui informasi apa yang menjadi pusat perhatian sekaligus kepadatan semua murid.

Dari kejauhan, ada seseorang yang tersenyum memperhatikan tingkah laku Auretta yang terlihat kesal. Seperti anak kecil yang tidak bisa mendapatkan permen maupun mainan.

Lucu .

 

- Akan Dilanjutkan -



 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
PENTAS
1191      701     0     
Romance
Genang baru saja divonis kanker lalu bertemu Alia, anak dokter spesialis kanker. Genang ketua ekskul seni peran dan Alia sangat ingin mengenal dunia seni peran. Mereka bertemu persis seperti yang Aliando katakan, "Yang ada diantara pertemuan perempuan dan laki-laki adalah rencana Tuhan".
Trust Me
58      51     0     
Fantasy
Percayalah... Suatu hari nanti kita pasti akan menemukan jalan keluar.. Percayalah... Bahwa kita semua mampu untuk melewatinya... Percayalah... Bahwa suatu hari nanti ada keajaiban dalam hidup yang mungkin belum kita sadari... Percayalah... Bahwa di antara sekian luasnya kegelapan, pasti akan ada secercah cahaya yang muncul, menyelamatkan kita dari semua mimpi buruk ini... Aku, ka...
PATANGGA
856      593     1     
Fantasy
Suatu malam ada kejadian aneh yang menimpa Yumi. Sebuah sapu terbang yang tiba-tiba masuk ke kamarnya melalui jendela. Muncul pula Eiden, lelaki tampan dengan jubah hitam panjang, pemilik sapu terbang itu. Patangga, nama sapu terbang milik Eiden. Satu fakta mengejutkan, Patangga akan hidup bersama orang yang didatanginya sesuai dengan kebijakan dari Kementerian Sihir di dunia Eiden. Yumi ingin...
Jadi Diri Sendiri Itu Capek, Tapi Lucu
1872      761     5     
Humor
Jadi Diri Sendiri Itu Capek, Tapi Lucu Buku ini adalah pelukan hangat sekaligus lelucon internal untuk semua orang yang pernah duduk di pojok kamar, nanya ke diri sendiri: Aku ini siapa, sih? atau lebih parah: Kenapa aku begini banget ya? Lewat 47 bab pendek yang renyah tapi penuh makna, buku ini mengajak kamu untuk tertawa di tengah overthinking, menghela napas saat hidup rasanya terlalu pad...
She's (Not) Afraid
1937      859     3     
Romance
Ada banyak alasan kecil mengapa hal-hal besar terjadi. Tidak semua dapat dijelaskan. Hidup mengajari Kyla untuk tidak mengharapkan apa pun dari siapa pun. Lalu, kehadiran Val membuat hidupnya menjadi lebih mudah. Kyla dan Val dipertemukan ketika luka terjarak oleh waktu. Namun, kehadiran Sega mengembalikan semua masalah yang tak terselesaikan ke tempat semula. Dan ketika kebohongan ikut b...
DocDetec
290      198     1     
Mystery
Bagi Arin Tarim, hidup hanya memiliki satu tujuan: menjadi seorang dokter. Identitas dirinya sepenuhnya terpaku pada mimpi itu. Namun, sebuah tragedi menghancurkan harapannya, membuatnya harus menerima kenyataan pahit bahwa cita-citanya tak lagi mungkin terwujud. Dunia Arin terasa runtuh, dan sebagai akibatnya, ia mengundurkan diri dari klub biologi dua minggu sebelum pameran penting penelitian y...
Loveless
5851      2998     604     
Inspirational
Menjadi anak pertama bukanlah pilihan. Namun, menjadi tulang punggung keluarga merupakan sebuah keharusan. Itulah yang terjadi pada Reinanda Wisnu Dhananjaya. Dia harus bertanggung jawab atas ibu dan adiknya setelah sang ayah tiada. Wisnu tidak hanya dituntut untuk menjadi laki-laki dewasa, tetapi anak yang selalu mengalah, dan kakak yang wajib mengikuti semua keinginan adiknya. Pada awalnya, ...
Meet You After Wound
266      223     0     
Romance
"Hesa, lihatlah aku juga."
She Is Falling in Love
535      334     1     
Romance
Irene membenci lelaki yang mengelus kepalanya, memanggil nama depannya, ataupun menatapnya tapat di mata. Namun Irene lebih membenci lelaki yang mencium kelopak matanya ketika ia menangis. Namun, ketika Senan yang melakukannya, Irene tak tahu harus melarang Senan atau menyuruhnya melakukan hal itu lagi. Karena sialnya, Irene justru senang Senan melakukan hal itu padanya.
Mendadak Pacar
9241      1868     1     
Romance
Rio adalah seorang pelajar yang jatuh cinta pada teman sekelasnya, Rena. Suatu hari, suatu peristiwa mengubah jalannya hari-hari Rio di tahun terakhirnya sebagai siswa SMA