Loading...
Logo TinLit
Read Story - Only One
MENU
About Us  

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

Tidak semua masa lalu penuh kenangan indah serta bahagia. Terkadang, ada sebuah hal buruk justru sangat membekas. Bahkan, masih akan selalu teringat sampai sekarang. Dan, mungkin tidak mengenal batas waktu.

 

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

 

"Hah?" Semesta sadar dari lamunannya. Karena, Hansean ternyata sejak tadi mengajaknya berbicara. Akan tetapi, dia justru sibuk dengan pemikirannya sendiri.

 

Haikal, Hansean, serta Harlan merasa heran dengan tingkah Semesta yang terkesan aneh sedari tadi. Namun, mereka seperti tidak mau melihat hal itu pada Semesta. Lantaran, merasa urusan mereka bukan bertiga. Akan tetapi, mereka seolah memberi kode satu sama lain. Agar, paling tidak, menanyakan keadaan Semesta.

 

“Lo nggak apa-apa, kan, Ta?” Harlan mencoba menanyakan keadaan yang dirasakan oleh Semesta.

 

"Sori... Tadi, gue malah ngelamun. Gue nggak apa-apa, kok. Aman." Semesta membalas perkataan Harlan, sambil tersenyum.

 

Haikal, Hansean, serta Harlan mengangguk seperti tahu bila Semesta dalam kondisi baik-baik saja.

 

"Nanti pulang sekolah, jangan lupa ada latihan basket. Kan, kita udah lama gak main. Soalnya, sibuk sama kegiatan sendiri pas liburan kemarin." Harlan kembali berbicara, kali ini membahas tentang keranjang. Karena, mereka memang mengikuti ekstrakurikuler keranjang.

 

"Baiklah."

 

Setelah itu, mereka kembali fokus belajar sambil menunggu jam pelajaran selesai. Meskipun, masih lama tapi mereka menikmati waktu belajar. Oleh karena itu, pendidikan memang sangat penting. Terlebih lagi, semua ilmu yang didapat bisa digunakan di masa depan. Meskipun demikian, kemampuan belajar serta kadang-kadang kecerdasan manusia berbeda-beda. Namun, semua akan tetap berguna bagi masing-masing sesuai kondisi.

 

Saat itu, siswa maupun siswi kelas XI IPA 1 memang terkesan sangat memperhatikan apa yang disampaikan serta dijelaskan. Lantaran, kelas itu merupakan kelas unggulan. Banyak persaingan pada kelas itu. Namun, persaingan secara sehat satu sama lain.

 

"Ta, nanti gue pulang bareng lo ya? Soalnya, hari ini supir gue nggak bisa jemput." Caramel sedikit berbisik saat berbicara pada Semesta dari jarak yang tidak jauh. Sebab, Caramel duduk di bangku sebelah Semesta.

 

Semesta mengangguk, tak masalah bila gadis itu pulang bersamanya. Lantaran, rumah mereka berdekatan serta terkadang berangkat maupun pulang bersama. Tak hanya itu, keduanya sudah bersahabat sejak kecil. Sehingga, akrab sekaligus pemahaman satu sama lain. Kadang-kadang banyak orang salah paham dengan kedekatan mereka. "Tapi, gue harus latihan basket dulu. Nggak apa-apa kan, Car?"

 

"Nggak apa-apa, gue juga ada latihan dance. Jadi, mungkin nanti kita bisa selesai bareng." Caramel tersenyum senang, Semesta tak merasa setuju bila ia ikut pulang bersamanya.

 

Pun, orang-orang terdekat Semesta maupun Caramel memahami situasi. Apalagi teman Semesta juga menjadi teman Caramel. Sehingga, bisa dekat satu sama lain. Tidak ada rasa ketidaknyamanan yang dirasakan.

 

Beberapa jam kemudian.

 

Jam pelajaran selesai. Semesta memutuskan untuk mengikuti latihan basket. Mulai fokus dengan segala gerakan keranjang. Tak sengaja, bola lemparan Semesta salah arah serta sasaran. Bukan mengarah ke ring melainkan melambung sedikit mengenai tubuh orang lain.

 

"Woi! Bisa hati-hati nggak sih kalo main basket? Bola-nya kena ke gue nih. Apa mentang-mentang badan gue kecil, jadi nggak keliatan kalo kena bola basket gitu!" Auretta mulai menggerutu kesal saat sedang berjalan ke parkiran malah malah terkena lemparan yang cukup kuat.

 

Dari kencan, Semesta sadar bila bola nya memang mengenai sosok Auretta. Juga, ia melihat betapa kesalnya gadis itu karena mungkin merasakan sakit terkena bola lemparannya. Kemudian, cowok itu memutuskan untuk mendekati Auretta. Lantaran, itu memang salahnya tak sesuai target saat melakukan tembakan bola.

 

"Sori...Gue nggak bermaksud buat nembak bola itu ke lo. Tapi, bola itu nakal malah melayang ke arah. Sekali lagi, gue minta maaf ya." Semesta tersenyum menatap Auretta yang masih menatap kesal. Akan tetapi, ia tahu bila gadis itu bisa memaafkan dirinya sendiri.

 

Auretta menghela napas, berusaha menahan diri. Agar, kemarahannya tidak semakin meledak saat berhadapan dengan Semesta. Tak hanya itu, jika emosinya mulai muncul maka akan mempengaruhi kondisi dirinya. "Lain kali, tolong lebih hati-hati. Kayaknya, lo suka banget cari masalah sama gue."

 

Semesta mengerutkan keningnya, merasa dirinya tak berniat sama sekali seperti yang dimaksudkan oleh Auretta. Kejadian itu terjadi tidak terduga. Namun, sepertinya gadis itu selalu berburuk sangka padanya. "Itu terjadi bukan dengan sengaja. Mungkin, sudah takdir kita sering ketemu sekaligus berkaitan dengan satu sama lain. Jadi,--"

 

"Apaan, deh! Nggak ada takdir kayak gitu. Lagian, gue malas banget bikin sama orang kaya lo." Auretta tampak semakin kesal pada Semesta. Terlebih lagi, sekarang lagi-lagi dirinya menjadi pusat perhatian. Itu membuat tidak nyaman. Karena itu, muncullah orang-orang itu memiliki berbagai pikiran.

 

Semesta, tersenyum bila Auretta memang tidak menyukai situasi seperti itu. Namun, kejadian terjadi tanpa direncanakan. Terlebih lagi, dia saja bertanya-tanya mengapa hal itu bisa terjadi secara berdekatan. Akan tetapi, Auretta memang seperti punya aura menjadi sorotan tanpa diminta.


"Kita jadi pulang bareng kan? Maaf... Kamu udah nunggu lama ya?" Javian sudah berada di sebelah, sambil mengelus kepala Auretta serta memperhatikan keadaan yang ada. Paham, bila kekasihnya tidak nyaman menjadi pusat perhatian.

Auretta mengangguk, lalu menyyunggingkan senyum ke arah Javian. "Iya. Jadi dong, Kak. Buruan, takut kesorean nanti keburu hujan. Soalnya, liat deh langitnya udah mulai gelap."

"Oke." Javian mengangguk, lalu menggandeng tangan Auretta untuk pulang bersama.

Semesta memperhatikan kepergian Auretta serta Javian. Tahu, sepasang kekasih itu saling melengkapi satu sama lain. Terlihat keduanya saling menyayangi.

Pun, akhirnya Semesta kembali menemui teman-teman basketnya untuk melanjutkan latihan basket. Meskipun begitu, dia merasakan ada sesuatu yang sengaja ditutupi oleh Javian dan Auretta. Hubungan keduanya memang tampak harmonis melengkapi satu sama lain. Namun, Semesta merasa cinta dari salah satunya tidak terlalu kuat.

Gue mikir apaan, sih? Itu bukan urusanku.

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

 

Sakit hari ini. Semesta sudah berada di rumahnya. Sebenarnya, dia tidak terlalu suka di sana. Akan tetapi, ia harus bertahan untuk sementara waktu. Sembari, menunggu dia bisa mengumpulkan biaya lebih banyak guna meninggalkan rumah itu. Sudah sangat tidak nyaman. Karena semuanya berbeda dari dulu. Sekarang, ia ingin segera pergi dari tempat bernaungnya itu.

 

"Mah... Aku bentar lagi bakalan ajak Mama pergi keluar dari rumah ini. Soalnya, aku pengin hidup kita lebih tenang." Semesta mengatakan itu, sambil memegang kedua tangan wanita paling penting dalam hidupnya. Kondisi Mama Semesta sedang tidak baik-baik saja. Itu terjadi, gara-gara perbuatan Papanya. "Semesta lagi mempersiapkan semuanya, Mah. Nanti kalo udah uang udah kekumpul, kita pindah dari sini. Mama pasti mau kan? Nggak cuma itu, Mama bakalan bisa cepet sembuh."

 

Semesta selalu menyampaikan apapun kepada Mamanya. Meskipun demikian, kini wanita paruh baya tidak mau meresponsnya. Lantaran, Mama Semesta sedang mengalami depresi. Oleh karena itu, harus dalam masa pengobatan rutin. Setiap hari, ada suster yang datang untuk menangani serta menemani wanita itu di saat Semesta harus bersekolah.

 

Pun, Semesta harap kondisi Mamanya lekas membaik. Karena, ia tak tega melihat orang yang paling disayangi hanya duduk diam di dalam kamar. Meskipun demikian, terkadang diajak berkeliling rumah menggunakan kursi roda. Namun, belum bisa mengembalikan semua keadaan seperti dulu kala.

 

Sudah beberapa tahun ini, kondisi Mama semesta seperti itu. Sedari dulu, Semesta mungkin hanya diam tidak bisa melakukan apapun. Namun, kini ia akan mengusahakan agar Mamanya bisa sembuh. Karena, ia sudah mempunyai pekerjaan yang cukup menjanjikan. Meskipun demikian, memiliki risiko berat serta berbahaya. Akan tetapi, dia merasa bisa melakukan. "Aku bakalan lakuin apapun biar Mama bisa sembuh. Soal biaya, nanti Semesta bisa menanganinya kalo misal Papa nggak mau urus. Seta juga, pengin segeranya nggak menimbulkan lagi sama lelaki yang sudah bikin Mama kayak gini. Pengkhianatnya tidak bisa ditolerir lagi, Mah."

 

Setelah puas berbicara dengan Mamanya. Semesta meninggalkan kamar itu, lalu kembali ke kamarnya. Semesta menerimanya, sambil menatap laptop miliknya. Ingatan masa lalu kelam keluarganya tanpa sadar muncul.

 

"Gue bakalan pastiin, mereka bakalan terima balasan apa yang sudah dilakukan." Tidak bermaksud jahat, tapi Semesta akan memastikan kejahatan akan segera terungkap serta mendapatkan apa yang seharusnya dilakukan oleh orang jahat itu.

 

Semesta bukan lagi anak kecil, yang hanya diam. Kini, sudah mulai tumbuh dewasa memahami apa yang seharusnya dilakukan.

Bersiaplah, saya sedang mengumpulkan bukti. Setelah itu, kalian akan mendapatkan hasil dari apa yang telah dituai.

Sadar itu bukan hal mudah bagi Semesta. Namun, itu tidak masalah asal semua bisa berjalan seperti yang seharusnya. Meskipun demikian, dia tahu risiko pekerjaannya sekarang berbahaya.

 

- Akan Dilanjutkan - 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Alumni Hati
106      57     0     
Romance
πŸ“˜ SINOPSIS – Alumni Hati: Suatu Saat Bisa Reuni Kembali Alumni Hati adalah kisah tentang cinta yang pernah tumbuh, tapi tak sempat mekar. Tentang hubungan yang berani dimulai, namun terlalu takut untuk diberi nama. Waktu berjalan, jarak meluas, dan rahasia-rahasia yang dahulu dikubur kini mulai terangkat satu per satu. Di balik pekerjaan, tanggung jawab, dan dunia profesional yang kaku...
Antara Depok dan Jatinangor
331      221     2     
Romance
"Kan waktu SMP aku pernah cerita kalau aku mau jadi PNS," katanya memulai. "Iya. Terus?" tanya Maria. Kevin menyodorkan iphone-nya ke arah Maria. "Nih baca," katanya. Kementrian Dalam Negeri Institut Pemerintahan Dalam Negeri Maria terperangah beberapa detik. Sejak kapan Kevin mendaftar ke IPDN? PrajaIPDN!Kevin Γ— MahasiswiUI!Maria
Mengapa Harus Mencinta ??
3608      1164     2     
Romance
Jika kamu memintaku untuk mencintaimu seperti mereka. Maaf, aku tidak bisa. Aku hanyalah seorang yang mampu mencintai dan membahagiakan orang yang aku sayangi dengan caraku sendiri. Gladys menaruh hati kepada sahabat dari kekasihnya yang sudah meninggal tanpa dia sadari kapan rasa itu hadir didalam hatinya. Dia yang masih mencintai kekasihnya, selalu menolak Rafto dengan alasan apapun, namu...
Langkah Pulang
376      275     7     
Inspirational
Karina terbiasa menyenangkan semua orangkecuali dirinya sendiri. Terkurung dalam ambisi keluarga dan bayang-bayang masa lalu, ia terjatuh dalam cinta yang salah dan kehilangan arah. Saat semuanya runtuh, ia memilih pergi bukan untuk lari, tapi untuk mencari. Di kota yang asing, dengan hati yang rapuh, Karina menemukan cahaya. Bukan dari orang lain, tapi dari dalam dirinya sendiri. Dan dari Tuh...
Call Me if U Dare
5401      1629     2     
Mystery
Delta Rawindra: 1. Gue dituduh mencuri ponsel. 2. Gue gak bisa mengatakan alibi saat kejadian berlangsung karena itu bisa membuat kehidupan SMA gue hancur. 3. Gue harus menemukan pelaku sebenarnya. Anulika Kusumaputri: 1. Gue kehilangan ponsel. 2. Gue tahu siapa si pelaku tapi tidak bisa mengungkapkannya karena kehidupan SMA gue bisa hancur. 3. Gue harus menuduh orang lain. D...
Gadis Kecil Air Tawar
496      357     0     
Short Story
Mulailah berbuat baik terhadap hal-hal di sekelilingmu.
Viva La Diva
613      398     0     
Short Story
Bayang mega dalam hujan
Rumah Tanpa Dede
133      83     1     
Inspirational
Kata teteh, Bapak dan Mama bertengkar karena Dede, padahal Dede cuman bilang: "Kata Bapak, kalau Bi Hesti jadi Mama kedua, biaya pengobatan Dede ditanggung Bi Hesti sampai sembuh, Mah." Esya---penyintas penyakit langka Spina Bifida hanya ingin bisa berjalan tanpa bantuan kruk, tapi ekonomi yang miskin membuat mimpi itu terasa mustahil. Saat harapan berwujud 'Bi Hesti' datang, justru ban...
Trip
936      476     1     
Fantasy
Sebuah liburan idealnya dengan bersantai, bersenang-senang. Lalu apa yang sedang aku lakukan sekarang? Berlari dan ketakutan. Apa itu juga bagian dari liburan?
Bintang, Jatuh
3624      1453     0     
Romance
"Jangan ke mana mana gue capek kejar kejar lo," - Zayan "Zay, lo beneran nggak sadar kalau gue udah meninggal" - Bintang *** Zayan cowok yang nggak suka dengan cewek bodoh justru malah harus masuk ke kehidupan Bintang cewek yang tidak naik kelas karena segala kekonyolannya Bintang bahkan selalu mengatakan suka pada Zayan. Namun Zayan malah meminta Bintang untuk melupakan perasaan itu dan me...