πππ
Lebih baik mencegah daripada mengobati. Karena, bila sudah mengalami hal buruk pasti akan tahu rasanya. Sehingga, kita harus menjaga diri sendiri dari situasi maupun kondisi yang ada di sekitar.
πππ
Auretta bangkit dari duduknya, lalu melangkah ke arah lemari pendingin yang ada di kantin itu. Sepertinya, ia memang membutuhkan air putih. Meskipun, sudah meminum susu cokelat pemberian Javian. Karena, air mineral menyegarkan sekaligus sehat untuk tubuh manusia. Sehingga, disarankan meminum air mineral setiap hari. Agar, tubuh bisa lebih sehat.
Semesta tersenyum, lalu bangkit dari duduk tanpa diduga melangkah ke arah Auretta. Membuat, gadis itu sedikit memiliki prasangka buruk pada Semesta. Terlebih, Auretta bisa melihat gelagat aneh dari senyuman Semesta.
"Ngapain lo ikut ke sini? Mau cari perhatian sama gue, ya?" Dengan percaya dirinya, Auretta mengatakan itu pada Semesta yang sudah berada di sebelahnya.
Semesta menoleh sembari tersenyum kepada Auretta. Kemudian, ia mengambil satu botol minuman yang ada di lemari pendingin. Membuat, Auretta sedikit malu lantaran merasa salah mengira ke Semesta. Apalagi, sekarang ia berada di tempat umum. Mungkin saja, banyak orang yang sedang memperhatikan dirinya.
"Gue cuma mau beli minum ini, kok." Semesta sedikit terkekeh sadar, bila Auretta salah sangka pada dirinya. Padahal, dirinya hanya ingin membeli minuman dingin. Akan tetapi, Auretta terkesan sudah berburuk sangka ia akan melakukan hal negatif.
Dari kejauhan, beberapa siswa serta siswi terlihat berbisik sembari terkekeh melihat serta menyadari Auretta telah salah menduga atas perbuatan Semesta. Namun, mereka sudah tidak kaget dengan tingkah Semesta yang kadang mengundang pemikiran buruk. Mengenal sifat cowok itu yang terkenal tengil.
Auretta sedikit tak nyaman, menyadari hal itu membuat dirinya cukup malu. Kemudian, memutuskan hendak kembali melangkah ke arah Javian, Januar, serta Caramel. Namun, tanpa diduga tubuhnya sedikit terkena dorongan seseorang yang baru datang.
Tak hanya itu, kini suasana cukup mencekam setelah Auretta tak sengaja terdorong seseorang. Lantaran, orang itu ternyata dihampiri gadis lain yang kesal padanya.
"Itu pantas lo dapatin, dasar pelakor! Lain kali, jangan sok kecantikan godain cowok gue! Sadar dirilah lo siapa di sekolah ini." Pertengkaran mulai tercipta pada dua gadis yang ada di dekat Auretta. Membuat, Auretta terdiam sembari memperhatikan perdebatan itu. Sedikit mulai tidak nyaman, takut bila dirinya larut dalam pemandangan itu.
"Gue nggak pernah berniat cari perhatian cowok lo, Ran. Lagipula, cowok lo kan emang baik ke semua orang. Jadi--" Dahlia mulai mencoba membalas perkataan Rani. Merasa tak seperti yang dituduhkan oleh Dahlia.
"Nggak sok ngeles gitu. Gue tahu, lo emang udah ngincer cowok gue dari awal sekolah di sini, kan? Nggak usah ngelak lagi! Dasar pelakor!" Rani mulai berani meninggikan suara tanpa peduli dengan tempat serta situasi yang ada. Padahal, sekarang ia berada di kantin. Yang notabene khalayak umum.
"Gue nggak pernah mikir buat merebut cowok lo, ya, Ran. Ingat itu! Mungkin, cowok lo yang sok cakep. Gue nggak minat sama cowok!" Pun, Dahlia mulai tak mau kalah berbicara dengan Rani.
Perdebatan itu semakin panas, nada tinggi saling bersautan membuat Auretta tidak nyaman. Diam-diam, ia mulai berkeringat seraya tangannya bergetar. Ingin rasanya pergi dari sana. Akan tetapi, tubuhnya seakan tidak mau bergerak. Ditambah, kepalanya mulai pusing mendengar perdebatan di depan matanya secara langsung.
Semesta sadar dengan kondisi Auretta, lalu menarik Auretta untuk menjauh dari sana. Tahu, sepertinya Auretta memang tidak baik-baik saja.
Dari kejauhan, Javian serta Januar tampak bingung dengan situasi yang ada. Lalu, mencari keberadaan Auretta.
"Retta di mana, Jav? Bukannya, tadi ada di dekat dua orang yang lagi bertengkar itu?" Januar mulai khawatir dengan keadaan Auretta. Sadar, bila adiknya tidak boleh berada dalam situasi tegang serta penuh perdebatan. Itu bisa membuat kondisi Auretta menjadi buruk.
Javian bangkit dari duduknya, mulai mencari keberadaan Auretta. Juga merasa khawatir dengan kondisi kekasihnya itu. Karena, tahu apa yang dialami Auretta bila dalam situasi seperti sekarang. Sehingga, Auretta harus dijauhkan dari sana. Akan tetapi, sekarang kekasihnya sudah tidak ada di sana.
Semesta memperhatikan kondisi Auretta yang bersandar pada tembok seraya seperti menenangkan diri. Diam-diam, ia paham apa yang dirasakan oleh Auretta. Sepertinya, gadis itu memang tidak boleh berada dalam situasi tegang serta tertekan. Terlebih, bila mendengar perdebatan maupun teriakan yang berlebihan.
"Sekarang lo minum dulu yang ada di tangan lo, habis itu langsung balik ke kelas aja. Soalnya, bel jam istirahat selesai juga bentar lagi bunyi. Jangan pikirin atau keributan di kantin tadi." Semesta seakan menenangkan Auretta yang masih diam sembari mencoba menenangkan diri.
Perlahan, Auretta menuruti perkataan Semesta tanpa sadar. Kemudian, mulai bisa tenang terlihat gadis itu langsung beralih menatap tajam Semesta. Namun, setelah itu Auretta langsung melangkah pergi meninggalkan Semesta tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Pun, Semesta tak habis dengan sikap Auretta. Akan tetapi, ia rasa kondisi gadis itu sudah membaik. Ia seperti tahu, apa yang sebenernya dirasakan oleh Auretta. Dan itu, cukup berbahaya bila tidak ditangani dengan baik.
πππ
Auretta sudah sampai di kelasnya. Duduk manis menunggu jam istirahat selesai. Berharap, teman kelasnya tidak ada yang sadar bila dirinya sedang tidak terlalu baik. Karena, sekarang tangannya masih bergetar akibat melihat kejadian perdebatan di kantin. Meskipun, sudah tidak secepat tadi getarannya.
"Lho... Kok udah di kelas aja, Ret. Padahal, tadi gue liat lo di kantin. Tiba-tiba udah di sini, kayaknya tadi Kak Javian nyariin lo. Dikira lo ilang kali, ya. Gara-gara ada keributan di sana." Cherry, teman sekelas Auretta yang sudah mulai akrab dengan Auretta.
Auretta berusaha fokus, agar dirinya tidak terlihat bergetar di depan temannya. Kemudian, ia menoleh ke arah Cherry sembari tersenyum. "Ah... Iya, kebetulan gue kebelet jadi ke toilet pas mulai ada keributan. Jadi, lupa kasih tau Kak Javian sama Kak Januar."
Cherry mengangguk paham, karena perkataan Auretta memang cukup menyakinkan. Lantaran, bila sudah merasakan ingin buang air kecil memang harus segera ke toilet. Dan, wajar saja lupa memberitahu orang lain.
"Nanti biar gue chat Kak Javian sama Kak Januar. Soalnya, kalo ke kantin sekarang malah bakalan buang waktu. Bel jam istirahat juga udah mau bunyi." Auretta mencari alasan, karena tak mau ke kantin. Tahu, bila mungkin di sana masih terjadi perdebatan yang membuat dirinya ketrigger. Itu tidak baik untuknya. Ia memang harus menghindari seperti perdebatan, pertengkaran, pertikaian, atau semacamnya.
Tak mau membuat temannya curiga. Auretta beralih mengambil ponsel miliknya untuk menghubungi Javian serta Januar. Agar, kedua orang terdekatnya itu tidak khawatir. Setelah itu, ia bisa fokus dengan apa yang ada di kelas. Seperti kembali belajar sama dengan yang lain.
Di tempat lain, Semesta kembali duduk menghampiri sahabat-sahabatnya. Meskipun, situasi di sana masih belum terlalu kondusif. Sehingga, Semesta mengajak semua sahabatnya pergi dari kantin. Mereka kembali ke kelas.
"Gue liat tadi lo narik tangan anak baru itu, Ta. Kok tiba-tiba lo balik sendirian, sih. Dan, apa lo nggak takut ada masalah lagi sama Javian. Soalnya,--" Perkataan Hansean terpotong.
"Nggak. Lagipula, gue cuma mencegah hal yang mungkin akan lebih parah terjadi. Gue cuma nolong ceweknya Javian. Soalnya, dia keliatan nggak nyaman ada di dekat orang ribut." Semesta memberi alasan yang logis. Agar, tidak ada kecurigaan dirasakan sahabatnya.
"Bisa-bisanya berantem di kantin yang lagi rame kayak tadi. Nggak malu apa, ya? Mana ribut karena rebutan cowok." Haikal mengingat apa yang sudah terjadi sebelumnya.
Harlan tersenyum. Mengingat cukup paham dengan situasi yang ada. "Bukannya udah sering kejadian rebutan cowok. Padahal, cowoknya juga biasa aja."
Semesta terkekeh mendengar perkataan Harlan. Tidak salah, karena memang cowok yang diperebutkan Dahlia serta Rani seperti yang dikatakan Harlan. Akan tetapi, ia heran mereka bertengkar di tempat umum. Itu menganggu orang lain. Apalagi, tidak semua orang punya kondisi mental yang baik.
"Nggak terlalu berprestasi juga. Aneh emang harus ngerebutin cowok kayak gitu. Bikin heboh satu kantin. Kan, bikin kepala pusing sekaligus telinga sakit dengar teriakan sama keributan cewek-cewek tadi." Hansean mengingat betapa chaos-nya situasi di kantin tadi.
Semesta terdiam, teringat serta tanpa sadar memikirkan kondisi Auretta. Untung saja, gadis itu cukup bisa mengendalikan diri. Walaupun, masih terlihat tubuhnya berkeringat serta bergetar.
Semoga dia udah lebih baik.
"Woi! Kok jadi diam, sih, Ta?" Hansean menepuk bahu Semesta. Sadar, bila sahabatnya seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Hah?"
- To Be Continue -