Tiba Tiba Cinta Datang
Terlihat beraneka ragam bunga bermekaran dihalaman rumah.Tanpa memiliki rasa malu seekor lebah menghisap madu dari benangsari yang dimiliki oleh bunga-bunga itu. Di hari yang cerah terlihat seorang gadis yang berusia sekitar 19 tahun sedang menyirami bunga-bunga dihalaman rumahnya, panggil saja dia Dian. Ditengah asiknya dia bermain dengan bunga-bunga itu, terdengar suara yang begitu pelan dari dalam rumah.
"Sepertinya kamu gak bisa jauh ya dari bunga. Terutama....dengan bunga mawar.” kata Haris, sosok laki-laki tampan yang usianya selisih dua tahun lebih tua dari Dian.
“Iya lah kak. Kak Haris harus tau bahwa bunga mawar adalah lambang dari rasa cinta dan kasih sayang.” sambung Dian sambil menyentuh beberapa bunga mawar yang letaknya tidak jauh dari keberadaannya.
“Apapun itu alasannya, yang pasti aku gak suka bunga itu. Masih banyak bunga yang lebih indah dibanding bunga mawar. Misalnya bunga tulip, bunga kamboja, dan masih banyak bunga lainnya. Kamu juga jangan lupa, sebenarnya aku gak suka dengan adanya bunga mawar dihalaman rumah ini. Karena ibu yang meminta menanam bunga itu, ya....apa boleh buat.” papar Haris hingga membuat Dian terlihat pasrah.
“Dian beri tau ya, gak cuma Dian aja kok yang suka dengan bunga mawar, diluar sana banyak orang yang suka bunga ini. Apakah kakak tau kalau Kak Rani, tetangga baru kita didepan rumah juga suka? Lihat aja dihalaman rumahnya penuh dengan bunga mawar.” cerocos Dian sambil menunjuk ke arah depan rumah.
“Rani??? Tetangga baru??? Sejak kapan dia tinggal didepan rumah kita? Kok aku gak pernah tau ya.” pertanyaan Haris yang tiada henti
“Astaga... Jadi kakak gak tau kalau ada tetangga baru didepan rumah?? Ya ampun.... dia itu udah sebulan lebih tinggal didepan rumah. Dia juga lumayan sering main ke rumah kita. Kak Haris sih menghabiskan waktu luangnya cuma dikamar aja.” kata Dian sambil berjalan menuju dalam rumah. Haris yang masih terlihat kebingungan tentang tetangga barunya, pada akhirnya dia mengikuti Dian sambil melontarkan beberapa pertanyaan. Tetapi Dian justru menjawab dengan candaan.
*****
Tidak terasa jam menunjukkan pukul 10 pagi. Pada saat itu terlihat Haris sedang memainkan gitar kesayangannya di kamar, sedangkan Dian sedang menonton acara di televisi di ruang keluarga. Mereka terlihat santai sambil menikmati hari libur meski hanya sehari. Beberapa menit kemudian Haris keluar kamar dan berjalan menuju ruang makan. Tiba-tiba....
“Dian!! Untuk apa kamu menaruh bunga mawar dimeja makan?? Aku kan udah pernah bilang jangan membawa bunga itu ke dalam rumah....” teriak Haris yang membuat Dian merasa terganggu. Tidak lama kemudian Dian menghampiri Haris.
“Ada apa sih kak, siang-siang gini teriak-teriak...” ucap Dian. Haris hanya menjawab lewat isyarat matanya. Dian yang melihat kode keras dari mata Haris segera melihat kearah meja makan.
“Astaga...Jadi hanya karena bunga mawar Kak Haris sampai teriak-teriak gini. ..Yang membawa bunga ini bukan aku, kak, tapi...” belum selesai Dian berbicara tiba-tiba ada yang memotongnya dari arah kamar mandi.
“Aku yang menaruh bunga itu disini. Daripada aku bawa ke kamar mandi lalu basah kena air, makanya aku taruh disini.” ucap seorang gadis dengan suara lemah lembut.
“Tuh kakak denger sendiri kan, bukan aku yang menaruh dsini. Ayo Kak Rani kita lanjutkan lagi nonton filmnya. Adegannya makin bagus nih.” kata Dian sambil berjalan menuju ruang keluarga. Haris pun tidak henti menatap gadis yang ada dihadapannya.
“Gak seharusnya kamu benci dengan bunga mawar. Kamu harus tau satu hal, bahwa bunga mawar adalah bunga yang sangat spesial. Setiap warna yang dimiliki oleh bunga mawar memiliki arti dan maknanya masing-masing.” tiba-tiba saja gadis yang berada dihadapan Haris melontarkan kata-kata yang sangat berkesan. Rani mengambil bunga mawar yang ada diatas meja kemudian berjalan menuju ruang keluarga lalu tidak lama kemudian gadis itu pamit pulang.
“Yah... Kak Rani kok pulang...” tanya Dian sambil memperlihatkan wajah sedihnya.
“Rumah kita kan berdekatan, jadi kapanpun aku bisa main kesini, begitu juga dengan kamu. Ya udah aku pulang dulu ya. Dah...” kata Rani dengan memperlihatkan wajah yang terlihat manis. Dian pun membalas dengan tersenyum. Haris yang dari tadi melihat Rani dari arah kejauhan kini menghampiri Dian sambil melihat kepergian Rani.
“Ehemm.. ehemmm... Ada yang suka sama Kak Rani nih...” canda Dian sambil mengangkat kedua alisnya.
“Siapa juga yang suka sama dia... Aku cuma kaget aja dia tiba-tiba ada disini.Tadi siapa namanya? Rani? Rani tetangga baru kita itu kan?” tanya Haris tiada henti.
“Ya ampun... Banyak banget pertanyaannya.. Iya udah aku jawab ya.. Iya dia Kak Rani, tetangga baru kita. Katanya sih dia anak pindahan.” jawab Dian santai. Kemudian Dian berkata lagi kepada Haris sambil mengedipkan salah satu matanya. “Hmmm sepertinya Kak Haris jatuh cinta pada pandangan pertama ya...”
Haris tidak menjawab pertanyaan dari Dian. Dia hanya menggelengkan kepala dan memperlihatkan wajah yang asam sambil berjalan menuju kamarnya.
*****
Hari telah berganti. Cuaca tetap sama dengan hari sebelumnya, sangat terlihat cerah. Terlihat Haris sudah berpakaian rapi. Berbeda dengan Dian, dia masih memakai pakaian tidur sambil membaca majalah yang telah dibeli beberapa hari yang lalu.
“Dian... Aku berangkat dulu ya. Ingat ya, meskipun kuliahnya masuk siang, tetap jangan siang-siang kalau sarapan. Jangan malas-malas. Oke...” kata Haris sambil melangkah menuju luar rumah. Dian pun hanya membalasnya dengan kata “iya”.
Beberapa menit sudah berlalu. Tidak terasa Haris telah sampai di parkiran kampus. Dia pun melangkah menuju gedung fakultas manajemen, tempat Haris belajar. Tiba-tiba dia melihat sekilas sosok wanita yang berada disampingnya. Dengan percaya diri dia langsung mendekat kearah wanita itu. Kemudian...
“Aku baru tau kalau kamu ternyata juga kuliah disini.” pembicaraan awal Haris kepada wanita itu. Lantas wanita itu menoleh kearah sumber suara yang ternyata berada tepat disampingnya.
“Hai... Aku pikir siapa..” respon wanita itu yang tidak lain adalah Rani.
“Aku gak nyangka kalau kita bisa bertemu lagi disini. Oh iya, kita belum kenalan ya. Perkenalkan namaku Haris.” kata Haris sambil mengulurkan tangannya.
“Rani.” jawab wanita itu dengan tersenyum.
“Kalau gak salah, kamu anak pindahan ya. Karena cita-cita kamu ingin jadi dokter, mangkanya kamu melanjutkan pendidikan di kedokteran. Apa benar gitu?” ucap Haris sambil berjalan menelusuri jalan.
“Sepertinya kamu udah tau banyak tentang aku.” respon Dian. Tapi Haris mengelaknya. “Gak juga sih. Kita kan baru dua hari ketemu. Tapi... Dian udah bercerita sedikit tentang kamu.”
“Hmmm... Ayah dan ibuku sibuk kerja diluar kota. Selama mereka sibuk dengan kerjaannya, aku tinggal bersama paman dan bibi di daerah Jakarta Selatan.” penjelasan dari Rani yang membuat Haris bingung.
“Dan kebetulan saudara aku yang ada di Bekasi udah menyelesaikan kuliahnya, mangkanya dia balik kesini. Karena aku gak sendirian lagi, aku balik ke rumah dan meninggalkan paman-bibi.” jawab Rani. Belum sempat Haris menjawabnya, Rani langsung mengalih topik pembicaraannya.
“Maaf ya, aku harus cepat-cepat masuk ruangan. Sebentar lagi perkuliahannya dimulai.” kata Rani sambil melihat jam tangan kesayangannya. Tanpa berfikir panjang Rani langsung saja meninggalkan Haris sendirian. Tidak lama, Haris pun cepat-cepat menuju ruangannya karena beberapa menit lagi perkuliahannya juga akan dimulai. Dia berfikir akan lebih baik pembicaraannya dilanjutkan sepulang kuliah nanti.
*****
Dua jam telah berlalu. Haris sudah berada diluar kelasnya. Dia sedang mencari gedung fakultas kedokteran. Namun tidak sampai setengah jam akhirnya Haris menemukan batang hidung Rani didekat taman kampus.
“Mau pulang ya? Bareng aja yuk. Kalau nunggu taksi atau ojek, pasti lama. Lagipula rumah kita kan berdekatan, jadi kamu bisa bareng aku.” ajak Haris. Dian pun hanya menjawab dengan menggelengkan kepala.
“Gak baik loh menolak rejeki.” sambung Haris. Dengan ragu tapi pasti akhirnya Rani menerima ajakan Haris. Tidak lama kemudian sepeda yang dinaiki Dian dan Haris siap untuk melaju ke arah pulang. Ditengah perjalanan mereka terlihat semakin akrab. Beraneka topik yang mereka bicarakan membuat mereka bisa mengenal satu sama lain. Sampai pada akhirnya Haris menghentikan sepedanya didepan taman dekat pusat kota. Lalu mengajak Rani untuk masuk ke taman.
“Untuk apa kita berhenti disini?” tanya Rani dengan wajah bingung.
“Aku ingin mengajak kamu kesini karena ada yang aku perlihatkan ke kamu. Banyak orang bilang bahwa bunga mawar adalah bunga yang sangat istimewa, bunga yang paling indah. Tapi coba kamu lihat. Beraneka ragam bunga terlihat di taman ini. Ada bunga melati, sepatu, matahari dan masih banyak lagi. Dan lihat, bunga-bunganya juga indah.” papar Haris.
“Selain bunga mawar memang masih banyak bunga lainnya yang lebih indah. Tapi menurutk aku, bunga mawar adalah bunga yang unik. Dia memiliki banyak warna. Beda warna bunga, maka beda pula arti bunga yang tersimpan di dalamnya. Misalnya, warna merah menunjukkan gairah yang mendalam, putih menyiratkan kesan elegan, dan emas menggambarkan sebuah kegembiraan. Selain itu, jumlah bunga juga memilki arti tersendiri untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang yang menerima bunga tersebut.” Mendengar penjelasan dari Rani, hati Haris pun tersentuh. Dia sangat kagum dengan sosok wanita dihadapannya itu. Detik demi detik telah berlalu, mereka terus saja membahas keindahan bunga mawar. Sampai pada akhirnya tidak terasa hari makin siang dan mereka pun memutuskan untuk pulang dengan membawa cerita.
*****
Dua bulan telah berlalu. Kini Haris dan Rani terlihat sangat akrab. Haris menyadari bahwa hatinya tersentuh sejak pertama kali melihat Rani. Bunga mawar yang selalu menjadi kebanggaan Rani dan Dian, membuat Haris penasaran. Dia begitu sangat terkesan dengan kata-kata yang pernah terlontarkan dari mulut Rani. Berbagai cara telah dia lakukan untuk menghilangkan rasa takut dengan bunga mawar. Setiap saat dia bertanya kepada Dian, adik sepupunya, mengenai arti bunga mawar. Melihat sikapnya yang sangat tidak menyukai bunga mawar, kini Haris belajar untuk berani dan mempelajari makna dari bunga itu. Sampai pada akhirnya Haris menemui Rani disebuah taman dekat pusat kota.
“Rani...” panggil Haris.
“Haris?? Tau dari siapa kalau aku ada disini?” tanya Rani dengan wajah bingung.
“Tadi aku ke rumah kamu dan ketemu dengan saudara kamu, dia bilang kalau kamu ke taman dekat kota. Makanya aku kesini.” ucap Haris pelan.
“Ada perlu apa kamu temui aku? Kok ngabari aku dulu? Kalau ngabari aku dulu kan kamu gak perlu jauh-jauh kesini. Terus itu untuk apa kamu bawa bunga mawar? Bukannya kamu takut dan gak suka dengan bunga mawar ya?” tanya Rani sambil menatap Haris dengan rasa penasaran yang begitu hebat.
“Aku udah gak takut lagi dengan bunga mawar. Selama ini aku belajar untuk menghadapi rasa takut itu. Dan itu semua karena kamu. Bunga ini mengajarkan aku tentang banyak hal, tentang cinta, kasih sayang, dan kehidupan. Kamu benar, gak seharusnya aku takut dengan bunga ini hanya karena jariku pernah terluka karena duri yang ada ditangkainya. Dan gak seharusnya aku menanamkan rasa takut ini didalam hatiku. Terima kasih banyak karena kamu udah mengajarkan aku dalam segala hal lewat bunga mawar. Tapi, kamu harus tau bahwa ada bunga mawar yang jauh lebih indah dibanding bunga yang aku bawa ini. Bunga mawar itu adalah kamu. Dan aku tertarik dengan bunga itu.” perkataan Haris membuat Dian terkejut, kemudian Haris melanjutkan pembicaraannya.
“Hmmm maaf, aku hanya ingin mengutarakan isi hatiku. Kamu gak perlu terlalu memikirkan perkataan aku tadi. Aku hanya ingin kamu tau perasaanku ke kamu. Dan kamu gak perlu terburu-buru untuk menjawabnya. Dengan kejadian ini, aku harap kita masih tetap seperti dulu. Tetap berteman dan saling membantu.Ya udah kita jalan-jalan yuk sambil mengelilingi taman ini dan menikmati indahnya taman kota.” Haris berusaha mengalih pembicaraannya sambil berjalan menelusuri taman itu. Rani hanya bisa terdiam seribu bahasa. Entah apa yang dia pikirkan saat itu. Untung saja Haris bisa mencairkan suasana yang sempat membuat Rani tegang dan terkejut. Haris terus saja mengangkat pembicaraan dengan beraneka topik agar suasana tetap terlihat harmonis.
-THE END-