πππ
Perlahan, aku bisa menemukan sosok aslimu. Meskipun demikian, kamu penuh rahasia serta misterius. Namun, aku percaya kamu adalah orang baik yang dikirim untuk selalu menyemangati ku.
πππ
Libby kembali ke dalam ruangan. Sudah tak mau berkumpul dengan Mawar serta Yumika. Karena, menurutnya kedua orang itu sama-sama licik. Meskipun demikian, Yumika terlihat sangat polos di depan orang lain. Akan tetapi, Libby bisa merasakan bila saudara tirinya tidak sebaik dan polos seperti di depan umum.
Sepertinya, dia mulai sekarang harus lebih waspada bila berdebat dengan Mawar. Tahu, mungkin diketahui wanita licik memiliki banyak rencana jahat tanpanya. Ia juga harus cerdik, saat menghadapi Mama tirinya. Agar, tidak akan kalah maupun berakhir tidak baik.
Pun, dia yakin Mawar memiliki rencana jahat terhadapnya. Karena, mungkin menginginkan harta yang dimiliki orang tuanya. Padahal, wanita licik itu sudah menjadi istri sah Papanya. Meskipun demikian, mendapatkan posisi itu mungkin dengan licik. Akan tetapi, Mawar tetap takut tidak mendapat apapun dari Bimo. Sadar, bila hampir semua aset yang dimiliki Bimo adalah aset bersama Arini. Mama kandung Libby.
Namun, Libby tidak akan membiarkan Mawar bisa mendapatkan keinginannya itu. Lagi pula, itu cukup lega karena semua aset Mamanya sudah aman dijaga orang kepercayaan. Aksa.
Libby kembali berbaring sambil memikirkan banyak hal. Tahu, bila ke depannya mungkin hidupnya tidak akan tenang. Mawar pasti akan terus mengganggunya. Sampai mungkin Libby menyerah.
Libby tak tahu, apakah Mawar tahu tentang trauma yang dialami Libby atau tidak. Oleh karena itu, ia harus tetap waspada terhadap segala hal yang akan terjadi. Karena, Mawar lama kelamaan bisa mengetahui tentang gangguan kecemasan yang dialami Libby. Mawar pasti akan memanfaatkan kondisi itu. Sedari dulu, Libby selalu diam sekaligus mengalah. Bahkan, terkesan pasrah menerima segala kata kasar dan tuduhan tak benar yang diberikan padanya. Namun, sekarang ia tak mau diam lagi. Itu bisa sedikit membuatnya lebih mengurangi rasa takut yang selama ini dialami.
Ia baru sadar, seharusnya membawa minuman untuk perlengkapan di kamar. Namun, tadi saat di dapur hanya meminum air sekelas. Kemudian, ia berpikir untuk kembali ke dapur. Meskipun begitu, dia tahu pasti akan bertemu Mawar dan Yumika. Akan tetapi, saya yakin bisa mengatasinya.
Perlahan, Libby mulai menuruni anak tangga rumahnya. Kemudian, menuju dapur lebih tepatnya ke arah lemari pendingin untuk mengambil air putih. Ia mengambil satu botol untuk dibawa ke dalam ruangan.
Sesekali Libby melirik ke arah Mawar yang masih duduk sambil bercengkrama dengan Yumika. Bahkan, terlihat seperti sedang berbisik-bisik marah. Namun, tidak mau peduli dengan apa yang dilakukan dua orang itu.
Saat masih berada di dapur hendak membawa minuman. Bimo masuk ke rumah, baru pulang dari kantor dengan wajah lelahnya. Kemudian lelaki itu menghampiri Mawar dan Yumika.
Terlihat senyum kemenangan dari wajah Mawar saat suaminya langsung menghampirinya. Seperti, tanpa melihat atau mempedulikan ada sosok Libby yang memperhatikan interaksi keluarga itu.
Libby menghela napas, berusaha tak peduli. Meskipun begitu, dalam hati sesak karena harus melihat Papanya lebih peduli serta memperhatikan keluarga barunya. Padahal, ada Libby yang merupakan anak kandungnya menatap pemandangan itu.
"Papa pasti capek banget ya. Habis ini, mending istirahat aja. Biar, badan Papa lebih fresh nggak di pegal." Yumika tersenyum manis, seraya memberikan perhatian pada Bimo. Papa tirinya.
Bimo tersenyum, lalu mengelus lembut kepala Yumika. Itu cukup membuat hati Libby semakin sesak. Seharusnya, Libby juga sekaligus merasakan hal yang sama seperti Yumika dari Bimo. Hanya saja, hal itu tidak mungkin terjadi. Mengingat betapa bencinya Bimo kepada Libby.
Sehingga, dengan sadar diri serta Libby melangkah menaiki tangga anak sambil membawa satu botol berisi air putih ke arah kamarnya. Ia tak mau lagi melihat pemandangan yang bisa menyakiti hatinya.
Libby diam-diam masih mendengar percakapan yang terjadi antara Bimo, Mawar, serta Yumika. Ia harus memiliki banyak rasa sabar. Agar, hatinya tidak terasa sesak.
"Harusnya, Papa nggak perlu repot-repot beli Pizza segede ini buat aku. Soalnya, udah malam juga. Pasti ini mahal sekaligus enak. Aku nggak akan bisa habisin Pizza ini cuma bareng Mama. Kita tadi juga sudah makan malam." Yumika dengan nada bicara ceria. Senang mendapatkan makanan dari Bimo. Papa tirinya.
Bimo menyenggingkan senyum, sadar bila Yumika memang tidak pernah meminta apapun secara berlebihan. Akan tetapi, ia senang memiliki anak pintar serta penurut. Berbeda dengan Libby, anak kandungnya yang pembangkang. Tidak mau menuruti kemampuannya. Terlebih lagi, ia membenci gadis itu sedari kecil karena merupakan penyebab kematian istrinya.
"Nggak apa-apa, itu kan emang Papa sengaja beli buat kamu sama Mama. Jadi, habisin aja kan udah dibeli." Bimo tak berhenti menunjukkan senyuman pada Yumika. Tahu, bila anak tirinya memiliki sifat baik hati. Tak mau memanfaatkan sekaligus merepotkan dirinya sendiri.
"Hm... Gimana kalo kita makan bareng aja, Pah. Sekalian, makan sama Libby. Biar, nanti Pizza-nya gak sisa banyak." Yumika tersenyum sambil melirik ke arah Libby yang masih berada di anak tangga rumah itu.
Libby tahu, bila Yumika pasti sengaja mengatakan hal seperti itu. Agar, terlihat semakin baik di depan Bimo. Ia sudah tidak kaget dengan apa yang dikatakan saudara tirinya itu.
memandang Bimo lalu beralih ke arah Libby. Sedari tadi, ia tak sadar bila anak kandungnya berada di sana. Karena, dia sibuk bercengkrama dengan keluarga barunya. Kadang-kadang, saya merasa sedikit takut dengan Libby. Namun, mengingat sifat anaknya sering melawannya membuat dirinya kesal.
"Mama setuju, lagian Pizza-nya nggak mungkin habis di makan kita bertiga. Libby juga pasti mau makan bareng kita." Mawar tersenyum licik sambil menatap Libby yang masih memegang tangga.
Dasar tukang cari muka. Bisa-bisanya, Papa selalu ketipu sama kelakuan mereka berdua. Padahal, niat mereka tidak baik untuk Papa.
Ingin rasanya, memberitahu serta menyakinkan Papanya. Bila Mawar maupun Yumika bukan orang baik. Namun, itu tidak mungkin dikatakan karena Libby belum memiliki bukti kuat. Pasti Mawar akan mengelak tenaga. Justru, bisa saja memutar balikkan fakta.
Sehingga, lebih baik diam lebih dulu sambil mencari bukti kuat tentang niat licik yang dimiliki Mawar. Mama tirinya. Karena, ia percaya sebuah kejahatan pasti akan terbongkar.
Libby beralih menatap ke arah Yumika, Mawar, serta Bimo. Lalu, sedikit menyunggingkan senyuman. "Hm... Maaf. Kebetulan saya sudah kenyang. Jadi, kalian aja yang makan. Izin."
Libby kembali melangkahkan kaki menuju kamar. Tak mau bergabung dengan keluarga baru Papanya. Tahu, penawaran tadi palsu akan membuat mereka berdua terlihat baik di mata Bimo. Papanya.
Meskipun sebenarnya dia merasa sedih serta sakit hati melihat kebahagiaan Papanya dengan keluarga baru seperti tanpa perkiraan ada. Akan tetapi, ia tak boleh larut dalam kesedihan. Dirinya harus kuat, karena semua akan indah pada waktunya.
Kini, ia hanya membutuhkan kesabaran untuk melawan segala rintangan hidup. Melawan kejahatan yang akan semakin kuat. Namun, semua itu pasti bisa dilalui dengan baik. Karena, hasil tidak akan merusak usaha.
πππ
Udara segar, masih bisa dirasakan saat dalam perjalanan sekolah. Akan tetapi, bila belum terlalu siang. Atau, kita ke sekolah menggunakan sepeda maupun jalan kaki. Berbeda, bila menggunakan kendaraan pribadi seperti motor dan mobil.
Libby harus cukup berdesak-desakan saat pergi ke sekolah menaiki angkutan umum. Karena, ia memang tidak diberikan fasilitas oleh Papanya. Padahal, bisa saja ikut berangkat bersama Yumika serta Papanya. Hanya saja, ia cukup sadar diri bila Bimo tidak mau mengantar Libby sampai ke sekolah. Berbeda dengan apa yang diberikan pada Yumika. Sister tiri Libby, selalu mendapatkan segala perhatian dari Bimo. Papa Libby.
Lelaki paruh baya itu benar-benar seperti sudah memiliki perasaan. Anak kandungnya tidak pernah diberi kasih sayang maupun fasilitas. Padahal, dia tahu Libby membutuhkan hal itu. Namun hatinya sudah tertutup rasa benci karena hal yang belum tentu benar dilakukan Libby. Oleh karena itu, seharusnya dia berpikir anaknya tidak akan membuat orang tuanya sial. Yang pasti, hal buruk yang terjadi sudah menjadi takdir.
Saat saja baru turun dari angkutan umum. Libby melihat bila Sera serta Razel juga baru sampai di sekolah. Ia tersenyum, senang interaksi melihat kakak beradik itu.
Akan tetapi, ia tak langsung menghampiri Sera maupun Razel. Karena, takut ada yang berpikir dirinya sedang mencari perhatian Razel. Ia berpikir seperti itu karena sering berkumpul di sini dari beberapa siswi yang terlihat menyukai Razel. Kakak Sera.
Ia melangkahkan kaki menuju kelasnya. Kemudian, duduk mempersiapkan segala hal yang diperlukan untuk belajar.
Sera langsung menghampiri Libby yang sudah duduk di bangkunya.
πππ
Di sisi lain, baru saja Razel membuka loker miliknya. Ia menemukan botol berisi gulungan sticky note seperti yang pernah didapat. Diam-diam, ia membuka botol serta membuka pesan yang ada di kertas itu.
Semua hal mungkin tidak akan mudah dijalani. Karena itu, pasti ada hambatan yang menghadang. Rasa sakit mungkin akan dirasakan lebih awal daripada bahagia. Namun, percayalah semua akan indah pada waktunya. Tetap tersenyum! Jangan pernah menghilangkan senyuman manismu itu!
- Manito (G) -
Selesai membaca catatan pada catatan tempel. Razel memasukan benda-benda itu ke dalam tasnya. Karena, dia akan menyimpan di rumahnya. Kemudian, akan mulai mencari tahu siapa sosok teman rahasianya itu. Berharap, orang itu seperti apa yang ada di pikirannya.
Razel mencoba memperhatikan sekitarnya. Melirik kanan serta kirinya, tidak ada yang terlihat mencurigakan. Di sana memang belum terlalu banyak murid yang datang. Akan tetapi, dia bingung kenapa orang misterius itu bisa memasukan benda itu ke dalam loker miliknya. Padahal, tempat itu ada kode untuk membukanya. Ia pikir, apa mungkin pernah ada yang melihat dirinya membuka loker. Atau, dia memberikan kode rahasia lokernya pada orang lain. Tapi seingatnya, tidak ada yang mengetahui. Apalagi Sera juga tidak pernah diberitahu oleh Razel.
Sepertinya, ada kemungkinan ada seseorang yang memang memperhatikan segala aktivitas Razel. Sehingga, mengetahui kode loker milik pria itu. Namun, dia tidak bisa mengirimi siapa pun sekarang. Karena, tidak memiliki bukti atau petunjuk apapun.
Namun, Razel cukup lega bila teman rahasianya terlihat bukan merupakan orang jahat. Justru, sebaliknya selalu memberikan dukungan padanya.
Tak mau terlalu larut memikirkan siapa sosok dibalik teman rahasianya sekarang. Karena itu, ia harus fokus belajar terlebih dahulu.
- Akan Dilanjutkan -