Loading...
Logo TinLit
Read Story - MANITO
MENU
About Us  

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

Jalani semuanya sebaik mungkin. Itu bisa menentukan apa yang kita dapatkan. Sehingga, semua akan berakhir dengan indah. Kita perlu melalui semua rintangan yang ada dengan baik. Karena, sebuah hasil tidak akan mengkhianati usaha.

 

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

 

Teman rahasia Razel selalu memberikan pesan berisi dukungan. Itu yang membuat Razel berpikir tidak ada ditakutkan. Terlebih, ia memang yakin teman bertukar chat rahasianya bukan orang jahat. Sehingga, ia akan mencari tahu sosok asli orang itu. Mungkin, bisa dijadikan teman maupun saudara.

Sembari fokus pada pelajaran, ia sesekali memperhatikan teman sekelasnya. Sedikit ingin mencari tahu mungkin teman rahasianya salah satu siswa maupun siswi kelasnya. Namun, tidak ada yang mencurigakan atau pantas dicurigai. Sehingga, Razel pikir mungkin orang itu bukan berasal dari kelasnya.

Saat jam istirahat di mulai, seperti biasa Razel memutuskan untuk ke kantin bersama Helga serta Januar. Kemudian, ia menghampiri Sera dan Libby. Tahu, bila adiknya ingin makan bersamanya.

"Udah pesan aja lo, Dek." Helga tersenyum, seraya menatap Sera. Sembari memperhatikan makanan yang ada di meja adik dari Razel.

Sera tersenyum, tak kaget dengan perkataan Helga. Sedikit tahu sifat cowok itu yang sudah cukup lama menjadi teman Razel. "Udahlah, Kak. Kalo sampai terlambat datang ke kantin. Bakalan ngantri lama sekaligus panjang. Jadi, tadi pas bel istirahat bunyi langsung ke sini."

Helga tertawa ringan. "Tahu aja, kalo kantin sini selalu rame. Jadi, langsung datang paling cepat. Harusnya, tadi lo sekalian pesenin gue. Biar, gue nggak perlu antri makanan sama minuman."

Sera menghela napas, sembari menatap Helga. "Mana gue tau, kalo kalian bakalan ke kantin apa, nggak. Lagipula, gue nggak tau juga makanan apa yang lo pengin."

Razel tersenyum, melihat ekspresi yang ditunjukan Sera. Adiknya. Benar perkataan Sera, karena tak tahu bila akan bertemu di kantin. Meskipun, memang mereka sering ke sana jam istirahat.

"Nggak perlu dengerin kata-kata Helga, kita bertiga udah pesan makan sama minum kok tadi." Razel sembari mengelus kepala Sera dengan lembut. Kakak beradik memang terkenal cukup memiliki kedekatan erat satu sama lain. Terlihat manis saat berinteraksi.

Libby tersenyum, sembari memperhatikan interaksi Razel dan Sera. Lalu, sesekali menatap Januar serta Helga. Ia memang tidak terlalu dekat dengan Januar maupun Helga. Hanya sekedar mengenal karena kakak kelasnya.

"Libby cuma pesan roti sama air mineral? Emang kenyang makan gitu doang?" Helga tersenyum, sembari memperhatikan tingkah laku Libby. Gadis itu terlihat manis di mata Helga.

Libby beralih menatap ke arah Helga. Kemudian, menyunggingkan senyum manisnya. "Kenyang kok, Kak. Lagipula, aku udah sarapan di rumah. Jadi, cuma beli roti sama air mineral aja."

"Padahal, gue udah tawarin buat beli makanan lain. Tapi, Libby nggak mau selalu nolak apa yang gue pilihin." Sera tampak sedikit kesal dengan sikap Libby itu. Walaupun, ia tak sahabatnya tak mau merepotkan dirinya.

Razel tersenyum, tahu sikap Libby memang seperti yang dibicarakan Sera. Adiknya. Tidak mau merepotkan orang lain. Meskipun, mungkin mereka sudah dekat satu sama lain. Namun, tidak mau berhutang budi. Mungkin, itu akan menjadi beban bagi Libby.

"Libby kayaknya nggak mau ngerepotin orang lain. Meskipun, mungkin lo udah dekat sama dia, Sera." Januar cukup paham dengan sikap Libby. Tidak jauh berbeda dengan karakter Auretta. Adiknya. Sehingga, ia sudah tidak kaget melihat Libby. Baik Auretta maupun Libby sedikit memiliki kemiripan. Hanya saja, Libby terlihat lebih kalem. Tidak seheboh Auretta.

Libby tersenyum, senang bila kakak kelasnya itu paham dengan apa yang dimaksudkan olehnya. Ia memang tidak mau menjadi beban orang lain. Meskipun, mereka memang sudah dekat satu sama lain. Ia tak mau sampai tergantung pada orang lain atau orang terdekatnya. Sehingga, lebih baik menolak secara halus dengan bantuan yang ditawarkan padanya. "Bukan nggak mau nerima tawaran orang lain. Tapi, selama aku bisa sendiri. Atau, merasa cukup dengan apa yang ku punya lebih baik menikmati itu dengan baik."

Razel diam-diam merasa salut dengan pemikiran yang dimiliki Libby. Karena, tidak semua orang memiliki pikiran seperti itu. Bahkan, kadang ada yang sengaja memanfaatkan kebaikan dari orang lain. Namun, Libby sangat berbeda dengan lainnya. Ia bangga, bisa mengenal gadis seperti Libby. Senang, Sera bisa bersahabat dengan Libby. Itu akan membawa dampak positif bagi adiknya.

"Gue harus banyak belajar dari lo. Nggak mau bergantung sama bantuan orang lain. Soalnya, kadang masih nerima suka rela tapi tetap bakalan balas budi sih kalo gue." Helga merasa dirinya belum sebijak Libby. Walaupun, tetap membalas kebaikan orang lain yang sudah membantunya. Namun, itu terasa tidak tulus.

Libby menyunggingkan senyum ke arah Helga. "Kakak juga udah lakuin hal yang baik. Semangat terus ya, Kak. Belum tentu, semua kayak Kak Helga. Soalnya, udah punya niat baik buat balas kebaikan orang yang udah bantu kakak."

Helga mengangguk, adik kelasnya itu benar-benar terlihat bijaksana. Pantas saja, bila termasuk siswi berprestasi. Meskipun, mungkin bukan peringkat pertama. Namun, dari cara berbicara serta berpikir sudah sangat terlihat bila gadis itu terpelajar. Tidak diragukan lagi kecerdasannya. Mungkin, hanya butuh waktu itu menjadi yang terbaik diantara yang lain.

"Cara berpikir lo beneran luas. Nggak semua orang punya hal itu." Januar tahu, Libby memang cukup pandai di sekolah itu. Sehingga, tak kaget mendengar perkataan bijaksana gadis itu.

"Makasih, Kak. Aku juga masih terus belajar biar nggak salah jalan. Atau, mungkin salah melangkah. Soalnya, kadang memang banyak hal bisa bikin kita lupa yang harus dilakukan." Libby akan selalu berusaha menjadi orang baik. Meskipun, mungkin tidaklah mudah. Terlebih, mengingat bila dirinya sejak dulu selalu dianggap anak tidak berguna sekaligus membawa kesialan. Namun, ia merasa tidak seperti yang dituduhkan. Sehingga, akan membersihkan nama baiknya dengan caranya sendiri.

Kini, mereka berlima menikmati makan serta minuman masing-masing. Karena, waktu istirahat tidak terlalu lama. Sehingga, harus pandai memanfaatkan waktu.

"Nanti sore, kita jadi belajar bareng kan, Zel? Soalnya, lebih cepat makin baik buat kita. Lagipula, ujian udah makin dekat. Jadi, harus persiapan lebih awal." Helga serasa semangat untuk bisa belajar bersama Razel dan Januar. Agar, dirinya bisa mendapatkan nilai baik saat ujian.

Razel mengangguk, sembari menikmati makanan serta meminum es tehnya. Kemudian, beralih menatap Helga. Sahabatnya. "Jam 4 sore aja, Ga. Di rumah gue, Januar juga udah setuju. Biar, nggak terlalu jauh dari rumah lo maupun Januar. Soalnya, rumah gue ada di tengah. Adil buat kita semua."

Helga tersenyum, sebenarnya tidak masalah akan belajar di mana pun. Soalnya, yang penting ia bisa mendapatkan ilmu. Sehingga, bisa ia cerna dalam kepalanya. Itu akan membuatnya lebih mudah memahami materi yang ada. "Oke, siap."

Januar memang tidak mempermasalahkan bila akan belajar bersama dimana. Meskipun, suatu hari nanti belajar di rumahnya tidak apa-apa. "Jangan telat datang, Ga. Soalnya, kita nggak bakalan lama belajarnya. Nggak enak juga kalo di rumah Razel."

Razel tersenyum, ke arah dua sahabatnya itu. "Nggak masalah kalo misal mau sampai malam. Rumah gue sepi, kok. Bakalan kondusif buat belajar. Orang tua gue sibuk kerja. Apalagi, bokap emang lagi sering pulang tengah malam. Kayaknya, beliau lagi sibuk."

"Benar. Kalo ada Kak Helga sama Kak Januar rumah bakalan lebih rame. Apalagi, nggak mungkin Kak Helga diam-diam aja. Kalo diam, itu patut dipertanyakan." Sera sembari tertawa ringan, paham bila Helga memang sangat aktif. Baik saat berbicara maupun bergerak. Seperti, mainan yang kelebihan batu baterai.

Helga menyunggingkan senyum, tak tersinggung dengan perkataan Sera. Karena, itu memang benar adanya. Sehingga, tak mempermasalahkan perkataan adik dari Razel.

"Semoga beneran nggak bikin repot di rumah lo, Zel. Tau sendiri, gimana aktifnya Helga." Januar juga sedikit terkekeh mengingat tingkah laku Helga. Terkadang, cukup membuat malu. Namun, sudah tidak bisa dihindari.

Libby menyunggingkan senyum, sembari mendengar percakapan orang-orang di dekatnya. Karena, ia memang tidak terlalu dekat dengan Januar serta Helga. Sehingga, ia tak ikut terlalu jauh dalam percakapan di sana.

Razel beralih memperhatikan Libby. Tidak terlalu banyak ikut berinteraksi. Mungkin, karena merasa belum terlalu dekat dengan Helga dan Januar. Akan tetapi, gadis itu cukup memberi respon senyum menikmati percakapan yang ada.

Tanpa sadar, Helga sadar bila Razel sedang memperhatikan sosok Libby. Kemudian, menyenggol lengan Januar untuk memberi kode.

Januar tersenyum, tahu apa yang dimaksudkan oleh Helga. Karena, sepertinya Razel memang cukup tertarik pada Libby. Ditambah, keduanya memang sering bersama. Meskipun, biasanya ada Sera bersama mereka berdua. Namun, cukup terlihat dari tatapan serta senyuman Razel pada Libby.

"Libby nggak mau ikut belajar bareng di rumah Razel? Kan, bisa sekalian belajar sama Sera. Kayaknya, Sera butuh bimbingan dari lo, Bby." Helga tersenyum, sedikit memberi kode pada Sera. Ia tahu, sepertinya Sera menyetujui bila Razel dengan Libby. Bahkan, mungkin sudah memang sengaja mendekatkan Razel dan Libby.

"Iya, Bby. Kayaknya, kita butuh belajar bareng juga. Biar, gue bisa ketularan kepintaran lo, deh." Sera paham kode yang diberikan oleh Helga.

Libby terdiam sejenak. "Maaf... Kayaknya, aku nggak bisa ikut, deh. Soalnya, belum dapat izin dari orang tua. Jadi, sekali lagi aku minta maaf, ya."

Sebenarnya, Libby ingin ikut belajar bersama. Hanya saja, ia belum tentu mendapatkan izin keluar dari Papanya. Belum lagi, ditambah semua peraturan di rumah itu Mawar yang memegang kendali bila Bimo sedang bekerja. Sehingga, pasti Mawar tidak akan memberi izin kecuali ia pergi diam-diam. Atau, pergi setelah pulang sekolah langsung tanpa adanya jeda.

Sera memanyunkan bibirnya. Sedikit sedih, Libby tidak bisa datang ke rumahnya. Izin orang tua memang lah penting. Sehingga, Libby pasti membutuhkan hal itu agar bisa pergi ke luar rumah sepulang sekolah. Dan, terkadang orang tua memang tidak mudah mengizinkan anaknya pergi. Ia tak mau memaksakan kehendaknya. Meskipun, ia cukup kecewa dengan keputusan Libby.

"Ya udah nggak apa-apa. Semoga aja, next time bisa, ya. Biar nanti, gue bantu izin ke orang tua lo, Bby." Sera menawarkan bantuan pada Libby.

"Nggak usah, Sera. Soalnya, orang tuaku  emang susah kasih izin aku pergi. Sekali lagi, maaf ya aku nggak bisa ke rumah kamu." Libby merasa bersalah, harus menolak permintaan Sera.

Razel terdiam, seperti melihat ada sebuah beban pada wajah Libby. Akan tetapi, ia tak tahu seberat apa beban gadis itu. Pun, juga bukan merupakan urusannya.



 

- To Be Continue -

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
DariLyanka
3122      1088     26     
Romance
"Aku memulai kisah ini denganmu,karena ingin kamu memberi warna pada duniaku,selain Hitam dan Putih yang ku tau,tapi kamu malah memberi ku Abu-abu" -Lyanka "Semua itu berawal dari ketidak jelasan, hidup mu terlalu berharga untuk ku sakiti,maka dari itu aku tak bisa memutuskan untuk memberimu warna Pink atau Biru seperti kesukaanmu" - Daril
Solita Residen
3911      1511     11     
Mystery
Kalau kamu bisa melihat hal-hal yang orang lain tidak bisa... bukan berarti kau harus menunjukkannya pada semua orang. Dunia ini belum tentu siap untuk itu. Rembulan tidak memilih untuk menjadi berbeda. Sejak kecil, ia bisa melihat yang tak kasatmata, mendengar yang tak bersuara, dan memahami sunyi lebih dari siapa pun. Dunia menolaknya, menertawakannya, menyebutnya aneh. Tapi semua berubah seja...
Flyover
490      352     0     
Short Story
Aku berlimpah kasih sayang, tapi mengapa aku tetap merasa kesepian?
Tembung Lakar
1864      916     1     
Mystery
P.S: Edisi buku cetak bisa Pre-Order via Instagram penulis @keefe_rd. Tersedia juga di Google Play Books. Kunjungi blog penulis untuk informasi selengkapnya https://keeferd.wordpress.com/ Sinopsis: Dahulu kala di Kampung Jinem, dipercaya ada kedatangan Sanghyang Asri. Padi layu menjadi subur. Kehidupan rakyat menjadi makmur. Kedatangan sang dewi membawa berkah bagi desa. Terciptalah legenda ...
Mendadak Halal
8764      2429     1     
Romance
Gue sebenarnya tahu. kalau menaruh perasaan pada orang yang bukan makhramnya itu sangat menyakitkan. tapi nasi sudah menjadi bubur. Gue anggap hal ini sebagai pelajaran hidup. agar gue tidak dengan mudahnya menaruh perasaan pada laki-laki kecuali suami gue nanti. --- killa. "Ini salah!,. Kenapa aku selalu memandangi perempuan itu. Yang jelas-jelas bukan makhrom ku. Astagfirullah... A...
Siapa tengah malam di sekolah?
683      426     3     
Horror
Malam minggu menjadi agenda wajib rombongan geng Kapur. Mereka biasanya duduk dicafe menyanyikan lagu dan menyeduk segelas kopi. Malam minggu berikutnya mereka mendatangi sekolahnya. Kata orang-orang sekolah itu angker dihuni oleh teman-teman sekolah yang meninggal. Enam pasangan yang seharusnya berpesta di cafe kini bermain dalam gelap dengan riasan yang pucat. Pekikkan suara mereka tak s...
In Her Place
2130      1165     21     
Mystery
Rei hanya ingin menyampaikan kebenaranβ€”bahwa Ema, gadis yang wajahnya sangat mirip dengannya, telah dibunuh. Namun, niat baiknya disalahartikan. Keluarga Ema mengira Rei mengalami trauma dan membawanya pulang, yakin bahwa dia adalah Ema yang hilang. Terjebak dalam kesalahpahaman dan godaan kehidupan mewah, Rei memilih untuk tetap diam dan menjalani peran barunya sebagai putri keluarga konglomer...
FaraDigma
3934      1426     1     
Romance
Digma, atlet taekwondo terbaik di sekolah, siap menghadapi segala risiko untuk membalas dendam sahabatnya. Dia rela menjadi korban bully Gery dan gengnya-dicaci maki, dihina, bahkan dipukuli di depan umum-semata-mata untuk mengumpulkan bukti kejahatan mereka. Namun, misi Digma berubah total saat Fara, gadis pemalu yang juga Ketua Patroli Keamanan Sekolah, tiba-tiba membela dia. Kekacauan tak terh...
KAMUFLASE KAMERA DAN CINTA
689      488     1     
Short Story
lelaki bertubuh besar berjaket hitam menunjukan senyum simpul yang khas .senyum yang membuat jantungku berdegup tak beraturan, dan senyum yang selalu mengingatkanku pada perpisahan di bulan Januari. Konflik antara Mas Pras dan Om Tegar tak kunjung usai ,Kamera lah yang membawa aku dan dia pada satu titik dan kameralah yang membuat kita....
Lost Daddy
5600      1342     8     
Romance
Aku kira hidup bersama ayahku adalah keberuntungan tetapi tidak. Semua kebahagiaan telah sirna semenjak kepergian ibuku. Ayah menghilang tanpa alasan. Kakek berkata bahwa ayah sangat mencintai ibu. Oleh sebab itu, ia perlu waktu untuk menyendiri dan menenangkan pikirannya. Namun alasan itu tidak sesuai fakta. AYAH TIDAK LAGI MENCINTAIKU! (Aulia) Dari awal tidak ada niat bagiku untuk mendekati...