πππ
Setiap masalah, pasti ada jalan keluarnya. Sehingga, kini tugas kita hanya menjalani hidup dengan baik. Agar, bisa mendapatkan kebahagiaan di masa depan .
πππ
"Papa masih lama pulangnya ya? Soalnya, udah mau jam makan malam, nih." Sera sambil menanti kedatangan Papanya. Karena, ingin makan malam bersama kedua orang tuanya. Meskipun demikian, memang jarang terjadi karena Papanya terlalu sibuk bekerja.
"Mungkin sebentar lagi, tunggu aja. Atau, masih ada pekerjaan yang belum selesai." Rena berpikir, suaminya masih sibuk bekerja. Karena tahu, memang hampir setiap hari sibuk melakukan pertemuan dengan klien. Sehingga, mungkin pulangnya akan terlambat.
Razel tidak terlalu banyak berbicara maupun menjelaskan mengenai Papanya. Entah kenapa, dia seperti tak mau terlalu ikut campur atau mau tahu tentang pekerjaan Papanya. Mungkin, karena tidak berminat dengan pembicaraan itu.
Baru saja dibicarakan, tiba-tiba Rena mendapatkan telepon dari suaminya. Sepertinya, beritahu bila tidak bisa pulang ikut makan malam bersama keluarganya.
"Papa bilang masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Jadi, belum bisa pulang sekarang." Rena menyampaikan apa yang tadi dibicarakan dengan suaminya di telepon.
Sera menghela nafas, sudah tidak kaget mendengarnya. Sebab, memang Papanya sudah jarang bisa berkumpul maupun mempunyai waktu luang bersama keluarganya. Pekerjaan di kantor mungkin sangat banyak. Sehingga, cukup menyita waktu lelaki paruh baya itu.
"Udah biasa kayak gitu, kalo gitu mending kita langsung makan malam aja, Mah. Biar gak kemalaman juga." Sera bangkit dari duduknya di sofa. Kemudian, melangkah ke ruang makan.
Rena serta Razel mengikuti langkah Sera. Tahu, sebenarnya gadis itu sedikit kecewa Papanya tidak bisa pulang untuk makan malam bersama. Akan tetapi, itu bukan pertama kalinya. Sudah cukup sering terjadi. Sehingga, mungkin Sera mulai muak dengan situasi yang ada.
Mereka melakukan makan malam tanpa kepala keluarganya. Namun, tetap bisa menikmati waktu bersama. Meskipun begitu, tanpa kehadiran Papanya.
Selesai makan malam, mereka memutuskan untuk pergi ke kamar masing-masing. Karena, hari sudah mulai malam.
Kini, Razel sudah berada di dalam ruangan. Ia menatap langit malam yang dipenuhi bintang-bintang. Entah kenapa, merasa sedih keluarganya sudah tidak seperti dulu. Apalagi berkumpul makan malam bersama pun tidak bisa lengkap. Kesibukan Papanya membuat semua itu terjadi. Ia pikir, pekerjaan Papanya tidak terlalu banyak. Namun, ternyata itu selalu menjadi alasan tidak bisa berkumpul.
Masih sibuk menatap bintang, ponsel Razel bergetar tanda bila ada pesan masuk. Lalu, ia mengambil benda pipih itu serta mengeceknya. Benar, ada satu pesan dari seseorang yang sering menjadi teman mencurahkan isi hatinya. Meskipun, ia hanya bertukar pesan belum pernah bertemu. Seingatnya seperti itu. Namun, entah kenapa ia bisa senyaman itu hampir menceritakan semua yang terjadi pada orang lain. Seperti, ia sudah dekat dengan orang tersebut.
Terkadang, kita memang butuh waktu untuk bisa menenangkan hati. Meskipun, mungkin dalam kepala banyak pemikiran yang bisa membuat kita pusing. Namun, tidak perlu terlalu larut dalam pikiran itu. Lupakan sejenak masalah yang ada, karena itu bisa membuat kita lebih tenang dalam menjalani hidup. Tak perlu berpikir berlebihan. Semangat!
- Manito ( H ) -
Pesan pada aplikasi berwarna biru muda berlogo pesawat itu bisa membuat Razel berpikir memang tidak perlu memikirkan banyak hal. Karena, lebih baik menatap masa depan yang ada di depan mata. Setiap masalah, pasti ada jalan keluarnya.
Pun, beban pikiran akan hilang dengan sendirinya tanpa kita terlalu pusing memikirkannya. Memang butuh ketenangan untuk membuat hidup lebih baik.
Razel selalu merasa teman rahasianya memang mengetahui semua masalahnya. Meskipun, mereka hanya berinteraksi melalui pesan singkat pada aplikasi. Atau, mungkin mereka berdua memiliki atau mengalami masalah yang sama. Itulah pemikiran Razel yang sering muncul pada benaknya. Namun, mungkin hanya tebakan dalam kepalanya saja.
Sebenarnya, ia ingin bertemu teman rahasianya itu. Hanya saja, sepertinya akan sulit terlaksana. Karena, ia tidak tahu apa orang itu mau melakukan pertemuan dengan dirinya atau tidak.
Akan tetapi, mungkin suatu saat nanti ia bisa menanyakan tentang bisa bertemu tatap muka pada manito-nya itu. Namun, sebenarnya ia sempat mengecek semua pesan yang sudah terjadi sebelumnya. Di sana, ada percakapan yang menunjukan mereka memang mempunyai rencana untuk bertemu. Hanya saja, mungkin belum sempat terjadi karena Razel mengalami kecelakaan serta kehilangan ingatan sementara.
"Kenapa gue ngerasa udah dekat sama orang ini. Padahal, selama ini cuma chat-chat an di hape doang." Razel merasa janggal dengan perasaannya sendiri. Karena, ia memang bukan tipe orang yang mudah percaya dengan orang lain. Apalagi, mau menceritakan kehidupan pribadinya. Ia mulai berpikir, mungkinkah teman rahasianya itu berada di sekitarnya. Merasa orang itu tahu apa yang terjadi padanya.
Kemudian, Razel mulai memikirkan beberapa temannya. Ia pikir, mungkinkah harus mencurigai teman-teman dekatnya. Akan tetapi, ia harus melakukannya penyelidikan secara diam-diam. Agar, semua bisa terungkap melibatkan banyak orang.
πππ
Libby sudah fokus menatap layar laptopnya. Mencari beberapa materi pelajaran untuk dipelajari. Karena, ia tak mau berfokus hanya pada materi yang diberikan oleh guru. Ia butuh referensi dari banyak tempat.
Kemudian, setelah menemukan beberapa info cukup valid. Libby mulai menyalin semuanya untuk dipelajarinya. Agar, ia bisa memiliki pandangan luas. Itu akan lebih baik untuknya. Karena, hal itu bisa membuat pengetahuannya lebih banyak sekaligus luas. Ia harap, semua itu bisa meningkatan nilai maupun prestasinya di sekolah. Agar, Papanya bisa lebih bersikap baik padanya. Memberikan sedikit ruang untuk bisa mengembalikan kasih sayang yang pernah ada. Meskipun, kini sudah berubah menjadi rasa benci. Padahal, semua bukan kesalahannya.
Libby akan perlahan membuktikan bila semua kejadian buruk yang terjadi pada masa lalu bukan salahnya. Karena, itu semua sudah menjadi takdir kehidupan. Bahkan, ia juga korban dalam kejadian buruk di masa lalu. Hanya saja, malah sering di kambing hitamkan oleh beberapa pihak.
"Aku akan mencari bukti untuk membuktikan kebenaran yang terjadi. Karena, segala hal buruk itu bukan merupakan kesalahanku." Libby sembari menatap layar laptopnya. Ia teringat bila mungkin ada pihak yang bisa membantu dirinya.
Pun, kemudian ia mencari tahu kontak orang yang cukup menjadi kepercayaan Mamanya. Pengacara Mamanya yang bisa dibilang hebat. Sepertinya, mengurus semua hal tentang kepemilikan harta benda Mama Libby.
Libby tersenyum, saat menemukan informasi tentang pengacara Mamanya. Ia yakin, orang itu bisa membantu dirinya. Karena, sudah menjadi pengacara kepercayaan Mamanya. Mungkin, semua urusan harta milik Mamanya diurus olehnya.
Ia pikir, harus bisa melakukan pertemuan dengan pengacara Mamanya itu. Lebih cepat, sepertinya akan lebih baik. Kemudian, ia mulai mengirim pesan pada orang itu. Menanyakan kapan memiliki waktu itu bertemu.
Libby tak akan membiarkan hak yang seharusnya jadi miliknya dinikmati atau miliki oleh keluarga baru Papanya. Karena tahu, Mama serta saudari tirinya memang hanya mengincar harta keluarga Papanya. Termasuk, harta bersama Mama serta Papa Libby. Dan, selalu mengkambing hitamkan Libby. Agar, Bimo membenci anaknya sendiri.
Sudah cukup larut malam. Libby memutuskan untuk beristirahat.
πππ
Razel sudah berada pada kelasnya. Ia memang sengaja berangkat ke sekolah lebih pagi dari biasanya. Karena, ingin menikmati sepinya suasana kelas. Meskipun, ia memang terbiasa berangkat pagi akan tetapi kini lebih awal lagi.
Kemudian, Razel memutuskan keluar dari kelasnya. Melihat area sekolah dari balkon depan kelasnya.
"Rajin banget jam segini udah di kelas, Kak." Seseorang mulai berbicara dari lantai dua sekolah itu.
Razel tersenyum ke arah cowok itu. Tahu, bila Semesta memang ramah pada semua orang. Meskipun, tidak terlalu kenal dekat satu sama lain. Namun, Semesta merupakan teman sekelas Sera. Adiknya. Sehingga, cowok itu pasti mengenal dirinya.
"Hati-hati kalo masih sepi suka ada yang kursi gerak sendiri, Kak." Semesta kembali berbicara seakan menakuti Razel. Meskipun, itu hanya candaan semata.
"Nggak usah didengerin omongan dia, Kak." Sera tiba-tiba sudah berada tepat di samping Razel. Kakaknya. Gadis itu memang sengaja menghampiri Razel karena merasa sepi berada di kelasnya sendirian.
Razel menoleh ke arah adiknya, lalu menyunggingkan senyum. "Nggak apa-apa, lagian Seta cuma nyapa sambil bercanda. Udah biasa kayak gitu, kan?"
Sera menghela napas, memang benar yang dikatakan Razel. Kakaknya. "Iya, sih. Lagian, kalo Seta diam malah bikin kita curiga sama dia. Soalnya, dia tuh kadang kayak nyimpen sesuatu. Terkesan misterius, tapi tetap aja bikin sebel sama kelakuan dia yang kadang di luar nalar."
Razel tahu, bila Semesta cukup aktif dalam beberapa kegiatan di sekolah. Akan tetapi, adik kelasnya itu tidak pernah mengumbar prestasinya. Justru, terlihat apa adanya seperti anak biasa.
"Nggak baik ngomongin orang di belakang. Lebih baik, ngomong langsung sama orangnya. Gue udah ada di sini, mungkin kalian butuh bantuan." Semesta tersenyum, tiba-tiba sudah berada di belakang Razel serta Sera. Membuat kedua orang itu menoleh kaget dengan kedatangan Semesta.
"Ngapain lo ikut ke area kelas dua belas, sih. Biasanya juga lebih milih jalan-jalan nggak jelas." Sera tampak kesal dengan kehadiran Semesta. Teman sekelasnya.
Semesta terkekeh melihat reaksi dari Sera. "Nggak apa-apa kan kalo ke sini. Mau ikutan ngobrol sama kalian. Lagipula, kayaknya asik banget. Gue senang liat keakraban kakak adik modelan kalian. Bisa saling mengerti satu sama lain."
Memang benar. Bisa dibilang Razel serta Sera dekat satu sama lain sebagai saudara. Mungkin, impian banyak orang bisa memiliki hubungan persaudaraan erat seperti yang terjadi pada Sera dengan Razel.
Pun, Semesta sebenarnya iri melihatnya. Karena, ia memang sedari kecil ingin memiliki adik. Namun, tidak pernah terkabul. Mungkin, karena kondisi Mamanya sekarang. Terlebih, hubungan Mama dengan Papanya sudah tidak baik-baik saja sejak ia kecil.
Akan tetapi, ia selalu senang ikut bahagia melihat keakraban persaudaraan orang yang dikenalnya. Sepertinya yang terlihat pada Razel dan Sera.
"Emang lo nggak punya saudara, kah?" Sera menanyakan hal itu kepada Semesta. Karena, memang selama ini tidak pernah mendengar tentang keluarga Semesta. Sepertinya, kehidupan teman kelasnya itu sangat tertutup. Sehingga, tidak banyak yang mengetahuinya. Hanya beberapa orang saja, mungkin seperti Caramel, Haikal, Hansean, dan Harlan. Itupun, ia tidak yakin semuanya tahu keluarga Semesta.
Terkesan misterius, itulah selama ini yang menunjukan kehidupan keluarga Semesta. Namun, bisa dipastikan Semesta bukan dari keluarga sembarangan. Terbukti, kepala sekolah mereka merupakan salah satu anggota keluarga besar Semesta.
"Gue anak tunggal, tapi kalo saudara sepupu ada beberapa. Cuma, emang nggak tinggal di sini." Semesta mulai sedikit menceritakan keluarganya. Lagi pula, selama ini memang tidak pernah ada yang menanyakan tentang hal itu. "Tapi, kayaknya emang nggak banyak orang yang tahu tentang hal itu, sih. Dari kecil, gue pengin punya adik, tapi kayaknya nggak bisa dikabulin. Dan, mungkin nggak akan terkabul."
Razel paham, sedikit merasakan ada luka yang dirasakan Semesta saat menceritakan tentang kehidupannya. Akan tetapi, ia sadar bila Semesta sangat pandai menutupi luka maupun kesedihan itu.
Semesta, tersenyum melihat ekspresi wajah Razel serta Sera. "Muka kalian kenapa jadi begitu banget, sih. Nggak perlu kasihan sama gue. Kalo gitu, mending gue pergi ke kelas duluan ya. Soalnya, udah mulai rame anak-anak pada datang."
Sebelum benar-benar pergi meninggalkan Razel serta Sera. Semesta menampar bahu Razel sambil berbisik. Agar, Sera tidak mengetahui apa yang dikatakan Semesta. "Tidak masalah, bila mempunyai teman rahasia dalam hidup. Justru, itu bisa mengurangi beban hidup lo."
Sontak kata Semesta itu, membuat Razel menyukainya. Bingung, kenapa teman sekelas adiknya seolah mengetahui tentang hal yang tidak pernah dikatakan maupun diketahui orang lain.
- Akan Dilanjutkan -