Loading...
Logo TinLit
Read Story - MANITO
MENU
About Us  

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

 

Dalam melakukan suatu hal tidak bisa dalam tekanan maupun paksaan. Karena itu bisa berpengaruh terhadap mental diri kita. Sehingga, akan lebih baik melakukannya sesuai kemampuan masing-masing. Agar, bisa mendapatkan hasil yang memuaskan .

 

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

 

Libby berpikir, untuk segera bertemu dengan Om-nya. Karena, beliau merupakan dokter yang akan dapat membantu dirinya untuk lebih baik. Sebenarnya, Libby diminta tetap tinggal di rumah keluarga Om-nya. Hanya saja, dia merasa tidak enak hati. Meskipun demikian, kondisi di sana cenderung lebih baik. Bahkan, mungkin perlahan rasa traumanya bisa sembuh.

 

Saat kembali tinggal di rumahnya, ia masih terus mengalami beberapa gejala yang bisa membuatnya mungkin tidak bisa terkendali. Untung, saja Libby benar-benar melawan rasa itu dengan cukup baik. Agar, kelemahannya tidak dimanfaatkan oleh Mawar. Mama tirinya.

 

Kini, saat bisa menenangkan diri. Libby kembali fokus menonton drama di laptopnya. Berharap, tidak akan ada lagi yang mengganggu dirinya. Karena, ia ingin menikmati waktu luangnya. Tak hanya itu, jujur ​​ia sudah muak dengan tingkah laku Mawar. Lantaran, selalu tenang baik di depan Papanya. Namun, di belakang lelaki itu sepertinya tidak mempunyai perasaan.

 

Libby tersenyum saat menonton drama. Ia cukup terhibur dengan alur cerita yang disuguhkan. Itu bisa menghilang rasa tidak nyaman yang dialami.

 

Hidupnya memang tidak sebahagia kelihatannya. Apalagi bisa dibilang penuh tekanan membuat Libby tidak tenang. Namun, ia masih berusaha bertahan tinggal di rumah itu. Meskipun begitu, sempat tinggal di rumah Om serta Tantenya selama beberapa minggu selama libur sekolah.

 

Selalu dibandingkan dengan Yumika. Kakak tirinya. Tidak membuatnya nyaman, terlebih sangat terlihat jelas bila Papanya sengaja memberikan perhatian ekstra pada Yumika atas prestasinya. Ditambah lagi, Bimo memang sejak kematian Mama Libby seperti tidak pernah menganggap Libby ada. Akan tetapi, Libby akan terus ada di samping Bimo. Papanya.

 

Sepertinya, Mawar memang sudah tidak mau mengganggu seusai kejadian tadi. Membuatnya, Libby sedikit lega tidak takut ada bentrokan di sana. Karena, saya yakin tidak ada yang mau mengalah. Terlebih lagi, Mawar akan terus menekan Libby terus menerus. Untung saja, kini Libby bukan lagi anak kecil yang mudah dibodohi. Sehingga, sekarang mau melawan Mawar melawan tenaga.

 

Beberapa jam cukup puas menonton drama di laptopnya. Libby memutuskan untuk memejamkan mata sejenak. Sedikit menghilangkan rasa penat yang dialaminya. Sebelumnya, Libby terlebih dahulu mengunci kamar miliknya. Takut, bila Mawar masuk tanpa izin ke sana.

 

"Semoga aku bisa istirahat bentar sampai nunggu makan malam. Lagi pula, capek juga dari tadi nonton drama terus." Libby membaringkan tubuhnya di atas kasur. Kemudian, mulai memejamkan mata.

 

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

 

Razel masih asik bermain basket dengan Helga serta Januar. Ia merasa senang, akhirnya bisa kembali berolahraga. Begitupun, dua sahabat Razel tampak semangat menunjukkan skill keranjangnya.

 

"Permainan basket lo masih oke kayak sebelumnya, Zel. Nggak ada yang keliatan dilupain. Kalo gitu, berarti ingatan lo emang mungkin yang hilang itu kejadian masih baru. Buktinya, ingatan lama masih utuh sekaligus aman." Helga mulai mengeluarkan pendapatnya tentang apa yang dialami Razel. "Tapi, lo nggak perlu terlalu memaksa buat ingat itu. Nggak baik buat kondisi lo."

 

Razel sepertinya, benar-benar apa yang dikatakan Helga. Karena, ingatan masa lalunya saja masih ada. Namun, dia merasa ada sesuatu yang penting hilang sekarang. Namun, dia tidak tahu tentang hal apa itu.

 

"Kayaknya nggak usah terlalu dipikirin, Zel. Takut nanti malah lo pusing karena belum siap ingat hal yang hilang itu." Januar takut saat berusaha mengingat semuanya akan berdampak buruk pada Razel.

 

Razel menyunggingkan senyum, senang memiliki sahabat perhatian. Itu cukup berarti dalam menjalani hidup.

 

Kini, mereka kembali bermain basket saling mendribel maupun melempar bola ke satu sama lain. Sembari, menikmati waktu sore di lapangan itu. Karena, mereka memang sengaja ingin menghilangkan rasa bosan. Serta, menghabiskan waktu bersama seraya olahraga agar sehat.

 

" ambil kalian udah ada niatan buat jurusan apa pas kuliah?" Januari memulai pembicaraan saat mereka sedang beristirahat di tepi lapangan.

 

"Belum tau pasti, sih. Tapi, orang tua gue bebasin sesuai keinginan sekaligus kemampuan. Kayaknya, mereka nggak maksain gue buat masuk ke arah berat. Soalnya, tahu anaknya mungkin tidak akan kuat." Sembari tertawa, Helga menjelaskan tentang apa yang akan menjadi pilihan masa depan.

 

Januar tersenyum. Sepertinya, orang tua Helga memang paham dengan kemampuan yang dimilikinya. Sehingga, akan lebih baik jika tidak menekan anak masuk ke jurusan cukup sulit ditembus. "Kalo gue juga nggak jauh beda, sih. Cuma, emang belum tau mau masuk universitas mana. Makanya, nanya kalian biar nanti siapa tau bisa masuk di kampus yang sama. Kan, biar persahabatan kita langgeng sampai tua."

 

Razel tersenyum, sadar dirinya juga belum menentukan mau melanjutkan pendidikan dimana. Hanya saja, mungkin dia akan sedikit mendapat tekanan dari Papanya. Namun, ia akan berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan nilai bagus. Agar, bisa masuk ke universitas keinginannya nanti. Berharap, Papanya bisa mengerti apa yang diinginkannya. "Gue juga belum tau mau ambil jurusan apa, maupun ke kampus mana."

 

"Kayaknya seru kalo misal kita satu kampus, deh. Meskipun ya mungkin bakalan beda jurusan tapi setidaknya masih bisa sering ketemu." Helga sambil membayangkan saat mereka sudah berkuliah dikemudian hari.

 

Januar mengokohkan kepala, seperti biasa tak habis pikir dengan kelakuan Helga. Semoga aja, kita beneran bisa satu kampus. Biar, persahabatan kita tetap awet.

 

Razel mengangguk, merasa persahabatan itu harus tetap terjalin. Karena, tidak mudah memiliki sahabat maupun hubungan persahabatan yang kuat. "Aamiin. Yang penting, sekarang kita berusaha sebaik mungkin. Biar, dapat nilai bagus sekaligus memuaskan."

 

"Iya. Makanya, kita harus saling support satu sama lain. Selalu belajar semaksimal mungkin, biar bisa terus berprestasi. Soalnya, sekarang memang prestasi sangat dibutuhkan." Januar kembali berbicara. Tahu, bila kepandaian sangatlah penting untuk melakukan segala hal.

 

Seusai tiba sambil beristirahat saat bermain basket. Kini, mereka mungkin melanjutkan permainan basket sebelum hari berubah malam. Tidak dipungkiri, bakat yang dimiliki Razel, Helga, dan Januar cukup setara. Sama-sama kuat, perpaduan pas bila melakukan pertandingan. Namun, mereka memang sudah tidak terlalu aktif pada ekstrakurikuler keranjang mengingat sudah memasuki tahun akhir di sekolah. Mereka lebih fokus pada pelajaran yang ada dibandingkan hal lain. Agar, bisa lulus serta mendapatkan nilai memuaskan. Itulah tujuan mereka yang dimiliki ketiganya.

 

Sakit sudah berubah menjadi malam. Razel, Helga, serta Januar sudah selesai bermain basket. Kini, telah berada di rumah masing-masing.

 

Razel sudah selesai membersihkan diri, lalu melangkah menuju ruang keluarga. Di sana, sudah ada Mamanya dan Sera. Sedang Papanya, terlihat belum pulang dari kantor. Namun, itu sudah menjadi pemandangan biasa bagi mereka.


"Gimana kegiatan kalian hari ini? Lancar dan menyenangkan?" Mama Semesta, memulai pembicaraan, dengan menanyakan keadaan anak-anaknya.

"Aman, Mah. Pokoknya kalo sekolah ya emang cuma gitu-gitu aja. Nggak ada yang terlalu menarik." Sera menyampaikan apa yang dirasakan. Meskipun, sedikit membuat Mamanya menenangkan kepalanya tak habis pikir dengan pemikirannya.

Razel menyenggol lengan Sera. Agar, adiknya tidak berbicara sembarangan. Tak mau, bila Mamanya berpikir buruk tentang sekolahnya.

"Kalo aku lancar sih, Mah. Terus, tadi juga senang bisa mulai main basket lagi di lapangan kompleks. Makasih udah diizinin main sekaligus olahraga bareng yang lain." Razel tersenyum menatap Mamanya, seraya berterima kasih atas apa yang sudah didapat.

Mama Razel tersenyum, sudah bisa melihat senyum anak pertamanya cukup lebar. Karena, sebelumnya tidak pernah seperti itu. Apalagi setelah mengalami kecelakaan. "Syukurlah kalo begitu, Mama senang mendengarnya, Nak. Sera harus bisa giat belajar biar dapat nilai memuaskan. Kalo ada yang belum paham, minta bantuan kek Kak Razel. Pasti, dia mau bantuin, kok."

Sera tersenyum sambil mengangguk paham. Razel memang bisa diandalkan dalam pelajaran. Terlebih lagi, kakaknya memang sangat berprestasi di sekolah.

"Oke siap, Mah. Nanti minta kisi-kisi jawaban kalo mau ujian ke Kak Razel. Pasti dia tau kan?" Sera sedikit bercanda saat berbicara bersama Razel serta Mamanya. Karena tahu, kakak dan Mamanya paham dengan kelakuannya.

"Lo harus belajar tiap hari, biar pas ujian kenaikan kelas bisa ngerjain dan dapat nilai memuaskan. Jangan ngandelin orang lain, apalagi sama nyontek." Razel memberi nasihat serta memperingatkan Sera. Agar, tidak melakukan keadaan saat ujian. Karena itu, hal itu tidak baik sekaligus akan memberikan kesan jelek pada mata orang lain.

Sera menghela nafas, tidak sama sekali memiliki niat berbuat curang. Apalagi, dia tidak sebodoh itu dalam pelajaran. Masih bisa paham serta mengerjakan cukup baik. "Gue selalu ngerjain sendiri lho. Nggak pernah nyontek sama orang lain. Adik kakak ini masih cukup pintar di kelasnya. Cuma, kadang malas belajar aja."

"Kalo gitu, mulai sekarang harus selalu rajin belajar biar dapat nilai tinggi. Kayak teman kamu yang cantik itu. Dia sering dapat nilai tinggi kan di kelas?" Wanita paruh itu, mengingat bila anaknya memiliki teman pintar. Akan tetapi, tidak terlalu ingat namanya.

"Libby sih emang udah pintar dari sananya. Jadi, tetap aja bakalan bisa ngerjain dengan baik apapun kondisinya." Sera menyebutkan nama sekaligus kelebihan Libby. Sahabatnya. Karena memang Libby selalu masuk peringkat lima besar.

Razel menghela napas. Lalu, kembali beralih menatap Sera. Adiknya. "Makanya, kamu harus belajar dari Libby. Mau dalam situasi tetap bisa ngerjain soal dengan baik."

Mama kedua anak remaja itu sedikit terkekeh dengan tingkah anak-anaknya. "Belajar semampunya aja ya. Jangan terlalu dipaksain. Itu tidak baik buat diri kita. Apalagi, buat mental kita yang mungkin terlalu ditekan."

Baik Sera maupun Razel mengangguk paham dengan kata-kata dari Mamanya. Sebab, wanita paruh baya itu memang tidak pernah menekan apapun pada anaknya. Pun, tak pernah terlalu memaksakan kehendaknya. Berbeda dengan suami yang terkadang berlebihan. Sehingga, Razel serta Sera sering stres atas keinginan Papanya. Padahal, mereka punya kemampuan masing-masing.

"Oke siap, Mah. Makasih udah selalu ngertiin kita. Soalnya, apapun yang dilakuin dalam tekanan tidaklah bisa mendapatkan hasil terlalu memuaskan. Bahkan, justru bisa aja gagal. Makanya, aku nggak mau ngerjain apapun bukan atas sesuai kemauan dan kemampuan." Sera memang tipe orang yang tidak terlalu mempengaruhi tekanan. Akan tetap melakukan hal sesuai kemampuannya.

"Iya, Mah. Kalo dalam tekanan atau paksaan memang tidaklah baik. Jadi, berusaha semampunya. Itu akan membuat kita lebih tenang."

Mama kedua anaknya paham, bila melakukan sesuatu memang tidak akan berjalan lancar dalam tekanan. Ia ingin anak-anaknya bisa menjalani hidup dengan ketenangan. Tidak perlu dalam suatu paksaan.



 

- Akan Dilanjutkan -

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
SI IKAN PAUS YANG MENYIMPAN SAMPAH DALAM PERUTNYA (Sudah Terbit / Open PO)
5550      1881     8     
Inspirational
(Keluarga/romansa) Ibuk menyuruhku selalu mengalah demi si Bungsu, menentang usaha makananku, sampai memaksaku melepas kisah percintaan pertamaku demi Kak Mala. Lama-lama, aku menjelma menjadi ikan paus yang meraup semua sampah uneg-uneg tanpa bisa aku keluarkan dengan bebas. Aku khawatir, semua sampah itu bakal meledak, bak perut ikan paus mati yang pecah di tengah laut. Apa aku ma...
Rindu
401      293     2     
Romance
Ketika rindu mengetuk hatimu, tapi yang dirindukan membuat bingung dirimu.
Novel Andre Jatmiko
9503      2079     3     
Romance
Nita Anggraini seorang siswi XII ingin menjadi seorang penulis terkenal. Suatu hari dia menulis novel tentang masa lalu yang menceritakan kisahnya dengan Andre Jatmiko. Saat dia sedang asik menulis, seorang pembaca online bernama Miko1998, mereka berbalas pesan yang berakhir dengan sebuah tantangan ala Loro Jonggrang dari Nita untuk Miko, tantangan yang berakhir dengan kekalahan Nita. Sesudah ...
Lingkaran Ilusi
10037      2158     7     
Romance
Clarissa tidak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Firza Juniandar akan membawanya pada jalinan kisah yang cukup rumit. Pemuda bermata gelap tersebut berhasil membuatnya tertarik hanya dalam hitungan detik. Tetapi saat ia mulai jatuh cinta, pemuda bernama Brama Juniandar hadir dan menghancurkan semuanya. Brama hadir dengan sikapnya yang kasar dan menyebalkan. Awalnya Clarissa begitu memben...
Kertas Remuk
110      91     0     
Non Fiction
Tata bukan perempuan istimewa. Tata nya manusia biasa yang banyak salah dalam langkah dan tindakannya. Tata hanya perempuan berjiwa rapuh yang seringkali digoda oleh bencana. Dia bernama Tata, yang tidak ingin diperjelas siapa nama lengkapnya. Dia hanya ingin kehidupan yang seimbang dan selaras sebagaimana mestinya. Tata bukan tak mampu untuk melangkah lebih maju, namun alur cerita itulah yang me...
Winter Elegy
588      409     4     
Romance
Kayra Vidjaya kesuma merasa hidupnya biasa-biasa saja. Dia tidak punya ambisi dalam hal apapun dan hanya menjalani hidupnya selayaknya orang-orang. Di tengah kesibukannya bekerja, dia mendadak ingin pergi ke suatu tempat agar menemukan gairah hidup kembali. Dia memutuskan untuk merealisasikan mimpi masa kecilnya untuk bermain salju dan dia memilih Jepang karena tiket pesawatnya lebih terjangkau. ...
Dolphins
617      396     0     
Romance
Tentang empat manusia yang bersembunyi di balik kata persahabatan. Mereka, seperti aku yang suka kamu. Kamu yang suka dia. Dia suka sama itu. Itu suka sama aku. Mereka ... Rega Nicholando yang teramat mencintai sahabatnya, Ida Berliana. Namun, Ida justru menanti cinta Kaisal Lucero. Padahal, sudah sangat jelas bahwa Kaisal mengharapkan Nadyla Fionica untuk berbalik dan membalas cintanya. Sayan...
PENTAS
1191      701     0     
Romance
Genang baru saja divonis kanker lalu bertemu Alia, anak dokter spesialis kanker. Genang ketua ekskul seni peran dan Alia sangat ingin mengenal dunia seni peran. Mereka bertemu persis seperti yang Aliando katakan, "Yang ada diantara pertemuan perempuan dan laki-laki adalah rencana Tuhan".
Dalam Waktu Yang Lebih Panjang
351      262     22     
True Story
Bagi Maya hidup sebagai wanita normal sudah bukan lagi bagian dari dirinya Didiagnosa PostTraumatic Stress Disorder akibat pelecehan seksual yang ia alami membuatnya kehilangan jati diri sebagai wanita pada umumnya Namun pertemuannya dengan pasangan suami istri pemilik majalah kesenian membuatnya ingin kembali beraktivitas seperti sedia kala Kehidupannya sebagai penulis pun menjadi taruhan hidupn...
Yang Terukir
762      489     6     
Short Story
mengagumi seorang cowok bukan lah hal mudah ,ia selalu mencurahkan isi hatinya melalui sebuah pena,hingga suatu hari buku yang selama ini berisi tentang kekagumannya di temukan oleh si cowok itu sendiri ,betapa terkejutnya ia! ,kira kira bagaimana reaksi cowok tersebut ketika membaca buku itu dan mengetahui bahwa ternyata ada yang mengaguminya selama ini? Yuk baca:)