Loading...
Logo TinLit
Read Story - Liontin Semanggi
MENU
About Us  

Baru saja ada pelanggan yang membayar. Setelah itu sepi. Belum ada lagi orang masuk. Hanya Ersa dan Jena. 

Jena senyum-senyum sendiri menatap layar ponsel, karena idolanya baru saja mengunggah foto selfie.

Jena scroll sosial media beberapa saat lamanya, sampai bosan. Ia menatap keluar lagi. Belum ada hilal pelanggan datang.

Jena lama-lama gabut juga, saking tidak ada kerjaan. Biasanya kalau sepi begini, ia akan ngobrol banyak dengan Binar. Baru juga ditinggal sebentar, Jena sudah kangen pada Binar.

Sekarang ia harus ngobrol dengan siapa? Hanya ada Ersa yang sibuk makan sendiri. Ersa sepertinya sangat menikmati kesendiriannya.

Selain itu, Ersa juga menikmati makanannya, padahal cuma beberapa batang sosis dingin. Eh ... tapi menurut Jena ... sebenarnya lama-lama kalau dilihat Ersa itu kasihan juga. Kalau sedang diam seperti itu, mata Ersa seolah melancarkan luka.

Sepertinya ia menikmati kesendirian bukan karena benar-benar suka. Melainkan karena telanjur terbiasa sehingga nyaman. Padahal sebenarnya ia kesepian juga.

Makanya Binar tadi bilang, bahwa Ersa sekarang sedang dalam proses mencari teman.

Seandainya Ersa tidak menyebalkan, pasti Jena tidak akan keberatan untuk mendekatinya duluan, dan menjadi temannya. Tapi entah kenapa kelakuan Ersa itu bikin gregetan sekali. Membuat Jena gemas ... ingin menampol.

"Kata Binar lo mau merasakan hidup seperti remaja lain pada umumnya, ya? Maksudnya mau main sama teman, mau nongkrong, pokoknya yang gitu-gitu. Bener?" Jena yang notabene memang ekstrover, tidak bisa menahan diri untuk berinteraksi.

"Lo ngomong sama gue?" sahut Ersa sembari sibuk mengunyah.

"Bukan, sama kunti di sebelah lo!" Jena menunjuk kursi kosong di samping Ersa.

Ersa otomatis menoleh, dan sedikit merinding. "Jangan ngaco!"

"Habisnya pertanyaan lo aneh. Hanya kita berdua di sini. Kalau gue nggak ngomong sama sama lo, terus sama siapa?"

"Mulut Binar lemes juga ternyata. Gitu doang dia cerita-cerita sama lo. Oh, jadi selain gibahin gue di depan, kalian juga gibahin gue di belakang?" Ersa kesal. Ia meneguk minuman dinginnya. Meletakkan satu batang sosis terakhir yang tinggal sisa setengah.

"Heh, fokusnya bukan ke situ! Lagian Binar cerita sama gue bukan karena lemes mulut. Karena dia emang peduli. Binar itu orangnya peka dan empatinya bagus."

"Ya ... puji-puji aja terus si Binar!"

"Binar emang layak dipuji kok. Heh ... gue tadi kan tanya, apa benar lo lagi cari teman? Tinggal lo jawab iya apa nggak? Kok lo malah balik nanya! Asal lo tahu ... kalau kamu emang mau punya teman ... lo setidaknya harus ubah sikap. Jangan terlalu nyebelin jadi manusia!"

Ersa menarik napas dalam. "Gue cuma nggak mau jadi sok baik. Makanya gue bersikap apa adanya. Biar yang mau temanan sama gue, terima apa adanya gue."

"Jadi gitu ...." Jena mengangguk mengerti. "Tapi bukan berarti lo bisa ngomong sembarangan soal Binar, Sa."

"Ngomong sembarangan gimana? Gue bicara fakta kok. Binar itu tukang cari perhatian. Dia mau kelihatan bagus di segala aspek, supaya dia dapat pujian. Sok perfeksionis banget. Mana sok sibuk dengan kerja part time."

"Kan gue udah bilang ... lo jangan ngomong sembarangan soal Binar. Bukannya lo yang kerjaannya cari perhatian? Binar kerja karena memang butuh. Dia tulang punggung keluarga. Adiknya sakit keras, makanya mereka butuh biaya hidup yang banyak. Sana coba lo jadi Binar sehari aja! Apa sanggup? Jangankan tidur nyenyak dan cukup, duduk bentar aja dia udah bersyukur!"

Ersa jadi ingat obrolannya dengan Binar kemarin. Ketika mereka bicara empat mata di ruang istirahat minimarket ini.

"Coba lo jadi gue sebentar aja!"

Ersa menyeringai. Memangnya apa susahnya jadi Binar?

"Gue nggak keberatan!" jawab Ersa tiba-tiba.

"Nggak keberatan apa?"

"Ya nggak keberatan coba jadi Binar. Akan gue buktikan kalau Binar itu cuma tukang cari perhatian, nggak lebih!"

"Ya udah, coba aja! Lo orangnya susah banget dikasih tahu pakai mulut. Jadi biar fakta aja yang kasih lo paham!"

***

Satu jam berlalu dengan cepat. Binar tersenyum banyak karena menikmati setiap materi yang diberikan guru pengampu.

Tak mau melewatkan jatah istirahat terlalu lama, Binar segera pergi dari sana sesaat setelah materi berakhir.

Binar rasanya masih seperti tak percaya. Padahal kemarin-kemarin ia hanya bisa melihat tempat bimbingan belajar ini dari luar. Sambil berandai-andai kapan ia bisa seberuntung semua anak yang ikut bimbingan di sini?

Eh ... sekarang tahu-tahu ia sudah menjadi bagian dari mereka. Walau pun dengan cara yang tidak biasa.

Binar mengayunkan langkahnya dengan cepat. Ketika masuk ke minimarket, ia dihadapkan dengan perdebatan sengit yang dilakukan oleh Jena dan Ersa.

"Kenapa ini?" Binar berusaha menengahi.

Perdebatan Jena dan Ersa pun berakhir, mereka berdua kini sama-sama menatap Binar.

"Ini, Bin ... katanya Ersa mau coba jadi lo sehari aja. Soalnya dia pikir lo kerja keras cuma gara-gara cari perhatian!" Jena langsung laporan.

Binar menggeleng heran. "Buat apa sih, Sa? Nggak usah. Lagian gue nggak minta lo percaya kok. Toh gue yang menjalani. Nggak masalah kalau lo anggap gue cuma cari perhatian!"

"Nggak!" Ersa langsung menolak. "Yang dibilang cewek ini bener! Gue nggak mau tahu. Gue cuma mau membuktikan! Akan gue pastikan, lo emang cuma jual cerita sedih ... biar dapat simpati dan perhatian dari orang-orang! Dasar caper!"

Binar kali ini mengangguk. "Ya udah kalau itu mau lo. Gue udah kasih peringatan di awal. Lo nggak perlu sampai segitunya. Kalau lo cape, tanggung sendiri. Jangan salahin gue!"

***

Ersa tidak main-main dengan ucapannya. Ia bahkan memulai saat itu juga. Ia mengirim pesan pada Damara dan Wina, bahwa malam ini ia tidak akan pulang. Sebab ia akan menginap di rumah teman.

Binar melanjutkan pekerjaannya sampai shift habis. Dan bergantian dengan pekerja lain di shift selanjutnya. Demikian pula dengan Jena.

"Katanya mau coba jadi lo. Lah, dia molor begitu!" Jena melirik Ersa.

Pemuda itu memang tertidur dalam posisi duduk, dengan berbantalkan kedua yang di atas meja.

Binar hanya tersenyum. Ia berjalan menghampiri Ersa. "Bangun, Sa. Udah ganti shift!"

"Ma ... aku kangen," gumam Ersa tidak begitu jelas, tapi Binar bisa dengar.

Mendadak Binar juga jadi ingat Wanda ibunya sendiri.

"Sa ... gue udah mau pergi, nih!" Binar membangunkan Ersa sekali lagi.

Syukur lah, kali ini berhasil membangunkan Ersa. "Baru juga tidur sebentar, udah dibangunin aja!" Ersa kesal.

"Lo tidur lumayan lama, 3 jam," jawab Binar. "Ayo, gue harus segera pergi, harus cepat-cepat ke warung pecel tumpang."

Padahal Ersa sudah tidur cukup lama. Tapi rasanya masih sangat kurang. Sementara Binar masih cekatan sekali. Padahal semalaman bocah itu tidak istirahat sama sekali.

Binar mengayuh sepedanya. Ersa membuntut naik mobil di belakangnya. Kecepatan mobil dan sepeda jelas berbeda. Makanya pada akhirnya Ersa meninggalkan Binar saja. Ia duluan menuju warung pecel tumpang. Sebab Ersa sudah tahu tempatnya.

Ersa memarkir mobilnya agak jauh dari lokasi warung. Takut dikira pembeli juga. Ersa mana doyan makan nasi pecel atau pun tumpang.

Ersa pikir Binar akan istirahat sebentar saja antara pekerjaan di minimarket dan warung pecel tumpang. Ternyata tidak sama sekali.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • muymuy

    Gak di next kak?

    Comment on chapter Hari Pembagian Rapor
Similar Tags
Diary of Rana
209      180     1     
Fan Fiction
“Broken home isn’t broken kids.” Kalimat itulah yang akhirnya mengubah hidup Nara, seorang remaja SMA yang tumbuh di tengah kehancuran rumah tangga orang tuanya. Tiap malam, ia harus mendengar teriakan dan pecahan benda-benda di dalam rumah yang dulu terasa hangat. Tak ada tempat aman selain sebuah buku diary yang ia jadikan tempat untuk melarikan segala rasa: kecewa, takut, marah. Hidu...
Langkah Pulang
486      342     7     
Inspirational
Karina terbiasa menyenangkan semua orangkecuali dirinya sendiri. Terkurung dalam ambisi keluarga dan bayang-bayang masa lalu, ia terjatuh dalam cinta yang salah dan kehilangan arah. Saat semuanya runtuh, ia memilih pergi bukan untuk lari, tapi untuk mencari. Di kota yang asing, dengan hati yang rapuh, Karina menemukan cahaya. Bukan dari orang lain, tapi dari dalam dirinya sendiri. Dan dari Tuh...
Only One
1098      751     13     
Romance
Hidup di dunia ini tidaklah mudah. Pasti banyak luka yang harus dirasakan. Karena, setiap jalan berliku saat dilewati. Rasa sakit, kecewa, dan duka dialami Auretta. Ia sadar, hidup itu memang tidaklah mudah. Terlebih, ia harus berusaha kuat. Karena, hanya itu yang bisa dilakukan untuk menutupi segala hal yang ada dalam dirinya. Terkadang, ia merasa seperti memakai topeng. Namun, mungkin itu s...
Ada Cinta Dalam Sepotong Kue
6966      2045     1     
Inspirational
Ada begitu banyak hal yang seharusnya tidak terjadi kalau saja Nana tidak membuka kotak pandora sialan itu. Mungkin dia akan terus hidup bahagia berdua saja dengan Bundanya tercinta. Mungkin dia akan bekerja di toko roti impian bersama chef pastri idolanya. Dan mungkin, dia akan berakhir di pelaminan dengan pujaan yang diam-diam dia kagumi? Semua hanya mungkin! Masalahnya, semua sudah terlamba...
Wilted Flower
346      264     3     
Romance
Antara luka, salah paham, dan kehilangan yang sunyi, seorang gadis remaja bernama Adhira berjuang memahami arti persahabatan, cinta, dan menerima dirinya yang sebenarnya. Memiliki latar belakang keluarga miskin dengan ayah penjudi menjadikan Adhira berjuang keras untuk pendidikannya. Di sisi lain, pertemuannya dengan Bimantara membawa sesuatu hal yang tidak pernah dia kira terjadi di hidupnya...
Untitled
507      290     0     
Romance
This story has deleted.
Kama Labda
551      346     2     
Romance
Kirana tak pernah menyangka bahwa ia bisa berada di jaman dimana Majapahit masih menguasai Nusantara. Semua berawal saat gadis gothic di bsekolahnya yang mengatakan bahwa ia akan bertemu dengan seseorang dari masa lalu. Dan entah bagaimana, semua ramalan yang dikatakannya menjadi kenyataan! Kirana dipertemukan dengan seseorang yang mengaku bahwa dirinya adalah raja. Akankah Kirana kemba...
Sahara
22922      3472     6     
Romance
Bagi Yura, mimpi adalah angan yang cuman buang-buang waktu. Untuk apa punya mimpi kalau yang menang cuman orang-orang yang berbakat? Bagi Hara, mimpi adalah sesuatu yang membuatnya semangat tiap hari. Nggak peduli sebanyak apapun dia kalah, yang penting dia harus terus berlatih dan semangat. Dia percaya, bahwa usaha gak pernah menghianati hasil. Buktinya, meski tubuh dia pendek, dia dapat menja...
PENTAS
1238      723     0     
Romance
Genang baru saja divonis kanker lalu bertemu Alia, anak dokter spesialis kanker. Genang ketua ekskul seni peran dan Alia sangat ingin mengenal dunia seni peran. Mereka bertemu persis seperti yang Aliando katakan, "Yang ada diantara pertemuan perempuan dan laki-laki adalah rencana Tuhan".
Bottle Up
3130      1282     2     
Inspirational
Bottle Up: To hold onto something inside, especially an emotion, and keep it from being or released openly Manusia selalu punya sisi gelap, ada yang menyembunyikannya dan ada yang membagikannya kepada orang-orang Tapi Attaya sadar, bahwa ia hanya bisa ditemukan pada situasi tertentu Cari aku dalam pekatnya malam Dalam pelukan sang rembulan Karena saat itu sakitku terlepaskan, dan senyu...