Loading...
Logo TinLit
Read Story - Liontin Semanggi
MENU
About Us  

"Kamu ngapain di situ, Ersa?"

Mendengar pertanyaan itu, Ersa batal menyeruput kopi hitamnya, akibat refleks menoleh.

Ersa bingung mau bolos ke mana. Ia berakhir iseng beli kopi di pinggir jalan. Ini pertama kalinya dalam seumur hidup, Ersa minum kopi di kaki lima. Ternyata rasanya lumayan juga.

Ia sedang nikmat-nikmatnya ngopi ... eh, malah bertemu dengan seseorang yang membuatnya melotot. Yaitu Pak Sastro, guru tata tertib yang terkenal killer.

Guru itu hafal dengan nama Ersa. Mengingat Ersa adalah salah satu siswa berprestasi.

"Ng-ngopi, Pak!" Ersa yang bingung harus bersikap bagaimana, berakhir malah menawari Pak Sastro untuk ikut ngopi pagi.

"Kamu lagi ada masalah apa, Ersa? Ayo buruan ke sekolah!" Pak Sastro langsung menarik tangan Ersa.

"Lho ... lho ... saya belum selesai ngopinya, Pak!" Ersa berusaha meronta.

"Astaghfirullah ... kemasukan setan apa kamu? Udah, sini ... ayo!" Pak Sastro makin brutal menarik tangan Ersa.

Ersa pun akhirnya pasrah dibonceng Pak Sastro menuju sekolah. 

***

Mereka sampai di sekolah bertepatan dengan bel masuk. Pak Sastro langsung memposisikan diri di depan gerbang. Motor ia parkir dulu di dekat sana, karena ia harus melaksanakan tugas jadi guru tata tertib terlebih dahulu.

Ersa cuek saja, ia langsung berjalan masuk ke area sekolah. Tapi Pak Sastro kembali menariknya.

"Kenapa lagi, Pak? Kan saya udah bilang makasih."

"Kamu mau ke mana?"

"Ya masuk kelas. Udah bel!"

"Sini dulu ... enak aja langsung masuk!"

"Lho, salah saya apa? Saya kan nggak terlambat. Saya sampai tepat saat bel bunyi. Kan bareng Bapak tadi!"

"Kamu harus tetap dihukum, Ersa!" tegas Pak Sastro.

"Salah saya apa sih, Pak? Mau bolos nggak jadi. Datang juga tepat waktu!" Ersa kesal sekali jadinya.

"Nggak bisa! Kamu harus tetap dihukum! Seandainya nggak ketemu saya tadi, kamu pasti lanjut bolos, kan? Berdiri di sini dulu!" bentak Pak Sastro.

Ersa tak bisa menyembunyikan tampang kesalnya. Tapi ia menurut untuk berdiri di depan gerbang. Malu sebenarnya. Karena sebelumnya Ersa tak pernah dihukum.

Siswa yang berdatangan mulai sepi. Tidak ada yang datang terlambat sepertinya. Alhasil, Ersa lah satu-satunya siswa yang dihukum pagi ini.

Baru juga Pak Sastro dan security mau menutup gerbang ... eh ada siswa yang teriak ....

"Sebentar, Pak ... jangan ditutup dulu!"

Pak Sastro dan security sudah hafal itu suasa siapa. Ya siapa lagi kalau bukan Binar? Siswa berprestasi, namun sayang ... hampir setiap hari ia selalu datang terlambat.

"Lagi-lagi kamu, Binar! Astaga ... kenapa terlambat terus, sih? Harusnya walau naik sepeda, kamu bisa berangkat lebih pagi, kan?" Belum-belum Pak Sastro langsung mengomel pada Binar.

Binar hanya cengengesan. Ia tak berusaha membela diri. Karena ia memang salah.

"Lho, Sa!" Binar agak kaget karena melihat Ersa ada di sana. Katanya tadi mau bolos?"

"Diem lo!" Ersa tidak ada nafsu menanggapi Binar.

"Seperti biasa, Binar!" tegas Pak Sastro.

"Siap, Pak!" Binar bergegas menuruti keinginan Pak Sastro. Tak mau menunda waktu, yang akan membuatnya makin mengulur waktu masuk kelas.

Binar memarkir sepedanya di balik gerbang sementara. Kemudian berdiri di sebelah Ersa.

Ini pertama kalinya Binar berdiri di sebelah Ersa, dengan posisi yang sejajar, dan dalam durasi yang cukup lama. Ia baru sadar ternyata Ersa lebih tinggi darinya. Tidak banyak sih perbedaannya, paling hanya sekitar 3-5 cm.

"Silakan kalian sebutkan apa kesalahan kalian. Mulai dari kamu Binar!"

"Mohon maaf, saya datang terlambat lagi, Pak. Saya menyesal. Tapi saya nggak janji untuk tidak mengulangi. Sebab saya punya alasan datang terlambat!"

"Duh ... gitu terus kamu setiap hari, Binar! Apa nggak cape dihukum terus hampir setiap hari?"

"Hehe ... cape sebenarnya, Pak. Tapi hitung-hitung olah raga, lah. Biar roti sobek saya makin jadi!" Binar malah flexing otot perutnya.

Ia tidak mengada-ada soal otot perutnya yang bagus. Bukan karena sengaja dibentuk. Tapi karena saking Binar tipis sekali masa lemaknya. Akibat makan sedikit, namun selalu berkegiatan banyak dan berat setiap harinya. Tubuhnya ramping, namun berotot.

"Saya tahu kamu kerja. Tapi itu bukan alasan bisa terlambat setiap hari. Saya akan hukum kamu terus tiap kali terlambat!"

"Maaf, Pak." Binar kembali minta maaf, hal yang ia lakukan setiap hari.

Ersa menoleh pada Binar. 'Oh, jadi tadi dia kerja. Gue pikir bantu emaknya jualan.'

"Kamu Ersa ... coba jelasin apa kesalahan kamu!" Pak Sastro beralih pada Ersa

"Saya nggak merasa melakukan kesalahan. Saya batal bolos, juga nggak terlambat. Saya cuma niat bolos buat ngopi pagi. Itu pun nggak jadi." Ersa masih tak terima dengan hukumannya ini.

"Ya, saya paham kamu sebenarnya nggak salah. Tapi tetap saja kamu salah karena sudah niat bolos. Ini sebagai peringatan untuk kamu, Ersa. Supaya besok-besok nggak ulangi kesalahan yang sama!"

Ersa rasanya ingin sekali menjawab omongan Pak Sastro. Tapi ia tahan sebisanya. Begini-begini ia masih punya adab.

"Ya udah ... langsung aja kalian lari keliling lapangan 10 kali!" titah Pak Sastro.

"Ha? Sepuluh?" Ersa terkaget-kaget.

"Kenapa? Kurang?" sahut Pak Sastro.

Binar hanya cekikikan. Karena ia sudah biasa seperti ini. Mumpung adrenalinnya juga masih tinggi, sebab baru saja mengayuh sepeda jarak jauh.

Binar berlari duluan ke arah lapangan. Disusul oleh Ersa yang berlari dengan ogah-ogahan.

***

Selesai lari, Binar langsung mengambil sepedanya untuk diparkir terlebih dahulu. Setelah itu ia menuju toilet terdekat dengan kelas. Ia mau sedikit menyegarkan badan dulu sebelum masuk kelas.

Binar melepas kemejanya, dan ia gantung di dinding. Ia lanjut melepas kaosnya. Lalu berdiri membelakangi cermin, melihat rentetan koyo di punggungnya.

Binar diam dulu beberapa saat, membiarkan keringatnya menguap terbawa angin. Sebelum akhirnya ia mebasahi beberapa anggota tubuhnya dengan air.

Binar tidak memakai kaosnya lagi, karena telanjur basah. Ia baru saja megambil kemejanya dari gantungan ... ada seseorang yang baru masuk.

Ternyata itu adalah Ersa yang masih tampak ngos-ngosan, seperti orang bengek.

"Lari 10 putaran aja bengek begitu, Pemuda Jompo!"

Niat Binar sebenarnya menyapa dengan bumbu sedikit candaan. Walau tidak akrab, tapi mereka sekelas, kan? Apa salahnya Binar berusaha akrab? Apa lagi mereka baru saja dihukum bersama.

Tapi memang dasarnya Ersa selalu sensi ... pemuda itu langsung menatap Binar dengan tajam.

"Ngatain orang jompo. Sendirinya lebih jompo!" Yang Ersa maksud adalah deretan koyo di punggung Binar.

Bukannya marah, Binar malah tertawa. Ersa menatapnya aneh. Ia juga kembali menengok rentetan koyo di punggung Binar. Koyo yang ia tempelkan kemarin masih ada di sana. Terlihat mencolok karena posisinya miring.

"Kerja jualan tumpang pecel doang, koyo sebegitu banyak! Lemah!" Ersa lanjut mengejek Binar.

"Tahu apa soal kerjaan gue?" Binar mulai menanggapi Ersa dengan serius.

"Ya tahu, lah! Orang tadi jelas-jelas gue lewat depan tempat jualan lo!" Ersa ngeyel.

Binar hanya terkekeh. "Lo kenapa selalu sensi sama gue, Sa? Perasaan gue nggak ada benernya di mata lo."

"Tampang lo nyebelin! Lo juga kan tadi yang laporin gue bolos ke Pak Sastro?"

Binar sekarang jadi tahu alasan Ersa tidak jadi bolos.

"Lah ... kok nuduh? Jelas-jelas elo dan Pak Sastro sampai sekolah duluan."

"Ya bisa aja waktu otw sekolah, lo ketemu Pak Sastro di jalan ... terus lo laporin gue bolos."

"Gue nggak laporin lo!"

"Gue nggak percaya!" Ersa mencuci mukanya sebentar, sebelum ia mendahului Binar keluar dari toilet.

Binar hanya bisa geleng-geleng menghadapi kelakuan Ersa. Sembari lanjut memakai kemejanya.

Pagi-pagi ia sudah kena fitnah.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • muymuy

    Gak di next kak?

    Comment on chapter Hari Pembagian Rapor
Similar Tags
Can You Hear My Heart?
684      407     11     
Romance
Pertemuan Kara dengan gadis remaja bernama Cinta di rumah sakit, berhasil mengulik masa lalu Kara sewaktu SMA. Jordan mungkin yang datang pertama membawa selaksa rasa yang entah pantas disebut cinta atau tidak? Tapi Trein membuatnya mengenal lebih dalam makna cinta dan persahabatan. Lebih baik mencintai atau dicintai? Kehidupan Kara yang masih belia menjadi bergejolak saat mengenal ras...
Let me be cruel
6981      3267     545     
Inspirational
Menjadi people pleaser itu melelahkan terutama saat kau adalah anak sulung. Terbiasa memendam, terbiasa mengalah, dan terlalu sering bilang iya meski hati sebenarnya ingin menolak. Lara Serina Pratama tahu rasanya. Dikenal sebagai anak baik, tapi tak pernah ditanya apakah ia bahagia menjalaninya. Semua sibuk menerima senyumnya, tak ada yang sadar kalau ia mulai kehilangan dirinya sendiri.
Aditya
1450      651     5     
Romance
Matahari yang tak ternilai. Begitulah Aditya Anarghya mengartikan namanya dan mengenalkannya pada Ayunda Wulandari, Rembulan yang Cantik. Saking tak ternilainya sampai Ayunda ingin sekali menghempaskan Aditya si kerdus itu. Tapi berbagai alasan menguatkan niat Aditya untuk berada di samping Ayunda. "Bulan memantulkan cahaya dari matahari, jadi kalau matahari ngga ada bulan ngga akan bersi...
The First 6, 810 Day
994      653     2     
Fantasy
Sejak kecelakaan tragis yang merenggut pendengarannya, dunia Tiara seakan runtuh dalam sekejap. Musik—yang dulu menjadi napas hidupnya—tiba-tiba menjelma menjadi kenangan yang menyakitkan. Mimpi besarnya untuk menjadi seorang pianis hancur, menyisakan kehampaan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Dalam upaya untuk menyembuhkan luka yang belum sempat pulih, Tiara justru harus menghadapi ke...
Batas Sunyi
2290      1079     108     
Romance
"Hargai setiap momen bersama orang yang kita sayangi karena mati itu pasti dan kita gak tahu kapan tepatnya. Soalnya menyesal karena terlambat menyadari sesuatu berharga saat sudah enggak ada itu sangat menyakitkan." - Sabda Raka Handoko. "Tidak apa-apa kalau tidak sehebat orang lain dan menjadi manusia biasa-biasa saja. Masih hidup saja sudah sebuah achievement yang perlu dirayakan setiap har...
You*re My Star
355      229     0     
Short Story
Mengagumi pesona lelaki cantik di sebuah rumah sakit, Brian, membuat hari Zora menjadi penuh dengan kejengkelan dan debaran. Tanpa sadar satu hari yang terasa panjang menjadi singkat, sejenak Zora melupakan ketertekanan dan kesepiannya selama ini. Zora adalah langit Brian. Dan Brian adalah bintang Zora. Kisah singkat yang terjadi dalam satu hari menjadi kenangan yang tidak terlupakan.
Mesin Waktu Ke Luar Angkasa
194      164     0     
Romance
Sebuah kisah kasih tak sampai.
Tanda Tangan Takdir
287      224     1     
Inspirational
Arzul Sakarama, si bungsu dalam keluarga yang menganggap status Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai simbol keberhasilan tertinggi, selalu berjuang untuk memenuhi ekspektasi keluarganya. Kakak-kakaknya sudah lebih dulu lulus CPNS: yang pertama menjadi dosen negeri, dan yang kedua bekerja di kantor pajak. Arzul, dengan harapan besar, mencoba tes CPNS selama tujuh tahun berturut-turut. Namun, kegagal...
Winter Elegy
745      510     4     
Romance
Kayra Vidjaya kesuma merasa hidupnya biasa-biasa saja. Dia tidak punya ambisi dalam hal apapun dan hanya menjalani hidupnya selayaknya orang-orang. Di tengah kesibukannya bekerja, dia mendadak ingin pergi ke suatu tempat agar menemukan gairah hidup kembali. Dia memutuskan untuk merealisasikan mimpi masa kecilnya untuk bermain salju dan dia memilih Jepang karena tiket pesawatnya lebih terjangkau. ...
Trying Other People's World
200      168     0     
Romance
Lara punya dendam kesumat sama kakak kelas yang melarangnya gabung OSIS. Ia iri dan ingin merasakan serunya pakai ID card, dapat dispensasi, dan sibuk di luar kelas. Demi membalas semuanya, ia mencoba berbagai hidup milik orang lain—pura-pura ikut ekskul jurnalistik, latihan teater, bahkan sampai gabung jam tambahan olimpiade MIPA. Kebiasan mencoba hidup-hidup orang lain mempertemukannya Ric...