Dazzle menatap pantulan dirinya di cermin. Ia mengakui dirinya yang cantik dan manis seperti putri kerajaan. Rambut panjangnya selalu tergerai, jepit berbentuk bunga matahari selalu menjadi accesories utama yang sering ia gunakan. Hari ini, Dazzle akan sedikit merubah diri nya demi memanfaatkan kecantikannya. Tak seheboh yang kalian pikirkan, Dazzle hanya menstyling sedikit ujung rambutnya juga membuat dua kepangan kecil. Dazzle ingin tampil beda kali ini.
Di meja makan, Danzel memperhatikan Dazzle dengan wajah yang penuh tanya. Masih memikirkan hal apa yang terjadi pada adiknya hingga ia tampil lebih cantik dari sebelumnya. Sama hal nya dengan Anjani, ia juga memperhatikan anak perempuannya yang berbeda dari sebelumnya. Keduanya saling berbicara melalui tatapan mata untuk menanyakan nya pada Dazzle. Hingga akhirnya, Danzel menyerah.
"Dazz, kamu hari ini kenapa?"
Dazzle mengernyit kan dahinya bingung
"Kenapa cantik banget hari ini?"
Dazzle mengerti dan segera menyungging kan senyumnya. Setelah selesai menghabiskan sarapannya, Dazzle melirik ke arah Ibu dan Danzel bergantian sebelum memberikan jawaban.
"Khm. Sebenernya enggak ada apa-apa cuma pengen tampil sedikit beda aja,"
Dazzle sadar, sepertinya memang ada yang salah pada dirinya pagi ini. Berdandan dan mengganti style rambut nya walau sedikit. Dazzle bingung, apakah ia sudah terjerat virus cinta?
Hah?! Katakan sekali lagi, VIRUS CINTA?!?! Dazzle mengerjapkan matanya berkali-kali, seperti mencari titik kesadaran yang seakan-akan terbang entah kemana. Salahkan saja dirinya, selama sarapan pikirannya hanya di penuhi oleh Haikal Yudha Ardana.
Danzel dan Anjani diam dan masih memperhatikan gerak-gerik Dazzle. Mereka yang seolah-olah paham, seperti ada sesuatu yang mengisi ruang kosong dalam hatinya.
"Ay, Ibu enggak ngelarang apa-apa ya. Selama gak ganggu belajar kamu, Ibu gak masalah. Selama Papa kalian enggak ada, kalian bebas. Tapi kalian harus ingat, setelah serigala rumah kalian kembali, kalian harus tau apa harus dilakukan," Anjani hanya berpesan, tapi entah mengapa Dazzle seperti di segel. Seperti ada sesuatu yang tiba-tiba menjeratnya.
Danzel yang menyadari perubahan wajah Dazzle pun tersenyum hangat dan mengusap punggung tangannya pelan.
"Jangan khawatir, tenang. Ada aku,"
Ucapan dan usapan lembut di tangan Dazzle membuatnya jauh lebih merasa tenang.
....
Hal mengejutkan kan juga datang pagi ini. Kelas 10A jurusan BAHASA DAN SASTRA sedang di kerumuni oleh anak-anak dari Tim Basket kelas 11 jurusan IPA. Di sana ada sang ketua FARHAN GIANTARA SADDAM. Entah apa yang ingin mereka lakukan, tak ada satupun yang mengetahuinya. Sampai akhirnya Dazzle datang bersama dengan Haikal. Seluruh tatapan mata tertuju pada keduanya. Farhan sedikit terperanjat saat melihat Dazzle yang tampil sedikit berbeda.
Dazzle bingung dan mencari jawaban pada teman-temannya yang hanya memberikan gelengan tanda tak mengerti. Tanpa membuang waktu lama, Dazzle maju selangkah dan menghadap ke arah Farhan. Dazzle memincing matanya tanda memberi tanya. Farhan mengerjap, lagi dan lagi tatapan mata Dazzle mampu membuat Farhan seperti patung kerajaan yang tak bergerak.
"Ada urusan apa, Kak?" Dazzle membuka suaranya dengan tatapan mata yang masih menatap lawan bicaranya.
"Khm. Ada yang mau gue obrolin,"
Dazzle mengernyit kan dahinya. Ia seperti mengerti, ini bukan hal sepele yang akan di bicarakan. Matanya memindai sekitar dan mengangguk, semua yang berkerumun di sana perlahan pergi dan menyisakan Dazzle dan teman-temannya juga Farhan bersama anggota Tim nya.
"Udah pada pergi, mau ngomong apa?"
Farhan sedikit kikuk. Entah mengapa pagi ini ia seperti kehilangan akal sehatnya.
"Masih ada temen lo,"
"Temen lo juga masih ada,"
Skakmat. Farhan kalah.
"Oke, fine. Gue langsung ke intinya aja. Gue minta maaf atas sikap gue kemarin-kemarin sama lo,"
Dazzle tersentak. Matanya memindai Farhan dengan teliti. Mencari titik ketulusan di sana.
"Gue gak sepenuhnya marah sama Danzel. Gue cuma kemakan ucapan Gabriell yang sampai sekarang masih marah sama Kakak lo,"
Dazzle mengerti paham.
"Maaf lo gue terima. Bagus kalau akhirnya lo sadar, semoga kedepannya lo bisa berkelakuan lebih baik lagi. Gak semua hal bisa lo lampiasin ke orang yang gak tau apa-apa,"
Farhan diam. Kata demi kata yang keluar dari mulut Dazzle seperti magis yang bisa menyihirnya kapan saja.
Farhan mengangguk sebagai jawaban.
"Ada lagi gak, Kak? Gue mau belajar,"
"Oh, enggak. Makasih ya. Selesai ujian gue sama anak-anak ikut bantuin lo di pojok baca, semoga lo gak keberatan,"
Dazzle tersenyum dan mengangguk.
"Gue duluan ya, Kak,"
Dazzle pamit dari hadapan Farhan di ikuti oleh Haikal dan teman-temannya.
....
"Aneh. Kenapa Kak Farhan jadi kayak gitu sama kamu ya, Dazz," ucap Hanna ketika sudah di dalam kelas.
Gania yang mendengarnya pun ikut nimbrung
"Sebenernya, dari kemarin udah aneh. Si Farhan Farhan itu suka tiba-tiba berisik banget kalau udah deket-deket sama Dazzle. Segala hal gak penting dia omongin,"
"Tau dari mana?" tanya Rama,
"Kan kemarin gue sama Dazzle bersih-bersih Pojok Baca. Farhan tiba-tiba dateng ngerecokin kita," sahut Gania
Dazzle sudah membuka bukunya, tapi pikirannya melayang jauh. Haikal menyadari Dazzle yang kehilangan fokusnya.
"Dazz,"
Haikal membuyarkan lamunan Dazzle
"Hah, kenapa?"
Haikal menggeleng pelan sebagai jawaban sebelum melanjutkan ucapannya
"Danzel udah ketemu sama Farhan?"
"Belum kayaknya. Danzel gak ada bilang apa-apa sih sama aku,"
"Tiba-tiba banget minta maaf,"
"Aneh ya. Sikapnya berubah-ubah,"
Haikal mengangguk setuju.
"Dia....beneran minta maaf atau cuma......"
Ucapannya tergantung, ada banyak spekulasi di dalam otak Haikal juga Dazzle.
"Kita pikirin nanti. Sekarang fokus belajar dulu aja," pungkas Haikal yang di setujui oleh Dazzle.
...
2,5 jam berlalu begitu cepat. Saat ini Dazzle, Dalila dan beberapa rekan Pojok Baca sudah berkumpul. Mereka sudah sepakat untuk melakukan penataan ulang, untuk mengalihkan perhatian para murid agar berkunjung ke Pojok Baca.
Sudah ada Dazzle di sana yang di resmikan sebagai ketua. Dazzle nampak sibuk bolak balik demi memastikan penataan furniture nya sesuai keinginannya. Haikal dan Rama juga datang membantu. Di tambah lagi Farhan dan Raga juga ada di sana.
"Kal, si Farhan tumben banget ada di sini," tanya Rama yang melihat kehadiran Farhan yang sudah mulai sibuk mondar-mandir.
"Dia kayaknya punya maksud sendiri,"
"Ngebahayain Dazzle gak?"
Haikal mengangkat bahunya tanda tidak tahu
"Kita pantau aja. Mau sampai di mana si Farhan berkilah. Nanti kalau ada yang gak beres, baru kita susun rencana,"
Rama setuju dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
Di sisi lain, Farhan dan Raga melakukan pekerjaannya dengan baik tanpa ada mengeluh. Mereka seperti melakukannya dengan sepenuh hati.
"Han, lo beneran suka sama Dazzle?"
Farhan hanya memberi anggukan sebagai jawaban.
"Gue kira lo cuma ngebual aja. Nambah dong koleksi cewek lo,"
Farhan menggeleng
"Gue gak mau jadiin Dazzle sama kayak mereka,"
Raga terkejut tak menyangka dengan penuturan Farhan barusan.
"Sumpah, lo beneran serius? Urusan lo sama Danzel gimana?"
"Ya biarin itu jadi urusan gue sama Danzel. Lagian, bener kata Dazzle. Gue gak bisa jadiin orang lain pelampiasan buat masalah gue yang mereka gak tau,"
Lagi, Raga hanya diam dengan segala keterkejutannya.
"Tapi Han, gue rasa temen-temennya Dazzle curiga liat lo begini tiba-tiba. Apalagi Haikal, dia kayak sengaja mantau lo,"
Farhan mengalihkan fokusnya pada Haikal yang saat itu sedang bersama Dazzle, entah apa yang sedang mereka bicarakan keduanya terlihat begitu serius.
"Gue sadar sih kalau soal itu. Biarin aja dulu. Biar mereka baca pergerakan gue. Lagian, gue kali ini beneran serius. Gue mau jalan di jalan gue sendiri. Bukan jalan yang di buat Gabriella,"
Raga sepertinya sudah cukup yakin dengan apa yang di ucapkan. Selama ini mereka selalu di berikan jalan oleh Gabriell. Semua kelancaran jalan mereka di buat olehnya.
"Udah saatnya kita cari jalan kita sendiri. Lo gak takut reputasi lo turun, Han?"
Farhan menggeleng.
"Gue capek lagian, Ga. Jadi gapapa kalau misal gue harus kehilangan semua yang udah gue genggam sekarang,"
Raga mengangguk paham.
Ada banyak hal yang memang harus kita rasa sendiri. Ada banyak cobaan yang tanpa kita sadar kita cobain. Perjalanan dalam mencari jati diri tidaklah mudah. Harus merasakan terperangkap, hilang arah dan akhirnya bertemu dengan secercah harapan baru untuk hidup yang lebih baru. Bisa di bilang, Farhan adalah sosok Danzel kedua. Ia tak pernah mau kalah, selalu mencari banyak cara demi menjadi yang nomer satu. Sampai akhirnya ia bertemu dengan Gabriella. Primadona sekolah yang siap memberikan jalan asal perintahnya di turuti. Semoga kehidupan Farhan kedepannya menjadi jauh lebih baik dan gak haus akan ketenaran.
....
Pojok Baca sudah hampir selesai. Semua furniture baru sudah tertata rapih di tempat nya masing-masing. Suasana nya jauh lebih nyaman dari sebelumnya. Dazzle tersenyum puas melihat hasil penataannya yang sesuai ekspektasi.
"Keren banget. Pojok Baca jadi jauh lebih seger dari sebelumnya,"
"Iya, keliatannya kayak luas banget. Gak sumpek,"
"Bisa bantu promosi gak kalian? Tempat ini harus jadi ikonik sekolah kita,"
"Aman, tenang aja. Nanti kita buat promosi. Tapi sebelumnya, buat buku-buku lebih di perbarui lagi. Biar makin banyak variasinya, jadi isinya gak cuma buat belajar aja,"
"Nanti gue bilang sama Dazzle deh, dia banyak banget idenya,"
"Okee"
Seperti itu kira-kira perbincangan Anggota OSIS tentang Pojok Baca setelah berada di tangan Dazzle. Mereka cukup puas dan tak salah memilih Dazzle sebagai ketua.
"Kayaknya, anak-anak OSIS pada puas sama hasil kerja kamu Daz," ucap Hanna yang melihat perbincangan para anggota OSIS.
Dalila memberikan jempolnya
"Setuju. Mereka keliatan banget suka sama hasil penataannya,"
Dazzle hanya tersenyum menanggapinya.
"Makasih banyak ya guys, udah ikut bantuin aku hari ini. Sebagai ucapan terima kasih, gimana kalau kita kumpul di rumah ku? Kita piknik di halaman belakang,"
Hanna, Rama, Dalila, Gania juga Haikal berseru kompak. Mereka siap untuk acara makan-makan sore ini.
"Eh, si Farhan sama Raga di ajak gak?"
Dazzle menoleh kearah Farhan juga Raga yang sedang berbincang dengan para anggota OSIS.
"Di rumah ada Danzel, nanti aku coba tanyain ya. Kalian gak keberatan?"
Haikal menggeleng, "Enggak. Ajak aja, barangkali bisa dia jadiin kesempatan buat ngobrol sama Danzel,"
Setelah nya, Dazzle menghampiri Farhan dan Raga
"Kak Farhan,"
Farhan menoleh dan mendapati Dazzle berdiri di sana.
"Kenapa Dazz?"
"Emm, gue mau ajak temen-temen gue kerumah buat makan-makan sebagai bentuk terimakasih. Lo, mau join gak?"
Dazzle bertanya dengan hati-hati. Bukan takut, Dazzle hanya melihat keadaan agar tak menimbulkan konflik.
"Gak keberatan gue ikut?"
"Enggak. Mereka gak keberatan kok,"
"Kalau gitu gue ikut. Nanti gue banyak bantuin di sana. Sebagai bentuk permintaan maaf gue ke lo karena pernah gangguin lo,"
Dazzle tersenyum, "Danzel ada di rumah. Gapapa?"
"Gapapa, nanti gue nyusul sama Raga. Makasih udah ajak kita ya," Farhan kali ini tersenyum.
....
Di halaman rumah Dazzle yang luas, sudah terhampar tikar dan beberapa cemilan ringan. Raga, Haikal dan Rama sedang bermain basket. Hanna, Dalila ada di dapur bersama dengan Ibu Anjani sementara Gania sedang sibuk sendiri dengan pemandangan di rumah Dazzle.
Saat ini, Dazzle sedang bersama dengan Danzel dan Farhan di kamar Danzel. Danzel sengaja meminta kehadiran Dazzle di sana yang di jadikan sebagai saksi pertemuan mereka. Sedikit tegang tapi masih bisa di selamatkan.
Danzel berdehem. Merenggang kan tenggorokannya yang tak kering. Seperti sebuah tanda bahwa kecanggungan mulai terasa. Dazzle yang peka pun mencoba mengambil alih.
"Kak Farhan, Kak Danzel, kalian cuma mau ngobrol tanpa adu tinju kan? Gimana kalau kalian rileks dulu, aku liat-liat kalian berdua tegang,"
Farhan mengerjapkan matanya, berusaha mengambil udara sebanyak-banyaknya. Hal yang sama juga di lakukan oleh Danzel. Dazzle yang melihat keduanya pun hanya menggeleng kan kepalanya.
"Han,"
Danzel mulai membuka obrolan, Dazzle dengan siap duduk dan mendengarkan.
"Sebelumnya, gue mau minta maaf. Mungkin waktu itu gue terlalu ambis buat jadi yang nomer satu. Dari 100% keinginan gue cuma ada 50% buat jadi yang terbaik, bukan yang nomer satu. Segala cara gue lakuin termasuk ngebantai habis-habisan tim basket lo. Maaf,"
"Di mana bedanya? Buat jadi yang terbaik tapi bukan yang nomer satu? Bukannya sama aja? Sama-sama di junjung,"
"Beda, Kak. Yang nomer 1 gak selalu jadi yang terbaik. Tapi yang terbaik gak selalu ada di nomer 1. Aku bukan yang nomer 1 di sekolah, tapi aku dapet predikat murid terbaik di sekolah. Sampai sini kamu paham , kan?"
Bukan. Itu bukan Danzel, tapi Dazzle. Farhan menoleh ke arah Dazzle yang menatapnya lurus tanpa berkedip.
"Gue tau soal misi balas dendam yang lo sama Gabriell lakuin ke Dazzle. Gue belum bisa ketemu sama Gabriell sekarang, gue masih harus atur kalimat gue biar gak ada salah paham lagi. Han, sekali lagi gue minta maaf," Danzel membungkuk, ini sudah menjadi kebiasaannya saat berada di Korea.
Farhan terkejut dan merasa tak enak hati.
"Eh, eh lo ngapain. Gak usah gini,"
"Gue tulus, Han. Alasan utamanya karena tuntutan dari Papa gue. Itu yang bikin gue jadi segila itu buat jadi yang pertama dan berlaku semena-mena sama anak-anak Basket yang lain,"
Sampai sini, Farhan mengerti.
"Makasih, Kak Danzel udah bersedia buat jelasin dan minta maaf sama gue. Gue juga salah di sini karena berlaku terlalu kejam sama orang-orang terdekat lo. Termasuk Dazzle. Gue udah minta maaf kok sama adik lo, soal misi bales dendam yang buat sama Gabriell,"
Danzel melihat ke arah Dazzle yang mengangguk kan kepalanya.
"Urusan Kak Farhan sama aku udah selesai kok, Kak. Tenang aja,"
Danzel tersenyum sebagai jawaban.
"Berarti, sekarang kalian udah aman kan Yuk Kak Danzel, gabung sama kita di bawah,"
Danzel mengiyakan dan berjalan bersama dengan Farhan juga adiknya.
....
Hari ini, begitu banyak hal yang berubah secara tiba-tiba. Entah itu benar-benar berubah atau hanya manipulasi belaka demi menutupi perasaan yang sebenarnya.