Loading...
Logo TinLit
Read Story - PUZZLE - Mencari Jati Diri Yang Hilang
MENU
About Us  

Hari ini adalah hari Minggu, hari kebebasan bagi mereka semua yang sudah menghabiskan waktunya selama 6 hari penuh. Weekend telah tiba, akhirnya (sebagian) dari mereka bisa beristirahat. Tanda dalam kurung di awal membuktikan bahwa tak semua orang memilih untuk beristirahat di hari libur. Hal ini di buktikan oleh Dazzle, Hanna, Gania, Dalila, Rama dan Haikal. Mereka memutuskan untuk berkumpul di rumah Dazzle untuk belajar bersama. Yang sudah di ketahui, mereka bisa saja terjebak dalam persaingan secara tak langsung, yang membuat mereka memutuskan untuk membentuk kelompok belajar untuk meningkatkan nilai tanpa harus mengorbankan pertemanan mereka.

 

Kayani hari ini datang tepat waktu seperti biasanya. Perbincangan kecil mereka lakukan sebagai bentuk pendekatan awal. Suasana kamar Dazzle menjadi ramai dan hangat. Candaan di tengah-tengah keseriusan mampu membuat mereka merasa lebih rileks. Hari ini akan menjadi awal yang baik bagi mereka untuk menyambut hari persaingan besok. Mengerahkan segala usaha demi mendapatkan hasil akhir yang baik. Mereka hanya ingin bersaing sehat tanpa merusak apa yang sudah mereka bangun.

 

3 jam sudah berlalu Hanna, Gania, Rama dan Dalila tengah sibuk memainkan permainan yang mereka temukan di kamar Dazzle. Sementara itu, Haikal dan Dazzle bersandar di pembatas balkon untuk menghirup udara segar.

 

Keduanya hanya diam dan sibuk pada pikiran mereka masing-masing. Membiarkan diri tenggelam dalam lamunan dengan angin yang menerpa wajah mereka.

 

Hingga akhirnya, Haikal memulai pembicaraannya.

 

"Hari ini gimana, Dazz?"

 

"Baik. Aku seneng banget hari ini. Kayak, ada semangat baru. Aku belum pernah ngerasain ini sebelumnya,"

 

"Kalau di pikir-pikir, sebenernya kita ini salah masuk sekolah, kah? Kenapa rasanya kayak banyak banget tekanannya. Gak semua dari kita punya kapasitas otak yang sama kan?"

 

"Aku juga mikir gitu. Kenapa orang-orang konglomerat kayak kita, enggak bisa masuk di sekolah biasa? Takut timbul rasa pengusaha karna punya segalanya?"

 

Haikal dan Dazzle kembali diam. Merenungkan kembali apa yang menjadi perbincangan mereka. Helaan napas lolos dari keduanya, saling pandang dan kemudian tersenyum.

 

"Takdir ya, Dazz. Kita di kasih banyak kemergelapan dunia. Kita di kasih banyak kelebihan yang menurutku ini terlalu lebih. Tapi, mental kita di uji. Uang banyak, tapi bolak-balik ngasih uang ke psikolog. Kalau kayak gini, sayang juga uangnya,"

 

Dazzle mengangguk membenarkan.

 

"Orang kaya ujiannya pasti sakit. Entah sakit di bagian yang mana, kebanyakan dari mereka pasti nabung di rumah sakit atau enggak di psikolog,"

 

Haikal menoleh ke arah Dazzle sebentar

 

"Dazz, sebelum aku pulang ke Indonesia aku banyak nyari tau tentang kamu juga keluarga kamu,"

 

Dazzle menoleh kearah Haikal dengan tatapan tanya

 

"Papa kasih aku banyak informasi tentang kamu. Maaf kalau kesannya aku gak sopan. Papa tau kamu temen pertama aku di sekolah, kebetulan juga papa aku temen deket papa kamu, jadi aku penasaran tentang kamu dan cari tau banyak hal soal kamu,"

 

Dazzle mengernyitkan dahinya bingung.

 

"Kenapa, Kal?"

 

"Terlalu dini untuk bilang alasan yang sebenarnya. Aku cuma bisa bilang sekarang aku peduli sama kamu. Aku mau kamu baik-baik aja meski rasanya mustahil,"

 

Dazzle terdiam mencerna semua perkataan Haikal.

 

"Aku tau kamu pasti kaget, bingung, tapi...."

 

Belum sempat meneruskan ucapannya, Dazzle segera menyelanya

 

"Makasih. Makasih udah peduli sama aku sampai segininya. Maaf ya, kamu jadi tau banyaknya sisi lemah aku," 

 

Haikal tersenyum hangat, tangannya ingin mengusap pucuk kepala Dazzle tapi ia urungkan.

 

"Gapapa. Aku gak masalah. Kita kenalan dari awal lagi kamu bersedia gak?,"

 

Dazzle tersenyum dan mengangguk 

 

"Bersedia dong,"

 

Haikal tersenyum senang. Sebelum memulai perkenalan ulangnya, Haikal menoleh ke arah teman-temannya dulu memastikan mereka tak akan menggangu nya. 

 

"Aku Haikal Yudha Ardana. Anak tunggal dari keluarga Yudhistira Ardana. Aku cuma tinggal sama Papa sejak Mama mutusin buat cerai dan milih sama keluarga barunya. Sejak kecil aku udah lupa gimana rasanya punya Mama. Mama ku ada kok, cuma perannya gak ada. Papa laki-laki bijaksana yang bertanggung jawab. Aku di bawa keluar negeri selama 2 tahun untuk nemenin Papa ngejar karir nya. Bersyukur nya aku, Papa gak lupa sama anaknya. Di bawa kemana aja asal sama aku. Kamu, mau tau apa lagi tentang aku?"

 

Dazzle yang sudah terhipnotis dengan cara bercerita Haikal, tak menyadari bahwa keduanya sudah beradu pandang. 

 

Sampai akhirnya.....

 

"Aku suka dengerin kamu cerita,"

 

Ada senyum yang terukir di sana. Jantung Haikal seketika berdebar kencang.

 

"Ka...kamu....bilang apa?"

 

Dazzle tersadar dan langsung memalingkan wajahnya. Ia merutuki dirinya yang kehilangan kesadaran saat mendengarkan Haikal bercerita.

 

"Dazzle bodoh," pekiknya dalam hati.

 

Hanna, Gania, Dalila dan Rama yang memperhatikan mereka pun sudah tak bisa lagi menahan tawanya.

 

"HAHAHAHAHAHA YAAMPUN KALIAN LUCU BANGET," tawa Rama memenuhi semua sudut ruang kamar Dazzle 

 

"Rama berisik. Ketawa nya full power banget," ucap Hanna yang menutup telinganya.

 

Dazzle dan Haikal mengutuk teman-temannya dalam satu tatapan.

 

"Ih, kompak banget lagi. Tapi kita gak takut," ucap Dalila meremehkan.

 

Rama, Gania dan Hanna menyilangkan tangannya di dada memberi tanda bahwa mereka juga tak takut. 

 

Tak berselang lama Kayani datang menghampiri mereka dengan nampan di tangan yang berisikan cemilan.

 

"Hayooo lagi ngapain kalian...."

 

Tawa mereka semua terhenti dan menoleh ke arah Kayani. Dalila berdiri dan membantu Kayani.

 

"Tadi aku habis bantuin Ibu Anjani bikin kue, cobain yaa,"

 

Dengan satu gerakan Rama berhasil mengambil 3 potong sekaligus. Rama memberikan 2 jempolnya, rasa dari kue buatan Kayani dan Ibu Anjani sepertinya sesuai dengan selera Rama.

 

"Lo laper ya, Ram?" Tanya Gania 

 

Rama mengangguk sebagai jawaban.

 

Kayani terkekeh melihat kelakuan teman-teman Dazzle.

 

"Guys, sini biar aku kasih sedikit petuah," suara Kayani menginterupsi kegiatan mereka dan membuat semuanya memperhatikan Kayani dengan seksama

 

"Besok hari Senin. Ujian pertama kalian untuk ngumpulin poin pertama. Dari sepengetahuan aku, kalian punya 700 poin / 3 bulan. Selain nilai pelajaran dan nilai harian, kelakuan kalian di kelas juga jadi acuan untuk tambah atau berkurang nya poin yang kalian punya. Karena kalian tau persaingan di sana kayak neraka, jadi semua bergantung sama diri kalian sendiri. Gimana cara kalian untuk tetep stabil tanpa mempengaruhi pertemanan kalian,"

 

Dazzle, Dalila, Gania, Hanna, Haikal dan Rama mengangguk paham. Besok, mereka akan memaksimalkan semuanya.

 

"Kalau gitu, kita lanjut belajar aja gimana? Kak Kayani belum capek kan?" Tanya Hanna

 

"Kalian gak capek?"

 

Mereka kompak menggeleng.

 

"Kalau kata Dazzle, kita pinter bareng-bareng, bodoh juga bareng-bareng," ucap Dalila santai.

 

Rama dan Haikal tertawa. Tak menyangka akan keluar kalimat seperti itu dari mulut Dazzle.

 

Dazzle yang mendengarnya pun hanya menutup wajahnya dengan buku.

 

 

...

 

 

3 jam kedua, kelompok belajar yang di buat Dazzle berjalan dengan baik. Mereka semua belajar dengan tekun dan fokus. Penjelasan Kayani benar-benar membuat hal yang sulit menjadi mudah.

 

 

"Guys, udah stop. Aku tau kalian suka sama cara aku ngajar. Tapi udah, udah cukup 6 jam. Sisanya kalian cukup baca-baca dan pahamin aja. Belajar yang giat itu bagus. Tapi jangan kayak gini, otak kalian juga butuh istirahat,"

 

Dalila, Dazzle, Gania, Hanna, Rama dan Haikal membereskan buku-bukunya dan mulai mengistirahatkan badannya. Sepertinya mereka lelah, tapi enggan untuk berhenti.

 

 

Tiba-tiba....

 

 

"Ada semangat baru yang tiba-tiba aja muncul. Jadi rasa capek nya gak bikin capek yang mau nyerah, tapi capek yang seru. Aku belum pernah ngerasain semangat belajar yang kayak gini. Makasih ya, Dazzle Lee,"

 

Setelah mengucapkan serentetan kalimatnya, Rama memejamkan matanya. Ya, dia Rama. Rama juga termasuk anak beasiswa, Rama hanya mendapatkan setengah karena orang tua nya masih mampu. Kepintaran Rama menjadi taruhannya untuk masuk ke SATURN INTERNASIONAL HIGH SCHOOL.

 

 

...

 

 

00:00

Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Dazzle masih belum berhasil memejamkan matanya. Tatapan matanya menerobos membelah langit malam yang penuh bintang. Lagi dan lagi, semesta raya seperti menunjukkan cahaya untuk dirinya bertahan. 

 

Kehadiran Haikal, sosok pria yang menjadi teman setahun nya semasa SMP, kini kembali mengisi dunianya. Bagi Dazzle, pertemuan satu tahun nya dengan Haikal adalah hal terbaik dalam hidupnya. Teman pertama nya yang benar-benar melihatnya sebagai manusia. Ada senyum yang tanpa sengaja terukir di sana.

 

"Haikal. Yudha. Ardana. Dia beneran kayak tokoh fiksi yang nyata. Kalau di pikir-pikir, karakter nya juga gak jauh beda sama Haikal fiksi. Xixixixi, Haikal. Bagus ya namanya,"

 

 

Alam sadarnya seperti di renggut sementara. Pikirannya terbuai oleh setiap perkataan Haikal yang masuk dalam pendengarannya. 

 

Dan setelahnya Dazzle tertidur.

 

 

...

 

HARI SENIN.

 

Dazzle sudah berada di sekolah sejak pukul 7 pagi. Duduk menyendiri di pojok perpustakaan dengan buku pelajaran yang ia bawa. Hari ini upacara akan di mulai pada pukul 7:30 pagi, masih ada waktu untuk memaksimalkan bahan pelajarannya. Suasana yang berbeda mulai terasa di setiap lorong kelas. Konon katanya setiap ujian poin sekolah di laksanakan, akan menghasilkan energi yang berbeda. Banyak sekali wajah-wajah tegang yang tergambar. Mereka semua sedang berjuang mempertahankan nilai juga memperebutkan poin terbaik. 

 

 

Angkatan Dazzle adalah angkatan yang tak banyak bersuara. Kebanyakan dari mereka fokus akan goals masing-masing. Berusaha memberikan kekuatan juga semangat secara diam-diam. Kelompok belajar terbentuk dengan tanpa sadar. Banyak yang bilang Angkatan 17 SATURN INTERNASIONAL HIGH SCHOOL seperti seekor raja hutan. Diam tapi menyalang. Angkatan 17 kali ini akan berusaha memaksimalkan untuk menjadi angkatan dengan nilai yang terbaik.

 

 

Bel berbunyi, seluruh murid SATURN INTERNASIONAL HIGH SCHOOL menuju ke lapangan untuk mengikuti upacara. Butuh waktu sekitar 2 jam untuk kegiatan wajib di hari Senin ini. Setelah nya mereka di berikan petunjuk untuk ujian poin sekolah yang pertama. Berlangsung selama 7 hari dan setiap siswa harus mengumpulkan sebanyak 350 poin. Suasana Tenggang sudah menyelimuti diri masing-masing dari mereka. Selain belajar yang giat dan tekun, doa juga turut mereka panjatkan. Berharap agar ujian kali ini di berikan banyak kelancaran.

...

UJIAN BERLANGSUNG 

Susana tegang di setiap kelas mulai terasa. Banyak dari mereka harap-harap cemas akan isi dari soal-soal hari ini. Amplop berwarna coklat yang berisi kertas ujian mulai di bagikan. Kertas absensi juga sudah bergilir ke setiap meja. Setelah pengawas kelas mempersilahkan untuk memulai, suara bising kertas yang di keluarkan dari dalam amplop seketika menggema. Helaan napas dari masing-masing mereka saling berhembus kasar.

 

Waktu yang di berikan untuk 2 kertas ujian sekaligus ada 2,5 jam. Ujian kali ini hanya 2 mata pelajaran, jadi waktunya cukup untuk memaksimalkan jawaban mereka.

 

 

 

....

 

 

Hari ini berlalu dengan semangat mereka yang membara. Di bawah tekanan panjang selama ujian berlangsung, mereka masih bisa menyelesaikannya hari ini. 

 

Dazzle pulang dengan Danzel. Wajahnya terlihat sangat kelelahan. Hari ini ada banyak sekali hal yang ia kerjakan di sekolah. Mulai dari belajar yang ekstra cepat, juga menata ulang Pojok Baca. Dazzle ingin membuat Pojok Baca menjadi tempat yang banyak di sambangi oleh murid-murid. 

 

 

"Gimana hari ini, Ay," tanya Danzel yang pandangannya masih fokus menyetir.

 

Dazzle sudah menenggak habis air minum di botol nya. Sudah bisa di pastikan Dazzle sangat kekurangan cairan hari ini.

 

"Capek parah, Kak. Beneran hectic banget. Aku kira beres ujian bisa langsung pulang. Gak taunya aku di panggil anak OSIS, mereka minta aku buat atur ulang penataan di Pojok Baca. Dana nya dari mereka sih, cuma lumayan, Kak, bukunya kan banyak. Yang ngerjain cuma berdua, apa gak gempor,"

 

 

Danzel tersenyum. Satu tangannya terulur mengusak rambut Dazzle

 

"Terus, udah beres?"

 

Dazzle mengangguk 

 

"Udah. Hari ini anak-anak OSIS pada pergi beli barang yang udah catet. Besok aku di bantuin mereka. Sebenernya ya, Kak, Saturn ini gak seneraka itu kalau persaingan mereka sehat. Aku bisa ngerasain kok, mereka gak segalak itu ngomong sama adik kelas. Apa lagi sama aku. Padahal mereka tau aku berurusan sama beberapa orang dari mereka,"

 

"Farhan ya. Dia ngapain kamu gak?"

 

Dazzle menggeleng memberikan jawaban 

 

"Farhan kayaknya gak sepenuhnya mau jadiin aku sasaran pemuas emosinya. Dia emang arogan, tapi berisik banget kalau udah deket-deket sama aku. Kata Kak Lana, dia caper doang,"

 

 

Danzel merasa lega setelah mendengar jawaban dari Dazzle.

 

"Nanti aku cari waktu buat ketemu sama Farhan juga Gabriel. Kamu, bisa sabar sedikit lagi kan?"

 

 

Dazzle menoleh ke arah Danzel.

 

 

"Bisa, Kak. Sebenernya masalah di antara kalian beneran yang serumit itu?" Kali ini Dazzle penasaran.

 

 

Danzel mengangguk. Ia sedang berpikir untuk bagaimana caranya untuk menjelaskan secara inti pada Dazzle tentang permasalahan mereka.

 

"Kamu pernah buat Gabriella bolak-balik psikolog gara-gara nolak cintanya? Dia pernah ungkit itu sama aku,"

 

 

Danzel hanya bisa mengangguk. Tak ada kata yang bisa ia jadikan sebagai pembelaan.

 

"Tapi, Haikal percaya kalau kamu gak sepenuhnya salah, Kak,"

 

 

Danzel meminggirkan mobilnya. Sepertinya ini akan menjadi cerita yang panjang.

 

 

"Haikal bilang apa emang?"

 

"Haikal bilang, kalau semua kesalahan yang mereka tunjuk ke kamu itu cuma bagian dari iri. Kamu bisa lakuin semuanya dan berhasil, sementara mereka enggak. Kesannya kamu kayak nginjek-nginjek mereka di atas kegagalan mereka sendiri,"

 

 

"Kamu ngobrol sama Haikal pas aku telat jemput kamu waktu itu?"

 

 

Dazzle mengangguk.

 

 

FLASHBACK 

Hari itu, sepulang sekolah Haikal dan Dazzle duduk di cafe yang berseberangan dengan sekolah. Kebetulan hari ini Danzel telat menjemput karena ada hal yang harus di selesaikan. Alhasil, Haikal memanfaatkan waktunya untuk berbincang serius dengan Dazzle.

"Gimana, Kal. Kamu mau ngomong apa?"

"Jadi gini, Dazz. Aku di sini juga tau tentang permasalahan yang di timpa sama Danzel. Dari informasi yang aku dapet, ini semua gak sepenuhnya salah Danzel. Keadaan yang bikin Danzel lakuin banyak cara untuk nyelametin dirinya. Di sekolah kita, semuanya yang egois dan harus mentingin diri sendiri. Jadi Danzel gak salah. Farhan yang jatuhin Danzel karena Farhan gagal. Gabriella perempuan bucin yang cuma bikin malu diri nya sendiri. Yang salah mereka, Danzel cuma kasih jarak dan kasih banyak persyaratan ke Gabriel karna Danzel mau dia fokusin dirinya ke pelajaran dan persaingan. Danzel kasih sikap dingin ke Gabriel sebenernya buat bikin dia sadar, kalau Danzel saat itu cuma mau di ajak kompetisi jadi yang terbaik. Sama halnya kayak dia ke Farhan juga temen-temennya. Tim basket nya gagal, tapi mereka marah-marah ke Danzel dan bilang kalau Danzel curang. Coba kamu pikir, Dazz,"

Dazzle tenggelam dalam pikirannya. Semuanya terasa masuk akal. Kenapa kakak nya harus dapat perlakuan tidak adil dari teman-temannya. 

"Kesalahan yang mereka tunjuk ke Danzel itu cuma bagian dari iri. Mereka seakan-akan di injak-injak sama kegagalan mereka sendiri,"

"Kamu bener. Ternyata semuanya masuk akal. Aku tau Kakak ku gak akan buang-buang waktunya buat hal gak penting. Danzel ambis banget, selain emang tuntutan Papah dia juga selalu mau jadi yang nomer satu,"

Haikal dan Dazzle membuang napas nya lelah. 

"Kal, makasih banyak ya. Aku gak pernah kepikiran sampai sejauh itu,"

 

Haikal tersenyum 

 

"Gapapa, Dazz. Aku ngerti kok,"

 

.....

 

Dazzle menceritakan semua yang obrolannya dengan Haikal di waktu itu tanpa ada satu yang terlewat.

 

"Gitu kak ceritanya, jadi aku rasa kamu bisa temuin mereka dan jelasin. Kayaknya emang mereka gak paham sama maksud kamu waktu itu,"

Danzel tersenyum dan mengangguk.Ia sudah tahu harus melakukan apa selanjutnya.

Setelah itu mereka kembali melanjutkan perjalanannya kerumah.

 

.....

 

 

Hari yang panjang dan cukup melelahkan. Semoga hari esok menjadi hari yang jauh lebih baik dengan semangat yang lebih baru.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Help Me Help You
2006      1164     56     
Inspirational
Dua rival akademik di sebuah sekolah menengah atas bergengsi, Aditya dan Vania, berebut beasiswa kampus ternama yang sama. Pasalnya, sekolah hanya dapat memberikan surat rekomendasi kepada satu siswa unggul saja. Kepala Sekolah pun memberikan proyek mustahil bagi Aditya dan Vania: barangsiapa dapat memastikan Bari lulus ujian nasional, dialah yang akan direkomendasikan. Siapa sangka proyek mus...
Broken Home
32      30     0     
True Story
Semuanya kacau sesudah perceraian orang tua. Tak ada cinta, kepedulian dan kasih sayang. Mampukah Fiona, Agnes dan Yohan mejalan hidup tanpa sesosok orang tua?
Selfless Love
4680      1317     2     
Romance
Ajeng menyukai Aland secara diam-diam, meski dia terkenal sebagai sekretaris galak tapi nyatanya bibirnya kaku ketika bicara dengan Aland.
Senja di Balik Jendela Berembun
23      23     0     
Inspirational
Senja di Balik Jendela Berembun Mentari merayap perlahan di balik awan kelabu, meninggalkan jejak jingga yang memudar di cakrawala. Hujan turun rintik-rintik sejak sore, membasahi kaca jendela kamar yang berembun. Di baliknya, Arya duduk termangu, secangkir teh chamomile di tangannya yang mulai mendingin. Usianya baru dua puluh lima, namun beban di pundaknya terasa seperti telah ...
Qodrat Merancang Tuhan Karyawala
1359      894     0     
Inspirational
"Doa kami ingin terus bahagia" *** Kasih sayang dari Ibu, Ayah, Saudara, Sahabat dan Pacar adalah sesuatu yang kita inginkan, tapi bagaimana kalau 5 orang ini tidak mendapatkan kasih sayang dari mereka berlima, ditambah hidup mereka yang harus terus berjuang mencapai mimpi. Mereka juga harus berjuang mendapatkan cinta dan kasih sayang dari orang yang mereka sayangi. Apakah Zayn akan men...
Fidelia
2157      940     0     
Fantasy
Bukan meditasi, bukan pula puasa tujuh hari tujuh malam. Diperlukan sesuatu yang sederhana tapi langka untuk bisa melihat mereka, yaitu: sebentuk kecil kejujuran. Mereka bertiga adalah seorang bocah botak tanpa mata, sesosok peri yang memegang buku bersampul bulu di tangannya, dan seorang pria dengan terompet. Awalnya Ashira tak tahu mengapa dia harus bertemu dengan mereka. Banyak kesialan menimp...
Camelia
592      333     6     
Romance
Pertama kali bertemu denganmu, getaran cinta itu sudah ada. Aku ingin selalu bersamamu. Sampai maut memisahkan kita. ~Aulya Pradiga Aku suka dia. Tingkah lakunya, cerewetannya, dan senyumannya. Aku jatuh cinta padanya. Tapi aku tak ingin menyakitinya. ~Camelia Putri
Langkah Pulang
480      340     7     
Inspirational
Karina terbiasa menyenangkan semua orangkecuali dirinya sendiri. Terkurung dalam ambisi keluarga dan bayang-bayang masa lalu, ia terjatuh dalam cinta yang salah dan kehilangan arah. Saat semuanya runtuh, ia memilih pergi bukan untuk lari, tapi untuk mencari. Di kota yang asing, dengan hati yang rapuh, Karina menemukan cahaya. Bukan dari orang lain, tapi dari dalam dirinya sendiri. Dan dari Tuh...
GEANDRA
444      357     1     
Romance
Gean, remaja 17 tahun yang tengah memperjuangkan tiga cinta dalam hidupnya. Cinta sang papa yang hilang karena hadirnya wanita ketiga dalam keluarganya. Cinta seorang anak Kiayi tempatnya mencari jati diri. Dan cinta Ilahi yang selama ini dia cari. Dalam masa perjuangan itu, ia harus mendapat beragam tekanan dan gangguan dari orang-orang yang membencinya. Apakah Gean berhasil mencapai tuj...
Perjalanan yang Takkan Usai
392      317     1     
Romance
Untuk pertama kalinya Laila pergi mengikuti study tour. Di momen-momen yang menyenangkan itu, Laila sempat bertemu dengan teman masa kecil sekaligus orang yang ia sukai. Perasaan campur aduk tentulah ia rasakan saat menyemai cinta di tengah study tour. Apalagi ini adalah pengalaman pertama ia jatuh cinta pada seseorang. Akankah Laila dapat menyemai cinta dengan baik sembari mencari jati diri ...