Pagi hari ini menjadi hari yang hangat dan penuh semangat, pasalnya Lee Han sedang melakukan perjalanan bisnis luar negeri dan akan kembali lagi pada 6 bulan kemudian. Danzel selaku anak pertama di keluarga Lee sudah di perintahkan oleh Lee Han untuk menjaga dan mengawasi Dazzle, dengan patuh Danzel menyetujuinya.
Dazzle menuruni anak tangga dengan semangat, senyumnya tak kunjung pudar sampai beberapa pembantu di rumahnya merasa heran akan sikap majikannya.
"Pagi Ibu, Pagi Kakak,"
Anjani dan Danzel menoleh ke sumber suara. Dazzle dengan senyum yang masih merekah. Lesung pipinya bahkan turut menunjukkan keberadaannya .
"Anak Ibu seneng banget kayaknya hari ini? Ada apa?"
Dazzle tersenyum dan mendekati Anjani
"Gak ada Papah, jadi aku seneng. Maaf ya, Ibu,"
Sebenarnya ada rasa bersalah dalam diri Dazzle. Ia beruntung dengan keluarga nya yang lengkap, tapi ia sangat tersiksa dengan kehadiran Lee Han. Bukan benci, hanya saja branding diri yang Lee Han buat sudah hancur di mata Dazzle. Bukan lagi seorang Papa yang tegas, melainkan seorang monster yang merasuki tubuh Papa nya.
Anjani mengerti, ia juga lega sebenernya tak ada lagi yang membuat hatinya ancur selama 6 bulan ini.
"Gapapa, Ibu gak akan marah. Maafin Ibu ya, Ayari,"
Dazzle tersenyum
"Ibu harus sehat. Fisik maupun batin. Uang Papah banyak, kalau habis di marahin ibu habisin duit papa biar ibu gak sedih lagi,"
Di mata Anjani dan Danzel, Dazzle tetaplah putri kecil nya. Tak akan ada yang bisa merubah itu selama mereka masih tinggal di satu atap yang sama. Panggilan Ayari adalah panggilan Dazzle sewaktu kecil. Hanya Keluarga nya saja yang dapat memanggilnya Ayari.
"Uang Ibu juga banyak. Kalau Papa blokir ATM kamu, kamu bilang ibu ya ibu kasih 5 kartu sekaligus. Biar sama kayak Kakak kamu"
Dazzle terharu lalu memeluk sang ibu penuh kasih.
"Maaf ibu, Aya gak pernah ngerti akan sikap kalian tiap Papa marahin aku. Aku gak ngerti kalau kalian ternyata juga sakit dan punya ketakutan sendiri. Aku janji, aku akan lebih berani lagi buat jalan terus kedepan,"
Danzel datang ikut memberikan peluk hangatnya
"Kamu cukup jadi diri kamu sendiri, Ayari. Jangan berubah demi menuhin ekspetasi orang lain,"
Pesan Danzel kali ini seperti usapan halus di kepalanya. Entah apa yang akan terjadi di masa mendatang, Dazzle ingin merubah dirinya atau tidak biar saja itu menjadi urusan Dazzle dalam mencari jati dirinya dalam kepingan puzzle.
....
SATURN INTERNASIONAL HIGH SCHOOL
Pagi ini terlihat seperti lebih bersahabat oleh nya. Ia melihat Gabriell dan Ratu yang hanya sibuk sendiri tanpa mengganggu ketentraman siswa yang lain. Dazzle seperti melihat setitik cahaya di balik lorong gelapnya. Jalannya santai, raut wajahnya tenang, tiap langkah kaki Dazzle menciptakan atensi sendiri bagi siapa saja yang melihatnya.
Sesampainya di kelas, ia sudah di hebohkan oleh gosip hangat. Ia mendengar bahwa si pemilik Juara 1 ini akan masuk sekolah.
"Serius? Udah 3 bulan baru masuk?" Tanya Dazzle tak percaya.
"Serius, Dazz. Katanya dia selama ini lagi ngurus scholarship nya yang di luar negeri. Bau-bau nya anak konglomerat juga nih sama kayak kamu," sahut Hanna
"Kayak apa ya rupanya? Kenapa dia ajaib banget bisa duduk di peringkat pertama," kali ini Dalila mulai penasaran dengan sosok genius yang baru akan masuk sekolah hari ini.
Dazzle juga berpikir hal yang sama. Menebak-nebak seperti apa rupanya.
"Tapi kamu juga ajaib, Lil, kok bisa masuk top 10," sambar Gania
"Eh, lebih gila lagi temen Korea kalian nih. Tau-tau top 5," kali ini Dalila melempar sambaran Gania pada Dazzle.
"Eh, kita tuh enggak ada apa-apanya sama anak beasiswa yang duduk di posisi 3," sahut Dazzle sambil melihat ke arah Hanna yang tersenyum kaku
"Hehehe, kita bisa belajar bareng guys," sahutnya
Dazzle, Gania dan Dalila tertawa bersama.
"Menurut infonya, dia cowok," kata salah seorang teman mereka yang duduknya bersebelahan dengan Hanna
"Wah," sahut ketiganya kompak. Dazzle hanya mengangguk paham....
"Kalian kompak banget," ucap Riana dengan tawanya
"Suka liat pertemanan kalian. Semoga gak kepecah karna nilai ya," ucap Riana lagi.
Gania, Dazzle, Dalila dan Hanna terdiam saling melempar pandang.
"Besok kita belajar bareng sama guru les aku di rumah. Kita pinter bareng-bareng bodoh juga harus bareng-bareng. Deal?"
"DEAL!!!"
Dazzle tersenyum, harapan dalam hatinya adalah semoga mereka benar-benar teman yang baik. Dazzle sudah cukup nyaman dengan keberadaan mereka.
....
Bel masuk berbunyi, semua siswa-siswi yang semula berisik kini menjadi tenang dan duduk di kursi nya masing-masing. Suara sepatu bertumit tinggi yang beradu dengan lantai memberikan bunyi di setiap derap langkahnya. Seorang guru cantik yang sudah 3 bulan ini menjadi Wali Kelas 10A jurusan BAHASA DAN SASTRA ini membawa seorang siswa laki-laki baru.
"Anak-anak, hari ini ibu membawa teman kalian. Bukan teman baru, namanya sudah terdaftar di sekolah ini sejak awal, hanya saja memerlukan waktu yang cukup untuk mengurus scholarship nya di luar negeri. Haikal, silahkan perkenalkan diri,"
"Selamat pagi semuanya, saya Haikal Yudha Ardana. Maaf baru bisa masuk hari ini setelah 3 bulan, ada beberapa hal yang perlu di bereskan dan memakan waktu yang cukup lama. Semoga kita bisa menjadi teman baik kedepannya. Terima kasih,"
Semua siswa memberi tepuk tangan tanda selamat datang. Sofiana, wali kelas cantik kelas 10A Bahasa mempersilahkan Haikal duduk.
"Rama Dirgantara angkat tangan,"
Murid yang di sebut pun mengangkat tangannya.
"Nah oke, Haikal kamu duduk di sana ya,"
Haikal membungkuk hormat dan segera berjalan ke tempat duduknya.
Netra matanya sempet bertemu dengan Dazzle. Wajah keduanya sama-sama terkejut.
Sedari awal Bu Sofiana membawa Haikal ke kelas nya, perasaannya mulai tak karuan. Ia kembali ingat akan pertemuan terakhir nya dengan Haikal di lorong sekolah 2 tahun yang lalu. Ya, Haikal mengajukan scholarship atas permintaan Papa nya. Tepat pada kenaikan kelas 2 SMP, Haikal memberikan salam perpisahan pada Dazzle. Siapa yang sangka, mereka akan di pertemukan lagi di sini. Di sekolah yang seperti neraka.
Pelajaran pertama hingga kedua berjalan dengan baik. Semua murid kelas 10A benar-benar memperhatikan materi dengan saksama. Hingga akhirnya bel istirahat berbunyi dan menghentikan pelajaran sementara.
Haikal dan Dazzle duduk bersebelahan. Sama-sama berada di baris tengah, membuat keduanya akan dengan mudah saling berkomunikasi.
"Dazzle Lee, kamu apa kabar???" Kali ini Haikal yang menyapanya lebih dulu. Dazzle tersenyum hangat bahkan lebih hangat dari sinar matahari pagi
"Aku baik, Kal. Kamu apa kabar?" Tanyanya kembali
Haikal tersenyum. Dazzle masih seperti yang dulu ia kenal. Tak ada yang berubah.
"Aku baik, Dazz. Kita udah 2 tahun enggak ketemu ya. Kamu gak berubah," ucap Haikal. Matanya berbinar, seperti sedang melihat harta karun yang sudah siap di rampas.
Dazzle terkekeh
"Enggak. Aku banyak berubah nya. Cuma emang gak banyak yang sadar aja,"
Haikal tau akan kondisi keluarga Lee Han di 3 bulan ini. Papa nya, Yudistira Ardana adalah teman dekat Lee Han yang sudah bisa di pastikan semua informasi yang dia dapatkan tak salah.
Haikal tersenyum
"Dazz, kalau kamu ada waktu aku mau ngobrol sama kamu bisa?"
Sepertinya kali ini serius, nada bicara Haikal tak seperti yang sebelumnya.
Dazzle mengangguk dan dengan cepat memberikan kontaknya pada Haikal. Hari ini Dazzle ada tugas untuk menjaga pojok baca, sudah bisa di pastikan mereka tak akan bertemu sampai waktu istirahat selesai.
"Aku hari ini ada tugas jaga di pojok baca, jadi nanti kamu kontak aku aja mau ketemu di mana, aku ikut"
Setelah berkata demikian, Dazzle berpamitan dan beranjak pergi menyusul ketiga temannya.
"kal, lo kenal deket sama Dazzle?" Tanya Rama yang sedari tadi mendengarkan perbincangan mereka.
"Iya, teman lama waktu di SMP. Eh iya, pojok baca ada di mana? Bisa bawa gue jalan-jalan ke sana?"
Rama mengiyakan dan mengajak Haikal berkeliling lingkungan sekolah.
...
"Jadi....kalian temen lama...."
"Iya, cuma kenal satu tahun tapi rasanya kayak udah deket banget,"
"Dari cerita kamu, kayaknya emang anaknya seru ya, bisa di ajak bergaul," ucap Hanna sembari memakan kentang goreng nya yang ia bawa ke pojok baca.
"Bener. Bu Sofiana pinter banget di sandinginnya sama Rama. Sama-sama cowok soft spoken," timpa Dalila
Gania dan Dazzle hanya mengangguk membenarkan.
Tanpa mereka sadari, Haikal dan Rama berada di ujung Pojok Baca sedang memperhatikan Dazzle dan ketiga temannya.
"Jadi itu temen-temen deket nya Dazzle...."
Rama mengangguk.
"Banyak guru yang muji pertemanan mereka. Solid, hangat dan penuh kehati-hatian. Mereka udah tau, sekolah ini bisa jadi neraka buat mereka. Persaingan bisa terjadi kapan aja yang bisa bikin pertemanan mereka hancur,"
Haikal tertegun mendengar penuturan Rama.
"Karena lo temen lama nya Dazzle, gosip tentang Dazzle yang sering di gangguin kakel itu juga pasti lo tau kan?"
Haikal mengangguk.
"Gue banyak cari informasi tentang Dazzle selama masih di luar negeri. Gabriella, Amanda, Farhan. Mereka orang-orang nya kan?"
Rama membernarkan.
"Dazzle di jadiin alat balas dendam mereka ke Danzel,"
"Danzel gak sepenuhnya salah kalau dari sudut pandang gue. Dia juga tertekan, dia juga udah mentok gak tau harus ngapain. Di keluarga Lee Han, anak-anak nya di tuntut jadi sempurna. Jadi mereka akan lakuin banyak hal buat jadi yang pertama,"
Rama sedikit terkejut. Pantas saja Dazzle sering berada di pojok baca. Selain memang memiliki hobi membaca, Dazzle juga belajar untuk meningkatkan nilainya.
"Pasti jadi mereka capek, ya...."
Haikal mengangguk lemah
"Dazzle udah kontrol ke psikolog. Dia punya PTSD. Hebatnya dia selalu punya cara buat nutupinnya sampai orang sekitar gak tau kalau mental dia juga sakit. Ada banyak ketakutan yang suka dateng tiba-tiba, yang bikin Dazzle kadang kesulitan sendiri,"
"Buat Dazzle sekolah ini pasti kayak neraka. Kal, lo bisa protek dia? Sebagai temen lama yang tau banyak hal, harusnya lo bisa kan?"
Haikal menoleh ke arah Rama, berpikir sejenak sebelum memberikan jawaban.
"Bisa. Tapi dari jauh. Dazzle selalu ngandelin diri nya sendiri buat ngejaga diri nya sendiri. Walaupun keputusan yang dia ambil banyak salahnya, dia selalu anggep ini bagian dari pencarian jati diri nya,"
Lagi dan lagi Rama di buat tertegun oleh cerita Dazzle dari Haikal.
"Kal, gimana kalau kita samperin aja mereka? Kita ngapain juga di sini kayak lagi mau ngegap penculik aja,"
Haikal tertawa dan membenarkan apa yang Rama bilang.
"Yaudah kita ke sana,"
...
"DAZZLE, DAZZLE, HAIKAL SAMA RAMA MAU KE SINI," ucap Dalila heboh
Dazzle menegakkan posisi nya duduknya, lalu meletakkan buku yang sedang ia baca. Haikal benar-benar datang kali ini.
"Halo, guys. Kita mau main di sini, boleh kan?" Sapa Rama dengan senyum ramahnya.
"Khmm, boleh. Sini duduk aja. Gak usah masuk ke dalem kalau cuma mau ngobrol," ucap Gania
Rama mengiyakan dan duduk di bangku yang kosong. Haikal juga mengikuti nya.
"Dazz, kamu udah lama jaga Pojok Baca?" Tanya Haikal yang sepertinya penasaran.
Dazzle menggeleng pelan
"Baru aja kok. Cuma emang anggota OSIS nya minta aku buat jadiin Pojok Baca kayak tempat pribadi aku, makanya ada beberapa barang yang aku ganti, biar lebih betah aja,"
Haikal mengangguk mengerti.
"Eh iya, kamu jadi mau ngobrol sama aku? Penting banget ya?"
"Penting Dazz, pulang sekolah nanti gimana di cafe depan aja,"
Dazzle meng-iyakan ajakan Haikal.
Hanna, Dalila, Gania dan Rama melihat keduanya sangat dekat. Sepertinya mereka punya niat terselebung?
Dazzle yang menyadari tatapan mata aneh dari temannya pun mengernyit bingung
"Heh, kalian kenapa?"
Hanna tersadar dan menggeleng.
"Gapapa, cuma ngerasa aja kalian kayak....cocok....."
Rama mengangguk setuju.
"Untuk ukuran kalian, harusnya gak terlalu awal kan? Udah kenal lama dan saling tau juga, bisa lah langsung mulai,"
Haikal yang bingung memberikan jentikan ringan di dahi Rama. Alhasil Rama meringis.
"Jangan sembarangan kalau ngomong,"
"Ram, gue liat-liat lo anteng banget di kelas. Itu karna emang sifat lo atau lo gak punya temen yang bisa nerima sifat lo yang ngeselin ini?" Ucap Gania yang sudah memicing kan matanya
Rama mendelik tajam
"Enak aja lo, kan selama 3 bulan ini gue emang duduk sendirian. Lebih sering ke perpustakaan juga. Sadar diri gue kalau tablemate gue ini orang gila yang dapet peringkat 1 di sekolah. Jadi, gue perlu penyesuaian diri," sahut Rama
"Kesimpulan nya adalah, Rama emang gak punya temen guys," ucap Hanna
Haikal, Dazzle, Dalila dan Gania tertawa. Wajah Rama sudah berubah masam. Itu pertanda buruk.
"Ternyata kalian ini nyebelin juga kalau udah ngeledekin orang," kata Rama
"3 bulan kita jadi temen sekelas. Kebiasaan fokus sama circle masing-masing sampai rasanya enggan mau berbaur sama yang lain. Jadi wajar kalau banyak gak taunya," ucap Hanna
Rama mengangguk membenarkan
"Katanya masa SMA itu masa-masa yang indah......"
Belum sempat meneruskan ucapannya, Haikal memotongnya
"Tapi kita sekolah di SATURN INTERNASIONAL HIGH SCHOOL. Masa-masa indahnya di mana?"
Bahu Rama seketika merosot saat sadar akan fakta yang satu ini.
"3 tahun lagi di sini,"
Kali ini Gania yang mengeluh
"Sekolah di sini selain nguras uangnya, nguras mentalnya dapet banget," ucap Dalila yang pandangannya lurus kedepan.
"Bener. Aku selalu tiba-tiba cemas kalau udah ngomongin poin di kelas,"
Dazzle dan Haikal melihat teman-temannya murung akan fakta bahwa mereka akan di uji habis-habisan selama di sini sampai 2 tahun kedepan. Hanya saling melempar pandang, seakan mereka juga berbicara.
...
Pertemuannya dengan Haikal Yudha Ardana hari ini adalah langkah awal Dazzle untuk memulai hari yang baru. Selain tentang cinta pertamanya, Dazzle juga sangat menyukai kehangatan yang terpancar dalam tubuh Haikal, seolah memberi tanda bahwa ada banyak hal menarik di depan yang harus di lalui.