Loading...
Logo TinLit
Read Story - PUZZLE - Mencari Jati Diri Yang Hilang
MENU
About Us  

Dazzle Lee Ghayari Rozh, adalah seorang wanita cantik yang memiliki darah belasteran Korea - Indonesia. Dazzle lahir di Korea tapi besar di Indonesia. Setelah lulus taman kanak-kanak Papa nya, Lee Han memboyong keluarga kecilnya untuk mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Dazzle menjadi anak bungsu di keluarga nya, Kakaknya sudah sukses menjadi pengusaha di negeri bambu sana. Saat ini Dazzle sudah menduduki bangku terakhir Sekolah Menengah Pertama, nilainya terpantau cukup. Cukup untuk lulus dan sedikit kurang untuk melanjutkan ke sekolah menengah atas pilihan Lee Han. 

 

SATURN INTERNASIONAL HIGH SCHOOL, adalah sekolah alumni sang kakak yang menjadi pilihan Lee Han. Terkenal dengan siswa nya yang kompetitif baik dalam bidang akademik maupun non-akademik. Menariknya, di sekolah tersebut wajib memiliki circle pertemanan, agar tidak menyulitkan ruang untuk bergerak lebih jauh. 

 

Bagi Dazzle, SATURN INTERNASIONAL HIGH SCHOOL akan menjadi neraka baginya selama 3 tahun.

 

 

....

 

 

 

Pagi ini adalah hari terakhir Dazzle menjadi siswi di SMP DIANTARA. Berhasil masuk ke sekolah favorit lewat jalur keajaiban adalah hal yang paling berkesan untuknya. Bertemu dengan teman yang memiliki sifat unik juga menjadi pengalaman terindah dalam perjalanan hidup Dazzle. Terlebih lagi, tentang cinta pertama nya yang tumbuh saat kelas 2 SMP. Dazzle berharap akan bertemu lagi dengan nya di masa depan setelah dirinya menjadi manusia dewasa yang utuh.

 

Pukul 9.00 WIB, waktu yang sudah di tunggu tiba. Pengumuman kelulusan di tampilkan pada layar besar yang berada di aula. Semua siswa dengan saksama mencari nama dan melihat hasil akhirnya. Sebagian mereka berteriak kegirangan karena hasilnya sesuai harapan, sebagiannya lagi menatap layar besar dengan tatapan kosong dan helaan napas.  Bagaimana dengan Dazzle? Sangat di sayangkan ia berada di bagian mereka yang menghela napas penuh kepasrahan. Tangannya mulai gemetar, keringat dingin mulai bercucuran. Rasanya takut sekali untuk pulang ke rumah. Kalau ia bisa, ingin sekali kabur dan tak kembali lagi. Tapi apalah daya, Dazzle harus melewatinya apapun yang terjadi dirinya tak bisa kabur.

 

Setelah pengumuman, seluruh siswa/i di bubarkan. Amplop yang berisi bukti kelulusan dan hasil akhir yang di bagikan. Dengan sekuat tenaga Dazzle melangkahkan kakinya keluar gerbang sekolah. Di sana, supir yang biasa mengantar nya sudah siap.

 

"Gimana, neng Dazzle?" 

 

Dazzle menunduk murung. Mang Dadang hanya tersenyum dan mengusap pucuk kepala majikannya

 

"Gapapa ya, neng. Neng Dazzle kan sudah berusaha semampu Eneng. Buat Mang Dadang mah neng Dazzle tetep yang terbaik," 

 

Setelahnya, Mang Dadang mempersilahkan Dazzle masuk mobil dan segera membawanya pulang.

 

Perjalanan kali ini terasa begitu cepat, sepertinya semesta mendukung pertengkaran yang akan segera terjadi itu. Mobil terparkir di halaman rumah yang megah, Dazzle melihat ada satu mobil lagi yang terparkir di sana. Ia sudah sangat yakin, itu adalah mobil milik Kakaknya.

 

"Mang, Kakak pulang ya?" tanya Dazzle yang menatap lekat mobil milik sang Kakak 

 

Mang Dadang mengiyakan. Lengkap lah sudah, Dazzle akan habis hari ini.

 

....

 

Langkah kaki yang berat membawa Dazzle perlahan memasuki rumahnya. Ada banyak sekali perasaan yang tak bisa ia jabarkan. Dazzle hanya melangitkan doa, semoga kali ini ia di loloskan dari pukulan Lee Han.

 

Lee Han, Anjani Rosi, dan Danzel Lee Ghayari. Baru melihat nampak belakang dari mereka saja nyali Dazzle perlahan kian memudar. Tak ada kesempatan untuk mundur. Pilihan nya hanya satu, maju dan selesai kan.

 

Dazzle ingin menyapa mereka, tapi Anjani Rosi terlebih dulu melihatnya lalu menyapa anak bungsunya dengan senyum bahagia.

 

"Dazzle pulang. Ayo sini, Kakak kamu belum lama sampai,"

 

Dazzle tersenyum dan menghampiri mereka.

 

Danzel tersenyum hangat dan merentangkan kedua tangannya. Dazzle yang mengerti segera berlari di pelukan Danzel. Danzel menyadari akan tubuh Dazzle yang bergetar, juga keringat yang membasahi dahinya. Danzel tebak, adiknya ini akan mendapatkan bencana siang ini. Danzel yang tak banyak bersuara hanya terus memeluk dan mencoba memberikan ketenangan.

 

Setelah aksi pelukan itu selesai, Lee Han langsung menodong surat kelulusan milik Dazzle. Dan ini lah saatnya....

 

"Mana? Papa mau lihat nilai akhir kamu. Sepertinya sesuai harapan, Papa sudah mengambil dan isi formulir kamu dari SATURN INTERNASIONAL HIGH SCHOOL tinggal kurang satu berkas ini lagi," 

 

Bagaikan sebuah perintah, Dazzle menyerahkan amplop kelulusannya. Tangannya saling menyatu, cemas dan takut semuanya berbaur menjadi satu. Dazzle seperti robot, yang hanya akan berbicara bila di berikan perintah.

 

Lee Han membuka amplop nya dengan sedikit tergesa. Dan, hasilnya bisa di lihat dari wajah Lee Han yang sudah sedikit memerah.

 

BRAK!!!

 

Suara gebrakan meja terdengar begitu kencang. Tatapannya dingin dan penuh intimidasi.

 

"3 Tahun, Ay. 3 Tahun kamu sekolah. Cuma bisa dapet segini? Kamu ngapain aja sebenernya di sekolah? Pacaran? Ngegosip? Ikut kegiatan yang aneh-aneh?"

 

Ada jeda sebentar sebelum,

 

"JAWAB DAZZLE LEE GHAYARI ROZH"

 

Suara Lee Han menggema dengan kencang di seluruh ruangan. Tubuh Dazzle semakin bergetar. Suaranya tercekat. Keringat dingin terus membasahi tubuhnya. Tak ada yang bisa menolongnya, Ibu dan kakaknya hanya diam memperhatikan adegan yang terjadi.

 

"Ma....maaf, Pa," 

 

Lee Han semakin geram. Wajahnya semakin memerah. Tangan mengepal dengan kuat hingga urat-urat di tangannya bermunculan.

 

"Maaf, kamu bilang maaf? AYARI, APA DENGAN KAMU MINTA MAAF NILAI KAMU AKAN BERUBAH?!? HAH?!? JAWAB, KAMU ENGGAK BISU,"

 

Lagi, bentakan keluar dari mulut Lee Han

 

Dazzle berusaha sekuat tenaga untuk menjawab semua pertanyaan Lee Han.

 

"Pa, Ayari udah berusaha sebisa Aya. Aya udah belajar semampu Aya. Aya gak main-main di sekolah, Pa. Aya belajar yang bener demi menuhin ekspetasi Papa," 

 

Suaranya pelan. Sangat pelan. Tapi Lee Han masih mampu mendengarnya.

 

Dan akhirnya, suara melengking itu terdengar....

 

PLAK

 

Tamparan kuat yang di berikan Lee Han membuat Dazzle tersungkur. Kali ini, tak ada keajaiban yang menyelamatkannya.

 

"MULAI BESOK. KAMU DI KURUNG DI RUMAH. Papa akan cari guru les yang bisa benerin nilai kamu yang hancur ini. 3 Minggu, kalau 3 Minggu nilai kamu gak masuk, ENGGAK USAH SEKOLAH,"

 

Setelah mengatakannya, Lee Han beranjak pergi. Amarahnya masih menguasainya, Lee Han pergi tanpa memperdulikan dirinya yang sedikit berantakan.

 

Setelah Lee Han pergi, Anjani dan Danzel ikut pergi. Ya, tidak ada yang memperdulikan dirinya. Selama Dazzle jatuh, ia akan seperti sebatang kara. Tak ada yang menoleh dan mengulurkan tangannya untuk menolong. Dazzle menatap kepergian kakak dan ibu nya dengan tatapan kosong. Ini bukan yang pertama, jadi seharusnya Dazzle sudah biasa. Dengan sisa tenaganya Dazzle berdiri memungut kertas kelulusan dan tasnya, berjalan dengan langkah yang gontai menuju kamarnya yang terletak di lantai atas.

 

....

 

Kamar yang dingin dengan aroma yang manis menyambut kehadiran Dazzle. Setelah mengunci pintunya Dazzle meletakkan barangnya dengan asal. Duduk di tepi ranjang yang menghadap ke arah cermin besar. Wajahnya sudah sembab. Ada bekas tamparan yang masih terlihat jelas. Dazzle mencoba membersihkan wajahnya perlahan, dengan air mata yang masih menetes. Setelah bersih, Dazzle mengambil buku diary yang ia simpan di tempat rahasia. Hanya di sana ia di terima menjadi manusia utuh tanpa topeng.

"Dear Dairy....

Sebenarnya, siapa aku? Kenapa aku harus merasakan perlakuan yang begitu kejam? Kenapa aku selalu di jadikan foto copy kakak ku? Sebenernya aku ini siapa? Aku anak mereka atau bukan? Kenapa enggak ada yang nolong aku di saat aku jatuh? Kenapa enggak ada yang bela aku? Kenapa?"

 

Belum selesai menulis, Dazzle menangis. Tangisan tanpa suara yang selalu ia lakukan setiap kali ada di posisi ini.

 

"Di atas aku di junjung, di bawah aku di hina. Di atas aku berikan pelukan penuh kasih, di bawah aku di injak dan di buang seperti sampah"

 

Dazzle menatap dirinya di kaca kecil. Mengusap air matanya kasar. Wajahnya datar dan dingin seperti kamarnya. Senyumnya sudah lama hilang. Ceria sudah terkubur dalam-dalam. Kini, hanya tersisa Dazzle dengan ekspresi datarnya.

 

"Besok, aku harus belajar lagi demi menuhin ekspetasi keluarga. Dazz, kalau kamu gak kuat kamu pergi aja dari dunia," 

 

Dazzle berbicara dengan dirinya yang terpantul di dalam cermin. Air matanya sudah berhenti, hanya menampilkan wajahnya yang datar, tatapan yang kosong tapi dengan pikiran yang ramai.

 

 

.....

 

 

 

Sesuai dengan jadwal yang sudah di tetapkan oleh Lee Han, hari ini Dazzle akan kembali belajar untuk mengejar nilainya yang tertinggal. Masih kurang 40% dari jumlah nilai yang seharusnya, Dazzle di tuntut untuk kerja ekstra selama proses peningkatan.

 

Di balkon kamarnya, seorang guru les yang umur tak jauh darinya memberikan materi dan menjelaskan dengan mudah. Dazzle dengan cepat dapat mengerti dan bisa mengerjakan 10 soal matematika dan fisika sekaligus.

 

"Dazzle, kamu itu pinter loh ternyata. Lihat, jawabannya bener semua," 

 

Dazzle tersenyum simpul.

 

"Ternyata kamu bisa senyum!?!? Yaampun kamu cantik sekali Dazz,"

 

Pujian yang di berikan Kayani ini mampu membuat Dazzle tersipu.

 

"Kak Kay bisa aja. Senyum aku, aslinya udah lama hilang, Kak. Baru muncul lagi sekarang kayaknya. Makasih yaa Kak Kay," ucap Dazzle tulus.

 

Hati Kayani menghangat. Tangan terangkat mengusap bahu Dazzle untuk memberikan semangat.

 

"Aku bantuin kamu sampai nilai kamu cukup ya? Kamu masih bersedia kan jadi murid aku?" tanya Kayani 

 

Dazzle mengangguk tanpa ragu 

 

"Masih dong. Jadi guru aku terus mau gak? Kayaknya aku bakalan beneran pinter kalau gurunya Kak Kay," sahut Dazzle yang kini mulai antusias 

 

Kayani tersenyum senang.

 

"Oke, aku setuju. Tapi, aku gak gratis loh ya," ucap Kayani menggoda Dazzle 

 

Dazzle tertawa simpul 

 

"Dazz, kamu cantik kalau ketawa. Senyum kamu juga manis. Kamu punya lesung pipi. Dazzle kamu beneran cantik banget," Kayani kembali memuji kecantikan Dazzle yang tak biasa. Ternyata gadis yang memiliki keturunan Korea -  Indonesia bisa memiliki fitur wajah yang sangat sempurna.

 

"Kak Kay jangan gitu. Aku malu," ucap Dazzle yang kini menutup wajahnya dengan buku

 

Kayani tertawa 

 

"Dazz, kalau ada apa-apa kamu bisa kabarin aku ya," ucap Kayani yang kini sudah membereskan barang ajarnya 

 

Dazzle mengangguk pasti.

 

"Kalau aku butuh temen, Kak Kay siap gak?" 

 

Kayani tersenyum lembut 

 

"Aku siap. Lagi pula aku kerjanya WFH, bisa nemenin kamu sambil kerja. Kamu keberatan gak?"

 

Dazzle menggeleng tanda bahwa ia tak keberatan sama sekali 

 

"Nanti aku bisa sambil belajar kalau Kak Kay mulai kerja. Aku cuma ingin di temenin," ucap Dazzle 

 

Kayani menatap dalam mata Dazzle. Di sana seperti ada banyak sekali kesedihan yang tak pernah Dazzle bagi.

 

"Dazz, kalau kamu mau cerita. Aku siap kok dengerinnya," 

 

Dazzle melihat Kayani tulus. Ia bisa merasakan hangatnya ucapan Kayani.

 

"Kak Kay, bisa nginep gak? Nanti aku yang bilang ke Papa. Kita bisa sambil belajar kok," 

 

"Kamu gak capek belajar terus?"

 

Dazzle menggeleng 

 

"Enggak. Kan gurunya Kak Kay, semua yang rumit jadi simple karna kamu yang jelasin, jadi aku gak masalah," 

 

Kayani tersenyum. Ia yang semula ingin beranjak pamit, kini menyandarkan tubuhnya pada pinggiran kasur milih Dazzle.

 

"Ayo cerita dulu. Nanti sebagai gantinya, aku kasih kamu materi biologi di tambah soalnya," 

 

Dazzle tersenyum senang dan mengikuti yang di lakukan Kayani.

 

"Kak Kay.... Aku Dazzle Lee Ghayari Rozh. Anak kedua dari Papah Lee Han dan Ibu Anjani. Aku anak kedua dari dua bersaudara. Kakakku, Danzel Lee Ghayari seorang pengusaha muda yang sudah sukses di negri China. Aku lahir di Korea, tinggal di Korea sampai lulus taman kanak-kanak. Sekolah dasar sampai sekarang semua di Indonesia. Awalnya, aku di besarkan dengan penuh cinta dan kasih. Aku di sayang, aku di rawat, aku di jaga seperti putri kerajaan..."

 

Dazzle menarik napas nya sejenak 

 

"Sampai akhirnya, aku dan kakakku duduk di sekolah yang sama. Kakakku selalu unggul dalam hal akademik maupun non akademik. Selalu menjadi yang pertama, selalu menjadi yang paling hebat. Menjadi lulusan terbaik di sekolah. Saking hebatnya, Kakakku lulus SMA lebih cepat dari anak-anak yang lain. Gelar murid terbaik di berikan untuk Kakakku. Semuanya seperti berjalan lancar dan sesuai harapan Ibu dan Papah.... Tapi aku...."

 

Dazzle diam. Hatinya kembali sakit.

 

"Aku pernah berhasil sekali. Memenangkan lomba cerdas cermat yang di adakan di sekolah. Menjadi nomer 1 untuk yang pertama, dan terakhir kalinya. Di situ aku ngerasain di junjung, di puji dari banyak arah. Seneng, Kak. Aku seneng waktu itu. Kenapa itu jadi yang terakhir, banyak sekali teman-teman ku yang iri dengan pencapaian ku saat itu. Mereka melakukan segala cara agar poin ku di sekolah menjadi minus. Dan di situlah, Kak....aku kehilangan segalanya"

 

Dazzle diam. Kini pandangan matanya hanya lurus kedepan. Membiarkan keheningan menemani mereka sejenak.

 

"Kamu pasti tau gimana sakitnya di bandingin sama orang lain kan? Aku gak cuma di bandingin, Papah gak akan segan-segan pukul aku di depan banyak orang. Ibu, kakak mereka nolongin? Mereka kasih pembelaan? Hahaha enggak, Kak. Mereka cuma diem dan terus ngeliatin aku di marahin Papah. Dan itu berjalan sampai sekarang. Itu kenapa aku bilang senyum aku udah lama hilang. Itu karna mereka merenggut semuanya. Rasanya kayak jadi benalu kak di keluarga sendiri. Kakakku yang super duper hebat, punya adik kayak aku. Kita kayak bukan saudara kandung. Kak Danzel selalu buang muka tiap kali ketemu aku. Baru kemarin. Baru kemarin Kak Danzel mau kasih peluknya untuk aku."

 

"Kak Kayani. Sebenernya aku ini siapa di keluarga ini? Aku kayak bukan bagian dari mereka yang di paksa dan di bentuk untuk jadi bagian dari mereka. Keluarga yang kebanyakan orang bilang itu tempat pulang yang hangat, tapi kenapa malah jadi neraka buat aku,"

 

Dazzle tersenyum kecut. Mengingat berbagai kejadian yang begitu tak adil bagi hidupnya.

 

"Aku enggak punya temen deket. Di sekolah aku selalu sendirian. Aku selalu jalan sendirian padahal aku mau di temenin. Alasannya, karna mereka ngira aku pakai uang untuk di tukarkan sebagai aku yang jadi juaranya. Padahal itu hasil usahaku sendiri. Sedih ya, Kak? Kamu yang lihat aku cantik kayak putri kerajaan, ternyata cuma Upik abu yang beruntung di pungut oleh keluarga kaya raya,"

 

Dazzle membenarkan posisinya sebelum melanjutkan ceritanya 

 

"Kak Kay, sekolah di Saturn Internasional High School cuma akan ngebunuh aku lebih dalam. Kamu tau kan, sekolah itu kayak Gimana...."

 

Kayani mengangguk. Ia sudah tahu semengerikan apa Saturn Internasional High School yang akan di masuki oleh Dazzle 

 

"3 tahun kamu nanti, gak bakalan mudah, Dazz. Kamu pasti udah kebayang sampai sana kan?"

 

Dazzle mengiyakan 

 

"Aku cuma bisa berharap ada banyak keajaiban yang bisa bantu aku buat bertahan selama 3 tahun di sana. Maka dari itu aku butuh Kak Kay. Persaingan di sana gila-gilaan, otak aku terlalu cetek. Jadi aku butuh guru pendamping kayak kamu,"

 

Kayani menoleh. Ada senyum yang terbit di sana

 

"Aku temenin dari sini sampai kamu lulus ya, Kay. Sampai kamu menemukan semua tanya yang aku sendiri gak bisa kasih jawaban. Semoga, kamu kuat. Aku mau jadi temen kamu, kamu bebas cari aku kapan a

ja," 

 

Dazzle menoleh, tatapan matanya sendu. 

 

"Kak Kay, aku boleh minta peluk?"

 

Kayani tersenyum dan mendekat. Memberikan pelukan hangatnya untuk Dazzle, si anak konglomerat yang terjebak di lorong paling gelap.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Konfigurasi Hati
553      378     4     
Inspirational
Islamia hidup dalam dunia deret angka—rapi, logis, dan selalu peringkat satu. Namun kehadiran Zaryn, siswa pindahan santai yang justru menyalip semua prestasinya membuat dunia Islamia jungkir balik. Di antara tekanan, cemburu, dan ketertarikan yang tak bisa dijelaskan, Islamia belajar bahwa hidup tak bisa diselesaikan hanya dengan logika—karena hati pun punya rumusnya sendiri.
Let Me be a Star for You During the Day
1064      583     16     
Inspirational
Asia Hardjono memiliki rencana hidup yang rapi, yakni berprestasi di kampus dan membahagiakan ibunya. Tetapi semuanya mulai berantakan sejak semester pertama, saat ia harus satu kelompok dengan Aria, si paling santai dan penuh kejutan. Bagi Asia, Aria hanyalah pengganggu ritme dan ambisi. Namun semakin lama mereka bekerjasama, semakin banyak sisi Aria yang tidak bisa ia abaikan. Apalagi setelah A...
Kelana
745      541     0     
Romance
Hidup adalah perjalanan tanpa peta yang pasti, di mana setiap langkah membawa kita menuju tujuan yang tak terduga. Novel ini tidak hanya menjadi cerita tentang perjalanan, tetapi juga pengingat bahwa terbang menuju sesuatu yang kita yakini membutuhkan keberanian dengan meninggalkan zona nyaman, menerima ketidaksempurnaan, dan merangkul kebebasan untuk menjadi diri sendiri. Selam...
Qodrat Merancang Tuhan Karyawala
1359      894     0     
Inspirational
"Doa kami ingin terus bahagia" *** Kasih sayang dari Ibu, Ayah, Saudara, Sahabat dan Pacar adalah sesuatu yang kita inginkan, tapi bagaimana kalau 5 orang ini tidak mendapatkan kasih sayang dari mereka berlima, ditambah hidup mereka yang harus terus berjuang mencapai mimpi. Mereka juga harus berjuang mendapatkan cinta dan kasih sayang dari orang yang mereka sayangi. Apakah Zayn akan men...
Lantas?
41      41     0     
Romance
"Lah sejak kapan lo hilang ingatan?" "Kemarin." "Kok lo inget cara bernapas, berak, kencing, makan, minum, bicara?! Tipu kan lo?! Hayo ngaku." "Gue amnesia bukan mati, Kunyuk!" Karandoman mereka, Amanda dan Rendi berakhir seiring ingatan Rendi yang memudar tentang cewek itu dikarenakan sebuah kecelakaan. Amanda tetap bersikeras mendapatkan ingatan Rendi meski harus mengorbankan nyawan...
Fidelia
2157      940     0     
Fantasy
Bukan meditasi, bukan pula puasa tujuh hari tujuh malam. Diperlukan sesuatu yang sederhana tapi langka untuk bisa melihat mereka, yaitu: sebentuk kecil kejujuran. Mereka bertiga adalah seorang bocah botak tanpa mata, sesosok peri yang memegang buku bersampul bulu di tangannya, dan seorang pria dengan terompet. Awalnya Ashira tak tahu mengapa dia harus bertemu dengan mereka. Banyak kesialan menimp...
Batas Sunyi
1961      894     108     
Romance
"Hargai setiap momen bersama orang yang kita sayangi karena mati itu pasti dan kita gak tahu kapan tepatnya. Soalnya menyesal karena terlambat menyadari sesuatu berharga saat sudah enggak ada itu sangat menyakitkan." - Sabda Raka Handoko. "Tidak apa-apa kalau tidak sehebat orang lain dan menjadi manusia biasa-biasa saja. Masih hidup saja sudah sebuah achievement yang perlu dirayakan setiap har...
GEANDRA
444      357     1     
Romance
Gean, remaja 17 tahun yang tengah memperjuangkan tiga cinta dalam hidupnya. Cinta sang papa yang hilang karena hadirnya wanita ketiga dalam keluarganya. Cinta seorang anak Kiayi tempatnya mencari jati diri. Dan cinta Ilahi yang selama ini dia cari. Dalam masa perjuangan itu, ia harus mendapat beragam tekanan dan gangguan dari orang-orang yang membencinya. Apakah Gean berhasil mencapai tuj...
Ratu Blunder
63      50     2     
Humor
Lala bercita-cita menjadi influencer kecantikan terkenal. Namun, segalanya selalu berjalan tidak mulus. Videonya dipenuhi insiden konyol yang di luar dugaan malah mendulang ketenaran-membuatnya dijuluki "Ratu Blunder." Kini ia harus memilih: terus gagal mengejar mimpinya... atau menerima kenyataan bahwa dirinya adalah meme berjalan?
Fragmen Tanpa Titik
44      40     0     
Inspirational
"Kita tidak perlu menjadi masterpiece cukup menjadi fragmen yang bermakna" Shia menganggap dirinya seperti fragmen - tidak utuh dan penuh kekurangan, meski ia berusaha tampak sempurna di mata orang lain. Sebagai anak pertama, perempuan, ia selalu ingin menonjolkan diri bahwa ia baik-baik saja dalam segala kondisi, bahwa ia bisa melakukan segalanya sendiri tanpa bantuan siapa pun, bahwa ia bis...