Loading...
Logo TinLit
Read Story - PUZZLE - Mencari Jati Diri Yang Hilang
MENU
About Us  

3 Minggu sudah berlalu. Waktu berputar sesuai porosnya. Hari juga berjalan sebagaimana semestinya. Dan tibalah di hari ini, hari di mana seluruh siswa-siswi baru SATURN INTERNASIONAL HIGH SCHOOL memulai hari pertamanya bersekolah. Dazzle berhasil mendapatkan nilai yang cukup. Menjadi 5 besar di sekolah barunya sangatlah hal yang paling memuaskan. Sesuai apa yang ia katakan kemarin "Di atas aku di junjung, di bawah aku di hina. Di atas aku di berikan pelukan penuh kasih, di bawah aku di injak dan di buang seperti sampah" itu sungguh terjadi. Saat itu Dazzle menerima semua perlakuan istimewa, tapi responnya hanya senyum simpul yang tak dapat di artikan.

 

Baju seragam baru dan perlengkapan sekolah baru sudah ada pada tubuh Dazzle, duduk sarapan dengan perlakuan bak putri kerajaan ia dapatkan.

 

"Dazz, berangkat aku yang anter ya. Nanti pulang aku juga yang jemput," 

 

Dazzle hanya mengangguk memberikan jawaban. Tak ada respon yang lebih untuk menanggapi semua hal baik yang terjadi padanya hari ini. Karna baginya ini hanya angin lalu yang sementara.

 

Setelah selesai sarapan, Dazzle beranjak dari duduknya bersamaan dengan Danzel yang menjadi supir dadakan nya hari ini. Ritual sebelum berangkat pun di lakukan, Lee Han memberikan sedikit petuah untuk Dazzle dengan tutur katanya yang lembut. Anjani juga melakukan yang sama. Lee Han memberikan 3 buah kartu ATM dengan saldo unlimited pada Dazzle, tanpa pikir panjang ia menerima nya. 

 

"Hati-hati di jalan ya," ucap Lee Han dan Anjani setelah mengantar anak-anak nya sampai ke depan rumah.

 

Di perjalanan terjadi sedikit obrolan menegangkan antara Kakak dan Adik dengan kesenjangan sosial yang tinggi.

 

"Ayari, gimana hari ini?"

 

"Baik,"

 

"Kamu pasti seneng banget kan karna masuk TOP 10 siswi terbaik,"

 

Dazzle tertawa simpul 

 

"Biasa aja,"

 

Danzel menoleh kearah Dazzle. Wajah Danzel sangatlah cerah hari ini seperti matahari yang bersinar. Semua nada bicaranya terdengar sangat antusias.

 

"Ayy, kamu pernah berpikir kalau hari ini bakalan terjadi gak?"

 

Kali ini Dazzle tertawa sumbang 

 

"Enggak. Aku gak pernah berharap hari ini terjadi. Dan aku gak pernah berharap lahir di keluarga kalian,"

 

DEG, Danzel sepertinya terkejut dengan ucapan Dazzle.

 

"Kenapa, Ay? Aku gak nyangka kamu bisa bilang kayak gini,"

 

"Aku juga gak pernah nyangka, Kak. Kalau ternyata mau bahagia aja harus berjuang sampai sakit dulu,"

 

Danzel diam.

 

"Kesenjangan sosial antara aku sama kamu itu terlalu tinggi, Kak. Aku gak bisa gapainya, terlalu beresiko. Kalau gak stress ya gila,"

 

Perjalanan ke sekolah hari ini terasa sangat panjang. Ada perasaan yang sulit Danzel artikan ketika mendengar semua penuturan Dazzle.

 

20 menit berlalu, akhirnya Dazzle sampai di depan gerbang sekolah barunya. Ada banyak hal yang ia rasakan ketika kakinya menginjak rumput hijau yang menyambut para murid baru. Dazzle hanya berharap, hari ini bisa berlalu dengan baik.

 

....

 

Lonceng berbunyi, semua murid baru berkumpul di dalam aula yang besar untuk mendengarkan berbagai sambutan dari para petinggi sekolah. Dazzle baris bersama dengan siswi yang lainnya. Sampai saat ini ia masih belum berinteraksi lebih dengan calon teman barunya. 

 

2 jam berlalu, kini semua siswa dan siswi di arahkan menuju kelas masing-masing. Dazzle berada di kelas Bahasa 10A. Kelas unggulan untuk para siswa yang berbakat dalam bidang sastra. Suatu keuntungan bagi Dazzle adalah bebas memilih jurusan mana pun, dan bahasa dan sastra adalah tujuannya yang di setujui oleh Lee Han.

 

Perjanjiannya hanya satu, selama Dazzle mendapatkan nilai terbaik di kelasnya selama periode belajar, bencana buruk pindah kelas tak akan terjadi.

 

Di kelas, Dazzle duduk di bangku nomer 3 baris tengah. Saat ini ia masih duduk sendiri, belum ada teman baru yang duduk bersamanya. Sebenarnya, secara fisik Dazzle ini sangatlah cantik, minim perlakuan buruk pembullyan atau hal celaka yang lain. Paling, ia hanya akan mendapat ketidakadilan atas perbuatan benar yang ia lakukan, apalagi dasarnya kalau bukan iri?

 

Dazzle memiliki suara yang lembut, senyum nya yang menawan, sangat mencerminkan kepribadian putri kerajaan. Dazzle mendapatkan lulusan terbaik dengan perilaku terbaik di sekolah SMP nya, itu sebabnya poin tambahan membuat ia berhasil menduduki peringkat ke 5. Entah orang gila mana yang berhasil mendapatkan nilai tertinggi, mungkin dia sudah belajar sampai harus menggundul kan rambutnya.

 

Setelah berdiam diri selama 20 menit, akhirnya datang seorang siswi lagi ke dalam kelasnya. Netra nya langsung melihat bangku kosong di sebelah Dazzle. 

 

"Permisi, kamu masih duduk sendiri?"

 

Dazzle mengangguk 

 

"Aku boleh duduk di sini?"

 

"Boleh,"

 

Kali ini Dazzle memberikan senyum hangat untuk calon tablemate nya.

 

"Em, kenalin nama aku Hanna Gendis. Aku anak beasiswa penuh di sekolah ini," Hanna mengulurkan tangannya yang di sambut baik oleh Dazzle 

 

"Aku Dazzle Lee Ghayari Rozh, panggil aja Dazzle. Salam kenal Hanna,"

 

Keduanya tersenyum.

 

"Kamu dari keluarga Lee ya? Keturunan Korea? Sepanjang jalan aku ke kelas, aku denger nama kamu banyak di sebut,"

 

Dazzle tersenyum membenarkan

 

"Iya, aku anak kedua dari keluarga Lee,"

 

Hanna mengangguk paham

 

"Kamu....sekolah di sini karna beasiswa?" 

 

Hanna tersenyum membenarkan pertanyaan Dazzle.

 

"Iya, aku bukan dari keluarga yang kaya raya. Hanya dari keluarga yang bisnisnya cukup memadai. Aku pilih jalur beasiswa karna mau manfaatin kemampuan aku, dan kebetulan bisa bantu orang tua aku juga,"

 

"Kamu keren banget,"

 

Hanna tersenyum 

 

"Enggak lebih keren dari kamu sih yang pasti,"

 

"Kamu beneran keren, Hanna. Masuk jalur beasiswa selain harus berjuang berkelakuan baik, tapi harus berjuang secara mental. Gak semua dari kita ini kuat,"

 

Bukan. Itu bukan suara Dazzle, melainkan siswi yang duduk di belakang Hanna dan Dazzle.

 

"Salam kenal Hanna, Dazzle, aku Gania dan ini Dalila,"

 

Hanna dan Dazzle tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

 

"Salam kenal ya. Dazzle, kamu cantik banget. Dari awal liat kamu aku pengen banget nyapa tapi enggak berani," kata Dalila 

 

Dazzle tersenyum 

 

"Terima kasih pujiannya, maaf kalau sikapku agak dingin ya, Dalila," 

 

Dan kini, Dazzle resmi memiliki teman barunya. Gania, Dalila dan Hanna. Dazzle hanya berharap semoga pertemanan nya ini nyata bukan di bungkus manipulasi.

 

...

 

Lonceng kembali berbunyi. Jam sudah menunjukkan waktu 10 pagi, istirahat sudah tiba. Semua siswa-siswi mulai berhamburan keluar kelas untuk mengisi perutnya.

 

Bagi Dazzle, perjalanan menuju kantin kali ini terasa panjang. Entah mengapa bisa Dazzle harus bertemu dengan Primadona sekolah yang terkenal dengan sifat buruknya. Seharusnya dia tidak di sini bukan? Suapan uang sudah masuk ke kantong para petinggi, itulah yang membuat mereka tidak  berani mengeluarkannya meski sering sekali terlibat masalah.

 

Gabriella Margareth Bramantara. Di gadang-gadang sebagai primadona sekolah karena parasnya yang cantik bak putri khayangan, dan harta keluarga nya yang tak akan habis. Menjadi putri tunggal keluarga Bramantara membawa banyak keuntungan untuknya baik di sekolah atau di tempat umum sekalipun. Banyak sekali cafe-cafe yang ia sewa untuk me time dengan teman dekatnya. Ratu Amanda, satu-satunya teman yang bisa dekat dengan Gabriella hingga saat ini. 

 

Di hadapan Gabriel dan Ratu sudah ada Dazzle, Hanna, Gania dan Dalila. Senyum smirik Gabriel terukir di sana.

 

"Dazzle Lee Ghayari Rozh, dari keluarga Lee Han yang punya darah bangsawan Korea. Ini ternyata anaknya. Gue rasa, dia gak sehebat asal usulnya,"

 

"Bener. Walaupun dia adik dari Danzel tapi gue juga ngerasa kalau dia gak sehebat Danzel,"

 

Dazzle hanya diam, mendengarkan segala omong kosong yang keluar dari mulut Gabriel.

 

"Hanna Gendis, anak yang dapet beasiswa full, yang banyak gaya masuk ke sekolah internasional. Emang yakin bisa jadi manusia selama di sini? Yakin beasiswa nya bakalan aman sampai lulus?

 

Ratu tertawa 

 

"Bisa, asal lo gak suruh antek-antek lo buat gangguin si Hanna,"

 

Gabriella tersenyum miring

 

"Paling temen-temennya ini yang maju. Dazzle pasti paling pertama,"

 

"HAHAHAHA, udahlah El kasih mereka jalan. Udah kelaparan itu mereka. Biarin mereka nyobain masakan kantin di hari pertama sekolah,"

 

Gabriel mengiyakan 

 

"Lain kali, kita gangguin mereka. Dazzle lagi berjuang pertahanin kelakuan baiknya yang dia bawa dari SMP,"

 

Tawa ejekan seketika menggema. Tak ada satupun yang berani membuka suaranya saat Gabriel dan Ratu sudah berada di antara mereka. Bagaikan di setel, mereka akan langsung berubah menjadi robot yang siap melakukan perintah apapun.

 

....

 

Kantin sudah ramai. Desas desus tentang masakan kantin yang enak pun ternyata benar adanya. Aroma dari setiap masakan sudah tercium sejak berada di pintu masuk. 

 

Dazzle, Hanna, Gania dan Dalila berjalan ke salah satu stan makanan. Mereka berniat membeli satu paket nasi Kentaki dan Lemon watter. Saat proses pembayaran, Dazzle yang pertama kali memberikan kartunya. Ini adalah cara awal untuk melihat mereka benar-benar ingin berteman tulus dengan nya atau hanya memanfaatkan kebaikannya.

 

"Dazz, kirim nomer rekening ya nanti aku tf," kata Gania 

 

Dazzle tersenyum 

 

"Gapapa, aku bayarin"

 

Setelah nya mereka duduk di salah satu meja yang jaraknya tak jauh dari stan makanan yang mereka beli tadi.

 

Dalila yang mengerti taktik yang di buat Dazzle pun tersenyum.

 

"Dazz, aku sama kamu tuh sama. Aku pernah punya temen yang cuma manfaatin kebaikan aku aja...."

 

Dalila memberikan uang chas 2 lembar 100.000

 

"Nitip, buat jajan besok,"

 

Hal yang sama juga di lakukan oleh Gania. Sementara Hanna hanya memberikan 1 lembar 50.000

 

"Maaf Dazz, aku nitip uang jajannya cuma sedikit. Uang jajan bulananku gak sebanyak kalian,"

 

Dazzle, Gania dan Dalila tersenyum hangat

 

"Pertama, makasih karna Dalila peka sama trik yang aku buat. Kedua, maaf karna udah curiga sama kalian aku cukup takut untuk percaya sama orang baru. Ketiga, Hanna kamu pegang aja uangnya, uang jajan kamu udah sama aku,"

 

"Aku juga!"

 

"Aku juga, Hanna!!"

 

Hanna tersenyum haru

 

"Makasih, semoga uang kalian banyak terus ya biar bisa jajanin temen beasiswa kayak aku yang lain,"

 

Dan mereka pun saling melempar senyum lalu menyantap hidangannya dengan di selipkan obrolan kecil.

 

Di sudut tempat, Ratu dan Gabriella menatap kebersamaan Dazzle dan ketiga temannya. 

 

"Biarin dulu aja, El. Kita pantau aja, sampai di mana pertemanan mereka bisa awet,"

 

"Lo tau kan, Man, gue udah punya misi balas dendam buat keluarga Lee. Sejak cinta pertama gue di tolak mentah-mentah sama Danzel di depan banyak orang, itu bikin gue malu. Gue, seorang GABRIELLA MARGARETH BRAMANTARA di buat bertekuk lutut sama Danzel. Gue gak terima, Man,"

 

"Lagian, lo bucin sampai segitunya. Udah tau Danzel orangnya dingin, enggak tertarik sama perempuan. Mungkin standar dia jauh lebih tinggi dari yang lo tau. Danzel gak semudah di taklukkin sama perempuan yang cuma bertitle "Primadona sekolah". Gue udah pernah jelasin, tapi lo nya nuli-in telinga,"

 

Gabriella diam. Semua yang di katakan Amanda memang benar adanya. Ia terlalu naif untuk melihat lebih dalam sosok Danzel yang menjadi cinta pertamanya.

 

"Udahlah, El. Mending lo fokus dulu bangun branding diri lo yang baru. Biar anak-anak baru ini pada takut dan gak berani macem-macem sama lo,"

 

Gabriella mengangguk setuju.

 

...

 

Sudah setengah hari mereka berkutat di dalam sekolah. Kegiatan di hari pertama hanya saling mengenal satu sama lain dan membangun circle mereka. Tanpa sadar mereka sudah melakukannya dengan baik. 

 

Masih ada waktu 2 jam lagi untuk pulang, Dazzle dan ketiga temannya memutuskan untuk duduk di pojok baca yang terdapat di dekat lapangan basket. Mereka akan menghabiskan sisa waktunya untuk membaca.

 

Di sela-sela kegiatannya, handphone milih Dazzle berdering tanda ada pesan masuk. Tertulis nama Danzel di sana.

 

Kak Zel 

Ay, kakak ada di cafe sebrang sekolah ya. Nanti kamu langsung ke sini aja kalau udah pulang 

 

Dazzle hanya membalas dengan stiker kucing jempol.

 

...

 

Di cafe, Danzel hanya seorang diri. Pikirnya melayang jauh. Ia masih teringat obrolannya dengan Dazzle pagi tadi 

 

"Aku gak pernah berharap hari ini terjadi. Dan aku gak pernah berharap lahir di keluarga kalian,"

"Aku juga gak pernah nyangka, Kak. Kalau ternyata mau bahagia aja harus berjuang sampai sakit dulu,"

 

Danzel merasakan sesak yang teramat di dalam hatinya. Ia masih teringat tamparan keras yang di berikan oleh Lee Han pada adiknya. 

 

"Maaf, Ayari. Maaf aku gak nolongin kamu di saat kamu butuh pertolongan," gumam Danzel pelan.

 

Kejadian pelik yang terjadi pada Dazzle seketika terputar jelas seperti kaset rusak. Tangannya terkepal kuat, ia tak terima dengan semua perlakuan kasar Lee Han pada adiknya.

 

"Maaf Ayari, maaf,"

 

Kata itu terus Danzel ucapakan sampai,

 

"Kak, are you oke? Kok keringetan? Kan ruangannya ber AC?"

 

Dazzle datang dan menyapanya.

 

Danzel tersadar dan segera mengalihkan pandangannya ke arah Dazzle.

 

Dazzle shock, mata Danzel memerah. Ada sisa air mata di pelupuk matanya.

 

"Kalau kamu enggak lahir, aku gak punya kekuatan buat ngelindungin, Ibu,"

 

Dazzle terkejut 

 

"Kak, aku gak ngerti,"

 

Danzel menarik lengan adiknya pelan bahkan sangat pelan. Dazzle lagi-lagi di buat terkejut dengan sikap kakaknya.

 

"Suatu saat nanti kamu akan ngerti. Kamu akan tau semua jawaban dari berisiknya tanya yang ada di kepala kamu,"

 

Danzel berdiri, menghapus jejak air matanya dan membawa Dazzle keluar cafe untuk pulang.

 

....

 

Perjalanan hari ini sangatlah panjang. Ada banyak sekali terjadi hal yang tak terduga. Dazzle yang mempunyai jiwa introvert ini sudah kehabisan banyak sosial energi. Dazzle hanya ingin tidur tanpa memikirkan apapun. Biarkan saja semuanya terjadi, ia percaya ini akan berlalu.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Help Me Help You
2013      1167     56     
Inspirational
Dua rival akademik di sebuah sekolah menengah atas bergengsi, Aditya dan Vania, berebut beasiswa kampus ternama yang sama. Pasalnya, sekolah hanya dapat memberikan surat rekomendasi kepada satu siswa unggul saja. Kepala Sekolah pun memberikan proyek mustahil bagi Aditya dan Vania: barangsiapa dapat memastikan Bari lulus ujian nasional, dialah yang akan direkomendasikan. Siapa sangka proyek mus...
Kelana
746      541     0     
Romance
Hidup adalah perjalanan tanpa peta yang pasti, di mana setiap langkah membawa kita menuju tujuan yang tak terduga. Novel ini tidak hanya menjadi cerita tentang perjalanan, tetapi juga pengingat bahwa terbang menuju sesuatu yang kita yakini membutuhkan keberanian dengan meninggalkan zona nyaman, menerima ketidaksempurnaan, dan merangkul kebebasan untuk menjadi diri sendiri. Selam...
Fidelia
2157      940     0     
Fantasy
Bukan meditasi, bukan pula puasa tujuh hari tujuh malam. Diperlukan sesuatu yang sederhana tapi langka untuk bisa melihat mereka, yaitu: sebentuk kecil kejujuran. Mereka bertiga adalah seorang bocah botak tanpa mata, sesosok peri yang memegang buku bersampul bulu di tangannya, dan seorang pria dengan terompet. Awalnya Ashira tak tahu mengapa dia harus bertemu dengan mereka. Banyak kesialan menimp...
Batas Sunyi
1961      894     108     
Romance
"Hargai setiap momen bersama orang yang kita sayangi karena mati itu pasti dan kita gak tahu kapan tepatnya. Soalnya menyesal karena terlambat menyadari sesuatu berharga saat sudah enggak ada itu sangat menyakitkan." - Sabda Raka Handoko. "Tidak apa-apa kalau tidak sehebat orang lain dan menjadi manusia biasa-biasa saja. Masih hidup saja sudah sebuah achievement yang perlu dirayakan setiap har...
Broken Home
32      30     0     
True Story
Semuanya kacau sesudah perceraian orang tua. Tak ada cinta, kepedulian dan kasih sayang. Mampukah Fiona, Agnes dan Yohan mejalan hidup tanpa sesosok orang tua?
GEANDRA
444      357     1     
Romance
Gean, remaja 17 tahun yang tengah memperjuangkan tiga cinta dalam hidupnya. Cinta sang papa yang hilang karena hadirnya wanita ketiga dalam keluarganya. Cinta seorang anak Kiayi tempatnya mencari jati diri. Dan cinta Ilahi yang selama ini dia cari. Dalam masa perjuangan itu, ia harus mendapat beragam tekanan dan gangguan dari orang-orang yang membencinya. Apakah Gean berhasil mencapai tuj...
Qodrat Merancang Tuhan Karyawala
1364      896     0     
Inspirational
"Doa kami ingin terus bahagia" *** Kasih sayang dari Ibu, Ayah, Saudara, Sahabat dan Pacar adalah sesuatu yang kita inginkan, tapi bagaimana kalau 5 orang ini tidak mendapatkan kasih sayang dari mereka berlima, ditambah hidup mereka yang harus terus berjuang mencapai mimpi. Mereka juga harus berjuang mendapatkan cinta dan kasih sayang dari orang yang mereka sayangi. Apakah Zayn akan men...
Camelia
594      335     6     
Romance
Pertama kali bertemu denganmu, getaran cinta itu sudah ada. Aku ingin selalu bersamamu. Sampai maut memisahkan kita. ~Aulya Pradiga Aku suka dia. Tingkah lakunya, cerewetannya, dan senyumannya. Aku jatuh cinta padanya. Tapi aku tak ingin menyakitinya. ~Camelia Putri
Langkah Pulang
480      340     7     
Inspirational
Karina terbiasa menyenangkan semua orangkecuali dirinya sendiri. Terkurung dalam ambisi keluarga dan bayang-bayang masa lalu, ia terjatuh dalam cinta yang salah dan kehilangan arah. Saat semuanya runtuh, ia memilih pergi bukan untuk lari, tapi untuk mencari. Di kota yang asing, dengan hati yang rapuh, Karina menemukan cahaya. Bukan dari orang lain, tapi dari dalam dirinya sendiri. Dan dari Tuh...
Konfigurasi Hati
556      380     4     
Inspirational
Islamia hidup dalam dunia deret angka—rapi, logis, dan selalu peringkat satu. Namun kehadiran Zaryn, siswa pindahan santai yang justru menyalip semua prestasinya membuat dunia Islamia jungkir balik. Di antara tekanan, cemburu, dan ketertarikan yang tak bisa dijelaskan, Islamia belajar bahwa hidup tak bisa diselesaikan hanya dengan logika—karena hati pun punya rumusnya sendiri.