"Gue menghindari lo karena malu. Lo masih ingat pertemuan pertama kita?" tanya Rai.
"Masih lah!"
"Ya itu gue malu. Di pertemuan pertama kita gue udah mempermalukan diri gue dengan memberi jawaban yang nggak jelas mana lo salah paham lagi."
"Gue tanya menurut lo cinta itu gimana tapi lo malah jawab kayak permen karet?" Sora tertawa mengingat wajah linglung Rai satu tahun lalu.
"Waktu lo itu juga nangis di halte terus tiba-tiba tanya gue soal cinta-cintaan gimana gue nggak bingung! Mana kita baru aja kenal karena satu kelompok waktu MOS. Terus gue lihat bungkus permen karet di lantai halte jadi gue asal nyeletuk aja. Tapi gue punya alasan yang beda kenapa jawab permen karet, nggak seperti alasan lo."
Sora menaikkan satu alisnya. "Memangnya apa alasan lo?"
"Maksud gue cinta kayak permen karet itu gara-gara orang yang lagi mabok cinta lengket mulu. Tahu kan kalau permen karet nempel di rambut pasti susah di lepas? Pasti ujung-ujungnya rambutnya di potong. Ya, orang fall in love itu kayak gitu, mereka susah banget dilepas, kecuali akhirnya mereka putus atau patah hati," jelas Rai.
Rai merasa lega karena akhirnya ia bisa menjelaskan maksudnya yang dari kelas 10 ia pendam-pendam mulu. Dan Sora tidak salah paham lagi.
"Bukan habis manis sepah dibuang, Ra," lanjut Rai.
Sora tertawa sampai menepuk-nepuk bahu Rai. "Permen karet kalau rasanya udah nggak manis lagi pasti dibuang, jadi gue menyimpulkan gitu."
"Ya, ya, sebenarnya bisa kayak gitu juga sih." Rai meringis sembari mengusap tengkuknya.
Tawa Sora reda. Ia menatap dalam mata Rai, sedang yang ditatap mengalihkan pandanganya.
Masa ditatap doang salting! Lo kuat Rai lo kuat. Tatap balik nggak!
Rai membalas tatapan Sora, tetapi baru beberapa detik langsung dialihkan lagi. Sora tersenyum melihat Rai salah tingkah.
"Tapi, Rai, cinta emang nggak selamanya manis. Gue udah pernah bilang kan? Cinta yang awalnya begitu manis tapi bisa sekejap aja berubah jadi pait. Intinya cinta bisa berubah kapan pun dan bisa hilang kapan saja."
"Lo pengalaman banget ya soal cinta?" Kali ini Rai berani menatap Sora.
Sora mendekatkan wajahnya pada Rai dan membuat Rai terkejut. Ia menepuk pipi Rai yang tembam. "Nggak juga. Mau coba nggak?"
Rai berdehem, lalu memundurkan kepalanya. "Coba apa?"
"Jatuh cinta kayak di novel-novel yang gue baca."
"Nggak minat."
"Kita coba bareng-bareng. Masih nggak minat?"
Rai terdiam. Di pandanginya Sora yang masih senyum-senyum tidak jelas. Pipinya tiba-tiba panas.
Dia ngegodain gue kan?
Tangan Rai terulur mendorong dahi Sora pelan agar mereka tidak terlalu dekat. "Jangan makan biskuit sama yogurt banyak-banyak, jadi mabok kan!"
"Gue boleh minta es krim?"
"Boleh. Ini yang di kantong kresek boleh lo makan." Rai mendekatkan kantong kresek berlogo minimarket ke depan Sora.
Sora mengambil es krim rasa coklat, kemudian dengan cepat ditempelkannya di pipi Rai. Rai kembali terkejut dan tak sempat mengelak.
"Pipi lo merah."
"Panas," bohong Rai.
Sora tak lagi menempelkan cup es krim di pipi Rai. Ia membuka tutup es krim itu dan memakannya dengan lahap sebelum mencair.
Yang katanya cuman mau Biskuat dan yogurt malah menghabiskan hampir setengah kresek camilan yang dibelikan Rai. Rai sendiri senang-senang saja melihat Sora memakan jajan yang dibelinya. Sekarang gadis itu anteng karena fokus menghabis kripik kentang.
Baru setelah Sora kenyang ia mengajak Rai pulang. Rai meminta Sora membawa jajanan yang tersisa, Sora tidak menolak sekali. Rezeki tidak boleh ditolak.
"Pakai!" Rai menyerahkan helm milik Milo dan jaket hitam miliknya.
"Masa panas-panas gini pakai jaket, Rai? Gerah!" keluh Sora.
"Ter---"
"Eh, tapi gue pakai aja deh." Sora buru-buru memakai jaket Rai, sedang Rai hanya geleng-geleng kepala.
Selama diperjalanan pulang Sora tak henti-hentinya tersenyum sembari memandangi punggung Rai. Ia tak menyangka dulu sosok di depannya ini sering menghindarinya, tetapi beberapa hari terakhir malah sering mengantarnya pulang, mentraktirnya, bahkan ikut bolos bersamanya.
Sikap Rai sekarang berbeda sekali sama Rai waktu kelas 10 dulu. Walau, kadang kala cowok itu masih menyebalkan.
🍬🍬🍬
Tanpa melepaskan seragam sekolahnya Rai langsung tengkurap di ranjangnya. Tasnya dibiarkan tergeletak sembarangan di lantai. Bundanya akan mengomel jika melihatnya sekarang.
Rai mengerang saat kembali mengingat Sora yang memegang pipinya. Apa kata cewek itu? Mencoba bareng-bareng jatuh cinta kayak di novel-novel?!
Sinting!
Harusnya Sora mengajak Milo saja. Mereka berdua kan sefrekkuensi dan suka sekali menghalu.
Rai mengacak-acak rambutnya. "Arghh! Emang jatuh cinta kayak di novel itu gimana?!"
Rai mengubah posisinya jadi terlentang. Ia mengambil ponselnya lalu menghubungi Milo.
Rai: jatuh cinta kayak di novel-novel itu gimana?
Sambil menunggu balasan Milo yang tak kunjung datang Rai menatap langit-langit kamarnya yang berwarna biru langit. Pasti sahabatnya itu sedang sibuk bersama novel-novelnya sampai tidak memperdulikan ponselnya.
Lama kelamaan Rai tengelam dalam lamunannya. Ingatannya terlempar pada saat satu tahun lalu, di mana ia baru dua hari masuk sekolah dan pertemuannya dengan Sora di halte.
Hari itu setelah acara MPLS selesai seluruh siswa-siswi baru boleh pulang. Rai pergi ke halte sambi menunggu ojol yang dipesannya tiba, motornya lagi dibengkel waktu itu.
Siapa sangka di halte sudah ada seorang gadis yang memakai seragam yang sama dengannya. Rambut gadis itu dikuncir kuda, tetapi sudah acak-acakan. Tas biru tersangklot rapi di bahunya. Rai mengenali gadis itu sebagai teman satu kelompok bersamanya tadi saat bermain game. Sora.
Ia duduk di samping Sora, tetapi ia juga memberi jarak yang kira-kira satu meter. Rai tidak menyapa, begitu pula dengan Sora.
Tak berapa lama terdengar isak tangais keluar dari mulut Sora. Rai menoleh dan ternyata wajah Sora sudah sembab. Rai beralih memandang keadaan sekitar yang lumayan ramai anak-anak SMA-nya pulang sekolah.
Bisa-bisa gue disangka ngapa-ngapain nih cewek!
Belum pulih keterkejutannya akan Sora yang tiba-tiba nangis, ia malah kembali dikejutkan oleh pertanyaan Sora.
"Menurut lo cinta itu kayak gimana?" tanya Sora.
Rai menggaruk tengkuknya. Baru pertama kali ia ditanya soal cinta-cintaan. Ia belum punya pengalaman sama sekali soal cinta. Pernah deketin cewek aja nggak.
Kemudian tatapan Rai jatuh pada bungkus biru permen karet di lantai halte.
Siapa nih yang buang sampah sembarang?! Padahal jelas-jelas ada tempat sampah Segede gaban di samping halte!
"Gimana?" ulang Sora karena tak kunjung dapat jawaban.
"Eh, kayak permen karet!" jawab Rai reflek.
Sora menoleh, dahinya mengernyit heran. Jawaban macam apa itu?
"Maksud lo habis manis sepah dibuang gitu?!" Sora berdecih.
"Bukan gitu maksud gue--"
Belum sempat Rai menjelaskan Sora malah nyelonong pergi. Ternyata Sora menghampiri ojolnya yang sudah datang.
Sebelum ojolnya melesat pergi Sora menyempatkan menunjuk matanya dengan jari telunjuk dan tengahnya lalu berganti menunjuk Rai. Ia mencoba mengatakan 'awas lo!' tanpa bersuara.
Rai menghembuskan napas kasar.
"Baru kenal udah kasih pertanyaan random aja. Mana salah paham lagi. Meskipun gue asal jawab kan tapi gue bisa jelasin kenapa cinta kayak permen karet! Orang jatuh cinta kan pasti pingin nempel mulu kepasanganya!" rutuk Rai.
"Tapi kalau dipikir-pikir kok gue malu ya jawab kayak gitu? Terus gimana kalau gue ketemu tuh cewek lagi! Gimana gue diteror pertanyaan nggak jelas lagi?!" Rai bergidik ngeri.
Sejak saat itu Rai selalu berusaha menghindari Sora. Salah satu alasannya ya malu. Namun, alasan besarnya ya takut ditanya aneh-aneh lagi.
Tapi siapa sangka semakin ia menghindar semakin semangat pula Sora mendekatinya.
"Rai! Sini ke dapur bantuin Bunda kupas bawang merah sama bawang putih!" Panggilan dari bundanya membuyarkan lamunan masalalu Rai.
"Terus kenapa waktu itu Sora nangis?" tanya Rai pada dirinya sendiri.
"Harusnya gue tanya Sora tadi mumpung bahas soal permen karet dan alasan gue menghindari dia! Kenapa gue melewatkan bagian itu!"
"Rai!" Bunda kembali memanggil.
"Iya, Bunda sebentar!"
Buru-buru Rai berlari ke dapur. Ia sampai lupa kalau dirinya masih memakai seragam.
Baru sampai di dapur ia langsung disemprot bundanya suruh berganti baju. Rai menghelas napas kasar.
[ ]