Ada beberapa orang yang percaya bahwa persahabatan cewek sama cowok itu nggak bakal timbul rasa.
Ada beberapa orang lagi yang percaya bahwa nggak mungkin cewek sama cowok cuman sahabatan doang tanpa ada benih-benih cinta di salah satu antara mereka.
Usai melihat postingan Davian di X yang berisi fotonya bersama Sora dan dibubuhi caption seperti ini: Nonton Sora yang ngomelin Belle gara-gara meleset masuk ring atau menggelinding jauh itu sebuah hiburan. Ngomong-ngomong Belle itu bola basket yang baru dibeli si Sora. Kasihan princess Belle disamain sama bola basket.
Dan Sora me-retweet postingan Davin: Ya, kalau gue kasih nama Jasmine nanti lo keinget Princess Melati. Princess Melati ya kawan-kawan bukan cikgu Melati:)
"Kata Milo mereka cuman sahabatan! Cuman sahabatan?! Yang bener aja!" Rai misuh-misuh sendiri di kamarnya.
Dari awal Rai agak sangsi sama persahabatan cewek dan cowok. Seperti persahabatannya Davian dan Sora.
Davian memang jarang bicarain Sora ketika latihan basket. Saat anak-anak basket menggoda akan mendekati Sora Davian tidak keberatan. Paling cuman bilang, "Semangat kawan. Sora itu nggak gampang ambyar."
"Davi, ngomong kayak gitu karena yakin Sora nggak akan berpaling dari dia kan?" tanya Rai kepada dirinya sendiri.
Ada rumor lagi yang sempat senter terdengar setelah Davian putus sama Vallen, anak Cheerleader, mereka-mereka bilang Davian putus sama Vallen gara-gara Davian sadar udah jatuh cinta sama sahabatnya, si Stabilo Pink. Tak jarang setiap Davian putus dari pacarnya nama Sora sering terseret sebagai dugaan alasan putus.
"Rumor duo cecenguk itu kenapa nggak ada yang bagus, ya?" Rai menggaruk puncak hidungnya.
"Terus ngapain gue mikirin mereka? Kayak kurang kerjaan aja."
Rai mendengus, lalu bangkit dari tempat tidurnya untuk mandi. Ia perlu menyegarkan otaknya.
π¬π¬π¬
"Tuh lo disamperin Sora." Milo menepuk lengan Rai, lalu menunjuk Sora yang sudah ada di pintu kelas 11 IPS 2, kelas Milo.
Berdiri di sebelah kusen pintu Sora menyapukan pandangannya ke seluruh kelas. Senyumannya merekah menemukan Rai dan Milo di bangku pojok belakang.
"Udah gue duga lo di sini," ucap Sora pas sampai di depan Rai dan Milo.
"Ngapain lo di sini?" tanya Rai.
"Nagih uang kas. Mana sini duit lo." Sora menyodorkan telepak tangannya yang terbuka pada Rai.
"Lo bukan bendahara."
Sora memang bukan bendahara. Cewek itu tidak memegang jabatan apa pun di kelas.
"Bendahara kita lagi tumbang jadi gue yang gantiin Anya dulu."
Anya, bendahara kelas mereka, pingsan setelah praktek materi bola basket di gymnasium. Ternyata dia sedang demam dan memaksakan diri ikut praktek agar nilai tidak kosong.
Setelah sadar dari pingsannya Anya dipulangkan. Awalnya mau di antar ke rumah sakit dulu, tetapi menolak.
Sora sukarela menawarkan diri membantu Anya menagih uang kas anak-anak kelas. Anak-anak kelas itu kadang suka lupa bayar kas kalau tidak diingatkan. Dari pada Anya repot pas kembali ke sekolah setelah sembuh lebih baik Sora membantunya.
"Hidup lo kurang sibuk, ya? Sampai urusan orang selalu lo recoki?" tanya Rai tajam.
Sora tersentak untuk beberapa saat sebelum akhirnya mengerjap. Ia tersenyum tipis dan mengangguk. "Kalau nggak mau bayar kas ke gue nggak papa kok."
Sora berlalu pergi usai mengatakan itu. Hatinya rada sakit mendengar perkataan Rai.
Selama ini Rai lumayan jarang mengatakan kata-kata tajam yang bikin sakit hati padanya. Mungkin hari ini Rai dalam suasana hati yang tidak baik.
Sepergian Sora, Milo menyikut perut Milo. "Ucapan lo itu jahat banget, lo sadar nggak?"
Rai menghembuskan napas kasar. "Sadar."
Sekarang gue nyesel udah ngomong kayak gitu ke Sora. Padahal hari ini tuh cewek nggak terlalu merecoki gue. Dia sibuk bantu-bantu Anya.
"Terus lo sadar nggak lo sensi banget hari ini? Lagi panas dalam atau pms sih?"
"Gue juga nggak tahu, Mil!"
Rai mengacak-acak rambut gondrongnya, yang tadi pagi hampir aja di potong paksa oleh Pak Wira.
Dari kemarin malam perasannya udah kayak dicampur aduk. Ia kesal dengan dirinya sendiri. Ia kesal kenapa harus terusik saat melihat postingan Davian.
Namun, Rai tidak mungkin mengaku pada Milo, bisa dirujak ia sama Milo.
"Mending sekarang lo diam dari pada mulut lo melukai orang lain lagi. Jangan lupa minta maaf sama Sora juga. Kasihan dia, niatnya baik bantuin temen malah lo katain kayak gitu," nasihat Milo.
"Nanti gue minta maaf."
"Lo ada masalah, ya?"
"Nggak ada kok."
"Ngomong-ngomong, nilai praktek Sora bagus nggak?"
"Tadi katanya jangan ngomong."
Milo berdecak. "Gue penasaran ini."
"Lumayan."
"Jadi dia latihan sama Bang Davian itu lumayan membantunya, ya. Bang Davian sabar sih ngajarin modelan Sora gitu. Lo udah lihat postingan Bang Davian di X 'kan?"
Rai rasanya mau kabur, ia malas sekali membahas Sora dan sahabat sejatinya itu. Tapi kalau ia alihin topik atau kabur pasti Milo curiga.
"Ya, gue lihat," jawab Rai singkat.
"Terus cemburu?"
"Sebenarnya lo mau ngomongin apa? Nilai? Postingan Bang Davian, atau gue?"
"Ketiganya elah."
"Gue mau cabut ke kelas aja," pamit Rai.
Belum juga beranjak Milo sudah menahan lengannya. "Kalau gue comblangin lo sama Sora gimana?"
Mentang-mentang Milo baru berhasil comblangin Celo, anak Radio, sama Chika, anak kelas 10, sekarang mau combalngin dia sama Sora. Belum tahu aja peluangnya berhasil itu cuman 0,01%.
"Kenapa lo jadi hobi comblangin orang sih, Mil? Percintaan lo aja datar banget."
"Seru aja. Gemes liat interaksi mereka."
"Cari hobi baru yang lain aja." Rai melepas tangan Milo yang mencengkalnya, lalu pergi.
π¬π¬π¬
Dari setelah istirahat kedua sampai jam pelajaran terakhir Rai selalu gagal fokus. Rasa bersalahnya pada Sora membuatnya sulit fokus.
Pas kembali ke kelas tadi ia tidak mendapati keberadaan Sora. Cewek itu baru balik ke kelas setelah bel istirahat kedua berakhir. Jadi bisa dibilang ia belum mendapatkan waktu untuk minta maaf.
"Tugas kelompok dikumpulkan dipertemuan selanjutnya. Satu kelompok dua orang sesuai absen, absen nomor satu sama nomor dua satu kelompok begitu pula seterusnya," ucap Bu Desi.
Rai mengangkat tangan. "Kita nggak bisa memilih kelompok sendiri, Bu?"
Satu kelompok bersama Sora itu tidak ada di daftar keinginannya. Apa yang terjadi dengan dirinya tadi malam sudah menjadi pukulan untuknya. Berdekatan dengan Sora untuk saat ini sangat berbahaya.
Kenapa setiap gue mau menjauh dari Stabilo Pink semesta selalu ngedeketin gue lagi sama dia!
Bu Desi melihat buku absen, lalu menatap Rai. "Kamu sama Sora kan? Kalian ada masalah? Silahkan diselesaikan masalah kalian, lalu kerjakan tugasnya, oke?"
Sora menoleh ke belakang dengan dahi yang berkerut. Ia berikan tatapan tajam pada Rai. Rai hanya meringis dan mengusap belakang lehernya.
Ketika pelajaran usai dan bel pulang berbunyi Sora langsung menghampiri Rai. Sora menumpukan kedua tangannya di meja Rai dan mencondongkan tubuhnya.
"Sepasang kekasih yang sedang bertengkar. Kalian mau cakar-cakaran? Waktu dan tempat dipersilahkan," celutuk Prabu. Prabu menepuk bahu Rai, kemudian pergi.
"Gue ngerti lo gak mau satu kelompok sama gue. Tapi tugas kita bakal cepat selesai kalau lo bisa diajak kerja sama oke? Mau diskusi soal pembagian tugasnya kapan?"
Rai menelan ludah memandang Sora di depannya. Ia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Posisi Sora sekarang terlalu dekat dengannya. "Hari ini gue ada latihan taekwondo."
"Gue ada latihan band."
"Setelah kita latihan?"
"Oke, deal."
Sora memperbaiki tali tasnya yang melorot di bahunya. Ketika ia akan beranjak ungkapan Rai menahannya.
"Gue minta maaf soal omongan gue yang jahat tadi di kelasnya Milo."
"Permintaan maaf diterima." Sora tersenyum.
Semudah itu?
"Jangan diulangi lagi tapi. Seandainya ada masalah sama gue atau apa bisa diomongin baik-baik kok."
Masalahnya bukan di lo tapi di diri gue sendiri. Mana bisa diomongin sama lo.
"Gue duluan, ya. Takut anak-anak udah ngumpul. Seth galak soalnya."
Rai mempersilahkan Sora pergi.
[ ]